Di Sinilah Awal Pemerintah Cirebon Bermula

Rabu 01-08-2018,15:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Pelabuhan Cirebon punya arti penting untuk Pemerintah Kolonial Belanda. Di situlah pemerintahan Karisidenan Cirebonan bermula. Gedung Bundar Kebumen adalah penandanya. Bertahan di antara reruntuhan puing yang kini rata dengan tanah. Berbentuk persegi enam simetris, beratap seng mengerucut. Tedapat sebuah pintu masuk yang rendah di salah satu sudutnya. Masyarakat menamainya Gedung Bundar. Dari beberapa sumber Jejak Sejarah Gedung Bundar dan Lapangan Kebumen. Gedung Bundar ini hanya satu dari kemegahan kawasan kota tua. Berdasar Atlas Maior, kawasan ini menjadi pengaplikasikan dari tata ruang dan pemerintahan dari Kolonial Hindia Belanda. Pendiri Komunitas Pusaka Cirebon Kendi Pertula, Mustaqim Asteja memerkirakan, Gedung Bundar  dibangunan tahun 1900-an. Fungsinya untuk radio telekomunikasi dan mengirim telegraf. Selain itu, karena posisi ketinggianya digunakan pula sebagai bangunan pemantau di area Lapangan Kebumen yang dulu merupakan Kantor Kerasidenan Cirebon. \"Gedung Residen sudah rata dengan tanah, sekarang tanah kosong,” ujarnya. Dijelaskan dia, Lapangan Kebumen apabila melihat sejarah dulu bernama Keboemen Plein atau dalam bahasa Indonesia Alun-alun Kebumen. Kawasan ini cukup bersejarah bagi Kota Cirebon. Sebab, di sinilah dulunya pusat pemerintahan Karesidenan Cirebon berada. Terutama pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Kawasan ini dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda di atas puing-puing Benteng De Beschermingh Cheribon pada tahun 1835. Benteng ini hancur akibat meledaknya gudang mesiu dalam benteng. Sebagai gantinya, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kemudian segera membangun kembali kawasan pusat pemerintahan baru yang dikenal dengan sebutan Keboemen Plein. Sebagai kawasan pusat pemerintahan Karesidenan Cirebon Keboemen Plein dibangun dengan sistem tata ruang bangunan pemerintahan kolonial yang sentralistik dan ekonomi yang monopolistik. Mula-mula dibangun Resident Kantoor (Kantor Residen) pada tahun 1841. Kemudian kanal-kanal pertahanan yang dahulu mengelilingi benteng diuruk pada tahun 1855. Sekarang menjadi Jalan Merdeka, Jalan Talang, dan Jalan Pabean di pintu utama Pelabuhan Cirebon. Berdasarkan peta lama Cheribon 1931 dalam buku Atlas Maior, Java-Madoera-Java Maior halaman 266-269 masih dapat ditelusuri tata ruang Keboemen Plein saat itu. Gedung Resident Kantoor sebagai pusat pengendalian pemerintahan tertingi di wilayah Karesidenan Cirebon merupakan bangunan dengan pilar-pilar besar yang kokoh dibangun di sebelah timur Keboemen Plein. Di depan Residen Kantoor ke arah timur menyeberang Jalan Cangkol (Jl Yos sudarso) berhadapan dengan Post Kantoor (Kantor Pos Besar). Saat itu di depan Post Kantoor masih terdapat jaringan Rel SCS dari Pelabuhan Cirebon menuju gudang besar di sebelah selatan  Post Kantoor. Disebelah utara Post Kantoor ke arah pintu utama pelabuhan berderet beberapa gedung-gedung yaitu : Javasche Bank (Bank Indonesia Cirebon), Societeit Phoenik, Water Staatskantor (Riol Ade Irma Suryani Nasution). Keboemen Plein menjadi poros ruang yang sekitarnya dikelilingi gedung-gedung pemerintahan dan bangunan kantor lainnya. Koordinator Asosiasi Museum Indonesia Jabar Wilayah III Cirebon itu menyebutkan, Keboemen Plein dibangun tidak lazim sebagai mana denah alun-alun tradisional. Bentuknya segitiga tak beraturan yang dikelilingi akses jalan di Keboemen Plein, yang menuju ke arah utara yaitu Jalan Pabean. Saat itu Keboemen Plein adalah lapangan yang bersih dan  asri dengan pepohonan yang rindang, terdapat juga tiang lampu taman listrik antik yang menerangi di malam hari. Kawasan tersebut aktivitasnya dipantau oleh pos pengawas (sekarang Gedung Bunder). Di sebelah Selatan Keboemen Plein terdapat Jalan Kebumen yang memanjang dari arah barat-timur terdapat deretan beberapa gedung yaitu: Europese School (sekarang SMP Negeri 16 dan SMP Negeri 14 Kota Cirebon), Gedung PT Tjipta Niaga, dan Gereja Kristen Pasundan. Adapun di sebelah selatan Keboemen Plein (Jalan Palang Merah) mengarah ke Jalan Pabean terdapat beberapa gedung yaitu: Lands Kas dan Kadaster (kini kantor KPU), Inlandse School (sekolah Pribumi), Politie Kazerne (Barak Polisi). Di sisi timur, Societeit Phoenix yang dulu menjadi tempat sosialita bergaul. Gedung ini juga rata dengan tanah. Yang tidak kalah miris adalah kondisi Gedung Pompa Riol Ade Irma Suryani Nasution. Gedung peninggalan Belanda yang dahulu berjasa besar dalam pencegahan dan pengendalian banjir di Kota Cirebon. Di belakang Gedung Kadaster terdapat Kantoor Contoleur, dan Kantor Asistent Resident Cheribon. Sedangkan disebelah barat Keboemen Plein terdapat gedung Gouvernements Pandhuis. Demikianlah Tata Ruang Kawasan Keboemen Plein di tahun 1930-an yang bersih, asri, dan tertata dengan rapih. \"Kondisinya nggak seperti sekarang. Tidak sebanding fungsi dan nilai sejarahnya dimasa lalu,\" tukasnya. Residen Kantoor yang dahulu menjadi pusat pemerintahan. Sejak dua dasawarsa yang lalu telah berubah menjadi hutan kecil kumuh di tengah kota. Seakan tidak ada pihak yang bertangung jawab mengurusnya. Keberadaan Benteng De Beschermingh sebelumnya pernah diulas dalam artikel di radarcirebon.com. Artikel itu mengutip Uit Cheribon’s Geschiedenis karya Dr EC Godee Molsbergen, seorang petugas arsip negara atau Land Archivaris di Batavia. Dalam buku tersebut, menceritakan tentang peran VOC atau Generals Verenigde Geoctroyeerde Oost Indische Compagnie di wilayah Cirebon setelah ditanda tanganinya perjanjian pada tanggal 7 Januari 1681. Lokasi  persis Benteng De Bescherming memang masih menjadi misteri hingga kini. Tetapi keberadaannya mengonfirmasi betapa penting kawasan pesisir ini untuk VOC. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait