HPN Gelar Panen Perdana Garam Teknologi Ulir Filter (TUF) di Gebang

Sabtu 18-08-2018,12:06 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Cirebon melalui Biro Pengembangan Usaha Maritim dan Sumberdaya Kelautan mengadakan pendampingan kepada petambak garam di Blok Balong Desa Gebang Ilir Kecamatan Gebang, Sabtu (18/8). Teknik budidaya garam dari mitra HPN ini menggunakan Teknologi Ulir Filter (TUF). Dengan teknologi ini, garam yang dihasilkan berkualitas industri dengan kadar kandungan NaCl di atas 97%. Dalam pilot project ini, HPN Cirebon mendampingi petambak untuk memproduksi garam di lahan seluas 6000 meter persegi. Dari luasan tersebut, dibuat skema 38 buah meja produksi yang masing-masing berukuran 4x20 meter, kemudian sisanya adalah kolam ulir dan kolam penampungan air tua sebagai prasyarat teknik TUF. Ketua Biro Pengembangan Usaha Maritim dan Sumberdaya Kelautan HPN Cirebon Haji Sanusi menuturkan, pada panen perdana ini ditargetkan mampu menghasilkan 250 ton garam. “Panen periode berikutnya kami menargetkan 4 ton per meja produksi,” tuturnya. Melalui teknik TUF ini, selain memanen garam juga menanen air bitten yang merupakan air sisa produksi garam yang memiliki kandungan garam sangat tinggi. Haji Sanusi memperkirakan satu meja produksi itu rerdapat 20 liter air bitten. “Air bitten ini kami akan olah sendiri menjadi produk turunan garam sehingga memiliki nilai tambah,” tutur Haji Sanusi. Program yang diadakan HPN Cirebon ini merupakan bagian dari upaya memenuhi kebutuhan garam nasional. Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, kebutuhan garam di tahun 2018 diperkirakan sebanyak 4,5 juta ton. Rinciannya, kebutuhan industri sebesar 3,7 juta ton dan kebutuhan garam konsumsi sekitar 800.000 ton. Sekjen HPN Cirebon Ade Faizal Alami menjelaskan, garam merupakan salah satu komoditas yang strategis karena sangat dibutuhkan dalam semua sektor kehidupan. “Garam itu komoditas yang tidak bisa tergantikan. Kebutuhannya banyak, bukan hanya buat bumbu masakan,” tegasnya. Merujuk data Kementerian Perindustrian, Ade Faizal memaparkan, bahan baku garam yang didistribusikan kepada industri farmasi dan kosmetik sebesar 6.846 ton serta industri aneka pangan 535.000 ton. Sisanya, kebutuhan bahan baku garam sebanyak 740.000 ton untuk sejumlah industri, seperti industri pengasinan ikan, industri penyamakan kulit, industri pakan ternak, industri tekstil dan resin, industri pengeboran minyak, serta industri sabun dan detergen. Sayangnya dari angka tersebut, garam produksi dalam negeri yang mampu memasok ke industri hanya 1,6 juta ton. Pada tahun 2018 ini pemerintah menerbitkan izin impor garam industri sebesar 3,016 juta ton. Menurut Ketua HPN Cirebon Ade Dahwani, realita ini menjadi tantangan bagi petambak garam nasional untuk bisa memproduksi garam dengan kualitas yang sesuai dengan industri. Sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang, kata Ade, Indonesia memiliki potensi daerah yang perlu dikembangkan menjadi basis produksi industri garam secara intensifikasi, di antaranya adalah Cirebon. “Program pemberdayaan petambak garam ini merupakan ikhtiar HPN agar perambak garam mampu menghasilkan garam dengan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan industri,” pungkasnya. (rdh)

Tags :
Kategori :

Terkait