Peduli Orang Gila Jadi Misi Kemanusiaan

Sabtu 18-08-2018,09:09 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Serupa tahun-tahun sebelumnya, setiap momentum 17 Agustus, warga bangsa Indonesia bereuforia, mengekspresikan sekaligus merefleksikan hari kemerdekaan. Tapi tidak bagi orang yang mengalami gangguan sakit jiwa bahkan gila. Mereka seperti tak memiliki harapan, apalagi kemerdekaan. Lalu, apa arti kemerdekaan bagi mereka? Husain Ali, Cirebon Raut mukanya kosong, nanar. Rambutnya tak beraturan. Pakaiannya compang-camping, kucel. Ada pula yang sama sekali tak berpakaian. Mereka terbuang, terasing dan seringkali ditemukan di jalanan. Sama sekali mereka tak merasakan hari kemerdekaan seperti orang-orang pada umumnya yang merayakan. Orang-orang sekitar yang melihat dengan cemas, juga sama sekali tak pernah mereka hiraukan. Hidup mereka seperti tak punya harapan. Hidup yang mereka inginkan mungkin hanya makan. Entah dari mana. Sesekali dapat dari orang yang masih memiliki belas kasihan. Selama terlihat makanan, baik masih layak maupun busuk tak menjadi persoalan. Pasti lahap. Lalu, Jamiyah Waqiah Permata Hati Cirebon menyentuh mereka, Jumat (17/8). Dengan semangat refleksi kemerdekaan, Jamiyah Waqiah menggagas program peduli orang gila. Anggota jamiyah disebar mencari 73 orang gila di sejumlah titik wilayah Cirebon sesuai arah mata angin; barat, timur, utara dan selatan. Di antaranya di Kecamatan Gunungjati, Kecamatan Kapetakan, Kecamatan Plered, Kecamatan Gebang, dan Kecamatan Arjawinangun. Dengan membawa bekal nasi kotak, air mineral, pakaian layak, para anggota jamiyah bersemangat mencari dan menyalurkan bantuan alakadarnya itu kepada orang-orang gila. Dengan pendekatan persuasif dan tulus, orang-orang gila pun tampak sedikit semringah. Kegiatan pun berjalan mulus. Setelah itu, para anggota jamiyah yang jadi relawan berkumpul di Pondok Pesantren Al-Idrisiyah Kempek Kabupaten Cirebon. Pondok ini menampung orang yang mengalami gangguan jiwa. Pengasuhnya KH Agus Muhammad Hamidillah. Saat sampai di Pondok Pesantren Al-Idrisiyah, wartawan Radar Cirebon beserta rombongan langsung disambut orang-orang yang tersenyum-senyum semringah dan bicara sendirian. Orang-orang tersebut merupakan santri Al-Idrisiyah yang sedang menjalani rehabilitasi. Bahkan sebagian ada yang menyapa rombongan dengan bahasa yang jelas. \"Dari mana mas, dalam rangka apa ini mas,\" tanya salah satu perempuan santri Al-Idrisiyah dengan melempar senyum usai melaksanakan upacara bendera, memeringati HUT ke-73 Kemerdekaan RI.

Tags :
Kategori :

Terkait