Seluruh Pendaki Rinjani Sudah Pulang, Termasuk 2 Orang Asal Cirebon

Kamis 02-08-2018,06:06 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

LOMBOK TIMUR – Kedua korban asal Kabupaten Cirebon yang dinyatakan selamat dari gempa dan longsor saat melakukan pendakian di Gunung Rinjani, Lombok, NTB, membuat lega semua pihak. Kakak Akhmad Rifai (33), Agus Ibnu Hami mengatakan, adiknya meninggalkan Cirebon Senin sore (23/7). \"Ke Rinjani itu naik kereta dari Cirebon menuju Surabaya. Surabaya ke Lombok menggunakan kapal laut. Kita masih komunikasi hari Kamis. Mulai hari Jumat hingga Minggu, lost contact. Tahunya ada kabar Rinjani kena gempa. Keluarga terkejut dan shock,\" ungkapnya kemarin. Berkat doa kerabat Rifai dan Atou Rokhman, selamat dari gempa. \"Alhamdulillah Minggu malam ada telepon masuk. Sempat hilang kontak karena kehabisan baterai, cuaca tidak mendukung, juga berebut jalur evakuasi,\" jelas Agus. Saat ini, lanjutnya, adiknya bersama Athou tengah berada di Kota Mataram. \"Rifai dan Athou tidak langsung pulang. Mau ke kerabat Athou dulu di Mataram. Rencananya pulang ke Cirebon Senin besok (9/8). Yang pasti, kami sempat shock dan sedih. Tapi setelah mendengar kabar keduanya baik-baik saja, keluarga sangat bersyukur,\" tutur Agus. Saat dihubungi, Rifai mengaku dalam keadaan sehat dan selamat. Dia bersama Athou dan keempat teman asal Surabaya yang berangkat pada tanggal 25 Juli 2018, juga selamat. Dia menceritakan, bersama Athou dari Cirebon, itu tanggal 23 Juli 2018. Tanggal 26 Juli mulai pendakian di basecamp Sembalun sekitar pukul 07.00 WITA. Sekitar pukul 18.00 WITA sampai di Segara Anak, langsung bikin tenda. Karena hari sudah malam, mereka beristirahat. Tanggal 27 Juli pukul 03.00, mulai summit (mendaki) manapaki puncak Rinjani. Sampai punjak Rinjani pukul 09.00 WITA, lalu ishoma, foto-foto sambil menikmati pemandangan Segara Anak. Baru pada tanggal 29 Juli pukul 04.30, mereka bangun lalu beres-beres meninggalkan Segera Anak. Rombongan Rifai bersama WNA Thailand dan porter guide sudah berada di pertengahan atas Segara Anak menuju Batu Ceper. Sekitar pukul 07.30, saat berjalan, tiba-tiba gempa datang, disusul longsor mengitari atas tebing. “Longsor mengitari di kiri dan kanan Segara Anak. Kita dan rombongan lain panik berhamburan mencari perlindungan di balik pepohonan dan batu besar,\" papar Rifai. Sambil menunggu kondisi aman dan berlindung, dia bersama rombongan berjalan menuju Batu Ceper. Sesampainya di Batu Ceper mereka merasa nyaman. Semua pendaki WNI dan WNA berkumpul di Batu Ceper untuk sementara waktu sampai gempa berhenti sambil menunggu informasi serta bantuan evakuasi. “Kita berjam-jam menunggu di Batu Ceper tanpa ada informasi. Sementara untuk melanjutan perjalanan, kita tidak mungkin. Baru sekitar pukul 23.00, tour guide datang menginformasikan akan ada gempa susulan. “Di situ kita panik lagi,\" bebernya. Malam kedua menunggu situasi aman, Rifai mengaku bersama rombongan lain dengan total 76 orang. Semuanya saling mencari informasi dan menunggu kabar dari bawah. Sekitar pukul 11.00 tanggal 30 Juli 2018, baru ada tim evakuasi datang. “Alhamdulillah kami berenam selamat,\" tutupnya. Sementara itu, evakuasi pendaki selesai sekitar pukul 11.25 WITA. Tiga pendaki yang sempat terjebak di gunung dengan ketinggian 3.726 mdpl itu diselamatkan menggunakan helikopter. Pun begitu jenazah mahasiswa asal Makassar bernama Muhammad Ainul Muskin. Badan Nasional Pencarian dan Penyelamatan (BNPP) alias Basarnas sudah memastikan tidak ada lagi pendaki di gunung tersebut. Direktur Operasi dan Latihan Basarnas Brigjen TNI (Mar) Bambang Suryo Aji mengungkapkan, sejak awal pihaknya memang sudah menyiapkan dua strategi evakuasi. Tujuannya tidak lain untuk mengantisipasi cuaca buruk yang kerap jadi kendala. Maksimal kemarin sore. ”Pukul 17.00 WITA harus sudah klir,” imbuhnya. Sejak evakuasi mulai berjalan Minggu (29/7), kemarin tinggal enam orang dan satu jenazah yang berada di Gunung Rinjani. Sisanya sudah turun gunung lebih dulu. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, jumlah pendaki yang turun Gunung Rinjani sejak Minggu sampai kemarin sebanyak 1.226 jiwa. Itu tidak termasuk satu jenazah korban meninggal dunia. Dari angka tersebut, Bambang menuturkan, 543 di antaranya turun gunung dua hari lalu (30/7). ”Hari ini (kemarin) tiga pendaki dan satu jenazah,” imbuhnya. Selain itu, ada seorang guide dan dua porter. Namun demikian, mereka tidak dievakusi menggunakan helikopter. Melainkan turun gunung bersama tim darat yang dikerahkan oleh Basarnas, TNI, maupun Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) sejak Senin kemarin (30/7). Tim darat berikutnya berangkat kemarin pagi. Mereka bertolak dari Sembalun sekitar pukul 08.30 WITA. Selain mengantisipasi cuaca buruk yang berpotensi mengganggu operasional helikopter, tim darat diperintahkan untuk mengirim logistik tambahan untuk enam orang yang akan dievakuasi. Mereka juga dapat tugas memastikan lokasi pendaratan helikopter. Sehingga evakuasi berlangsung lebih cepat. Kemarin, bukan hanya Bambang yang turun langsung memimpin evakuasi enam orang itu. Turut hadir Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Benny Susianto. Helikopter yang disiapkan pun tidak hanya satu. Ada helikopter milik TNI AD, helikopter Basarnas, dan helikopter dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Namun, hanya satu helikopter yang memungkinkan dipakai evakuasi. Yakni helikopter milik PT AMNT. (via/jpg)

Tags :
Kategori :

Terkait