Indonesia dan Turki mengembangkan kerja sama mereka dalam bidang kedirgantaraan, dan pesawat udara. Namun hubungan Indonesia Turki tidak hanya fokus pada hal itu saja, melainkan kerja sama yang lebih menyeluruh dalam bidang pertahanan, pemberantasan terorisme dan pertukaran informasi intelijen. Sebagaimana dikutip radarcirebon.com, Indonesia-Turkey Military Cooperation in the Spotlight walau begitu, bagaimana bentuk pasti hubungan Indonesia-Turki di masa mendatang, masih belum jelas.
Awal minggu ini, firma kedirgantaraan (aerospace) penting dari Turki menyelenggarakan workshop di Indonesia yang melibatkan firma pertahanan dan kedirgantaraan lokal yang penting. Sementara perkembangan ini hanya salah satu yang terbaru dalam hubungan pertahanan di antara kedua negara, dan beberapa detil yang dirahasiakan, hal ini tetap saja menarik fokus tentang kolaborasi keamanan antara Indonesia-Turki. Termasuk sehubungan tentang kendaraan aerial.
Seperti yang sudah saya tekankan sebelumnya, kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Turki sudah berlangsung sebelumnya. Baik itu tentang peralatan tertentu, seperti sistem radar atau tank, atau pertukaran yang lebih umum sehubungan keahlian militer.
Namun di bawah kepemimpinan Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo, kedua pihak telah berusaha melihat cara-cara lain untuk mengembangkan kerja sama mereka. Memang, tahun lalu saat kunjungan kenegaraan Jokowi ke Turki, ada memorandum kesepahaman ditandatangani antara manufaktur pesawat udara milik pemerintah Dirgantara Indonesia dengan Turkish Aerospace Industries.
Indonesia-Turki juga berjanji untuk meningkatkan kerja sama dalam area seperti drone dan produksi kapal selam, selain kerja sama lain dalam bidang terorisme dan berbagi isu intelijen yang lebih luas.
Minggu ini, beberapa kerja sama itu menjadi tajuk utama, seiring penyelenggarakan workshop TAI di Jakarta tanggal 14 Agustus, yang melibatkan perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan lokal. Menurut rilis pers yang dikeluarkan TAI, workshop itu fokus pada “kemungkinan kerja sama untuk beberapa kesempatan bilateral mendatang, seperti Sistem Kendaraan Udara Tanpa Pilot dari Kementerian Pertahanan Indonesia.”
Rilis ini secara langsung menyebutkan TAI menawarkan produk ketinggian sedang dengan ketahanan panjang (MALE) mereka, Anka, kendaraan udara tanpa pilot (UAV).
Diluar ada keterangan pers tadi, kemana arah hubungan Indonesia Turki dalam area ini untuk tahun-tahun mendatang masih belum jelas. Walau ada beberapa indikasi kedua belah pihak akan mencapai kesepakatan resmi, belum ada yang diumumkan sampai sejauh ini.
Dam walaupun keterangan pers tadi menyiratkan keinginan TAI untuk “menyesuaikan” penawaran mereka untuk “memuaskan persyaratan spesifik dari pengguna Indonesia,” hanya ada sedikit detil yang terlihat dari hal itu. Hal itu sangat penting untuk menentukan kemungkinan kerja sama di masa depan, termasuk kerja sama spesifik dengan firma Indonesia.
Dalam pers rilis tadi, TAI dengan hati-hati menekankan, kerja sama pertahanan antara kedua belah pihak tidak berfokus pada sistem UAV, tapi lebih kepada “hubungan jangka panjang yang bisa dipertahankan dan menguntungkan kedua belah pihak” agar semua pihak bisa memajukan tujuan mereka “dalam pasar lokal dan global dalam jangka menengah.”
Bagaimana hubungan itu akan berkembang, tergantung pada detil teknis yang bisa diusahakan oleh kedua negara, yang bisa diterapkan dan ditindaklanjuti dalam tahun-tahun mendatang.***