Badai pun Dianggap Angin Lalu

Selasa 21-08-2018,08:08 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

TIBA-TIBA pintu luar masjid di kawasan Aziziah Makkah, Minggu malam kemarin, seperti dibuka paksa. Berkali- kali. Ketika rakaat ketiga Magrib belum usai. Juga disertai gemuruh seperti mobil truk sedang melintas dengan kencang. Jamaah masjid pun masih terus menuntaskan salat Magribnya. Bahkan terus dilanjutkan dengan berdoa dan salat sunat dua rakaat. Seperti tidak ada apa-apa. Bunyi-bunyi tadi pun sudah dianggap angin lalu. Tapi alangkah kagetnya setelah jamaah keluar masjid. Puluhan sandal di depan masjid sudah berantakan ke mana-mana. Tak berpasang-pasangan lagi. Juga sangat kaget ketika kaki coba dimasukkan. Sandal sudah penuh pasir. Begitu juga dilantai sudah penuh pasir. Ketika akan masuk ke dalam toilet, ternyata juga sudah penuh pasir yang sangat lembut. Bahkan pasir sudah sampai ke tempat cuci tangan. Pun begitu mau pulang ke hotel transit, ternyata angin masih terasa kencang. Mata seperti berjalan di belakang truk galian C yang tidak ditutup. Pedih. Kawasan Azizah yang tenang tiba-tiba berubah. Ternyata ada badai pasir kata satpam hotel di mana saya menginap. Dan kami pun lanjut makan malam. Tidak begitu peduli dengan cerita badai sang penjaga tadi. Tapi alangkah kagetnya ketika sebelum Isya. Ada kabar kalau Arafah dilanda badai pasir, petir, dan hujan deras. Padahal sebelumnya kawan saya baru memberi kabar kalau sudah sampai di Arafah lebih dahulu. Nyaman dan tidak macet. Yang mengagetkan lagi beberapa tenda ada yang roboh. Listrik padam dan jamaah berdoa di luar. Tapi kabar lagi kalau yang roboh hanya sebagian kecil. Tapi hampir sebagian kasur lipat dan karpet untuk jamaah basah. Baik yang sudah ditempati atau yang belum. Tentu jamaah yang belum ke Arafah menjadi waswas. Juga mengkhawatirkan dengan jamaah yang sebagian besar sudah di tenda-tenda Arafah. Kami pun ketika salat Isya usai berdoa untuk kelancaran ibadah puncak haji. Wukuf di Arafah. Juga mendoakan jamaah yang sudah di kawasan padang pasir itu. Pagi-pagi jamaah kami dari Salam Tour pun berangkat pukul 3 pagi, Senin (20/8). Sampai di Arafah ketika azan Subuh berkumandang. Dari kejauhan jamaah sudah memadati tenda-tenda untuk salat. Termasuk di tendanya yang roboh, mereka sudah siap berjajar melaksanakan salat Subuh. Dari atas bus terlihat sebagian tenda yang roboh. Tapi hanya sebagian kecil. Juga ketika turun dari bus melintasi sejumlah tenda, hanya sedikit yang roboh. Tidak seheboh di media sosial. Tapi memang ketika masuk tenda, kasur-kasur lipat jamaah sudah basah. Ada yang basah semua dan ada yang sebagian. Begitu pula karpetnya. Sebagian basah. Walau basah masih nyaman untuk salat Subuh berjamaah. Dan masih bisa berlama-lama berdoa pagi sampai sarapan pagi dimulai. Walau sempat waswas, tapi para jamaah calon haji khusyuk berdoa. Ada yang salat Duha. Ada yang membaca Alquran. Juga ada pula yang berdzikir. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa semalam.  Badai pasir dan hujan deras yang melanda Arafah, Muzdalifah dan Mina, Minggu malam, sudah dianggap angin lalu. Begitu juga tenda-tenda yang roboh, dibiarkan berantakan. Jamaah pun tak terpengaruh. Jamaah memang konsen melaksanakan wuquf. Kabar baiknya. Mungkin akibat badai semalam, suasana pagi menjelang siang sangat sejuk. Tidak terlalu banyak debu, karena sempat tersiram air hujan semalam. Bahkan biasanya panas menyengat, kemarin tidak terlalu. Ya.. Arafah adalah puncaknya haji. Haji adalah Arofah. Badai angin pun dianggap angin lalu. Hingga tulisan ini saya buat, prosesi puncak Wuquf Arafah belum dimulai. Jamaah masih sibuk dengan ibadah masing-masing. Semoga badai pasir semalam justru akan menambah kekhusukan dan kesejukan Wuquf Arafah. (*/bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait