Tangis Warga Rotterdam untuk Mahasiswi Indonesia

Kamis 02-08-2018,17:07 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

ROTTERDAM – Sekitar 500 orang memenuhi Jalan Kruiskade, dekat Stasiun Kereta Rotterdam, Selasa siang (31/7). Mereka mendapat undangan dari Wai Yin van Eijk dan kawan-kawan untuk mengikuti aksi solidaritas untuk mahasiswi Indonesia korban pemerkosaan 21 Juli lalu. Wai Yin dan tiga temannya, Alysia Martins, Manisha Richardson, dan Melissa Tulud, langsung berpikir untuk melakukan aksi saat pertama melihat berita tersebut di media. Tanpa pikir panjang, mereka mem-posting ajakan untuk berjalan dari stasiun kereta menuju Taman The Esch di laman Facebook. Mereka mengira akan ada belasan yang ikut dari mereka. Di luar perkiraan, posting tersebut menjadi viral. Sampai-sampai media ikut memberitakan rencana mereka. Karena itulah, ratusan warga Rotterdam dan kota-kota lain datang. ”Kami bukan aktivis. Hanya warga yang ikut marah mendengar ada aksi keji seperti ini,” ujar Wai Yin, wirausahawan di bidang TI. Tak ada teriakan atau tuntutan dalam aksi tersebut. Semua peserta diam untuk memberikan ucapan duka bagi korban. Selama satu jam, mereka hanya memegang spanduk, bendera, dan poster sambil meneteskan air mata. Saling menguatkan. Menurut Wai Yin, warga Belanda terhenyak saat mendengar kabar tersebut. Mereka merasa sedih lantaran negara mereka tak lagi aman seperti yang dibanggakan selama ini. Terlebih, sedih karena takut sang korban tak lagi merasa aman di kota tersebut. ”Kami ingin memberikan harapan, terutama ke perempuan itu. Bahwa dia bisa percaya kepada kota ini dan warganya,” ujarnya. Sementara itu, Budiman Wichers, jurnalis yang ikut meliput sekaligus menjadi peserta aksi, merasa prihatin dengan adanya pemerkosaan di Belanda. Menurut dia, Belanda dan Indonesia punya sejarah yang kuat. Meski hubungannya tak selalu indah, dukungan terhadap warga Indonesia sangat kuat. ”Komunitas Indonesia di Belanda sangat erat. Dan orang seperti saya pasti langsung merasa berkewajiban untuk melakukan dukungan di saat-saat seperti ini,” ujar Wichers. Dia adalah warga Belanda yang dulu diadopsi dari Jakarta. Duta Besar Indonesia di Den Haag I Gusti Agung Wesaka Puja  mengatakan, Selasa memang ada silent march di Rotterdam. Aksi tersebut merupakan ungkapan keprihatinan terhadap segala tindak kekerasan kepada perempuan. Terkait dengan perkembangan penanganan kasus pemerkosaan, Puja menjelaskan, tersangka sudah ditahan. ”Tinggal menunggu proses peradilan sesuai hukum Belanda,” katanya saat dihubungi tadi malam (1/8). Puja belum bisa menjelaskan apakah mahasiswi Indonesia yang menjadi korban pemerkosaan akan tinggal di Belanda selama proses persidangan. Dia hanya mengatakan bahwa korban sampai saat ini masih dirawat. ”Kita doakan agar cepat pulih,” jelasnya. Mahasiswi asal Indonesia itu diperkosa pemuda 18 tahun ketika pulang dari kampus. Dia diikuti hingga di depan tempat tinggalnya. Polisi Belanda berhasil meringkus pelaku tiga hari setelah kejadian. (bil/wan/c10/tom)

Tags :
Kategori :

Terkait