Libur hari kemerdekaan, kurs rupiah kembali loyo. Kamis (16/8), kurs mata uang Garuda terdepresiasi 0,11% jadi Rp 14.593 per dollar Amerika Serikat (AS). Dalam sepekan, rupiah terkikis 1,23%.
Kurs tengah rupiah Bank Indonesia juga mendatar, cuma naik tipis 0,01% ke Rp 14.619 per dollar AS. Tapi dalam sepekan, kurs tengah rupiah BI merosot 1,37% .
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, tren pelemahan rupiah terjadi sejak krisis ekonomi Turki merebak. Rupiah bersama mata uang negara emerging market lain kompak melemah terhadap dollar.
Keputusan BI mengerek suku bunga acuan BI 7-day repo rate (BI 7-DRR) menjadi 5,5% sempat membuat rupiah bertenaga. \"Tapi karena ada libur di akhir pekan, investor cenderung memilih untuk keluar terlebih dahulu,\" kata Josua. Apalagi, AS dan China berniat kembali bertemu untuk membicarakan perang dagang. Ini membuat pelaku pasar wait and see.
Analis Global Kapital Nizar Helmy menambahkan, tekanan dari membengkaknya defisit neraca dagang Juli 2018 menjadi US$ 2,03 miliar juga membuat rupiah tak bertenaga. Ia melihat, rupiah masih berpotensi tertekan karena faktor eksternal. Nizar memprediksi, pekan depan rupiah akan bergerak dengan kisaran Rp 14.350–Rp 14.650 per dollar AS.
Serupa, Josua juga memperkirakan rupiah masih bergerak dengan tren melemah. Ia memprediksi rupiah bergerak di rentang Rp 14.550–Rp 14.650 per dollar AS. ***