Kekurangan Dianggap sebagai Ujian

Sabtu 25-08-2018,07:07 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

USAI sudah prosesi ibadah haji. Kemarin, sebagian ada yang mengakhiri di Makkah setelah thawaf ifadah dan sai. Sebagian lagi di Mina. Terutama yang sudah thawaf ifadah terlebih dahulu dan prosesi nafar sani/akhir. Hari ini sebagian jamaah tinggal di hotel dekat Masjidilharam. Ada yang tinggal di hotel-hotel transit seputar Makkah. Sebagian lagi langsung ke Madinah. Ziarah ke kota suci di mana Rasulullah dimakamkan. Sebagian yang lain pulang ke kampung halaman masing-masing. Jamaah Indonesia ada yang kembali ke Tanah Air pada 26 Agustus. Sebagian besar memang menjalani prosesi ibadah dengan ikhlas. Alhamdulillah tidak ada kendala yang berarti. Semua prosesi nyaris lancar.  Hanya ada musibah menjelang wukuf Arafah. Badai pasir dan hujan angin yang menghebohkan itu. Padahal badai semacam itu biasa terjadi di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Hanya sekarang kebetulan bersamaan dengan malam menjelang wukuf. Kendala lain adalah suhu panas yang luar biasa. Biasanya di Arab Saudi puncak panas terjadi pada bulan Juli. Namun tahun ini justru pada bulan Agustus. Bertepatan dengan serangkaian dan puncak ibadah haji. Kendala-kendala lain tentu masih banyak. Terutama di puncak haji. Arafah, Muzdalifah, Mina dan Makkah. Namun itu banyak dimaklumi karena lebih dari 4 juta jamaah berkumpul di tempat-tempat itu pada waktu yang bersamaan. Di Arafah sebenarnya nyaris tidak masalah. Selain karena insiden badai debu itu. Puncak ibadah haji yang hanya sehari, sangat sukses. Tidak ada kendala berarti. Biasanya menjelang wukuf terjadi kemacetan di sejumlah ruas jalan menuju Arafah. Tahun ini nyaris tidak terjadi. Ini lantaran pengaturan pemberangkatan jamaah menuju Arafah sangat tegas dan terencana. Jadwal keberangkatan diatur dan ditentukan panitia haji setempat. Mungkin proses dari Arafah ke Muzdalifah itu yang menjadi catatan tersendiri. Dari tahun ke tahun tetap sama. Macet total di sepanjang perjalanan. Jarak yang kurang dari 10 Km itu harus ditempuh lebih dari 5 jam. Tapi hal itu dimaklumi karena memang semua jamaah harus menuju ke Muzdalifah untuk bermalam. Sehingga kendaraan menumpuk di sepanjang perjalanan. Ada juga kendala-kendala kecil. Seperti mobil mogok dan berhenti sembarangan. Karena macet, tidak semua bisa bermalam dengan sempurna di Muzdalifah. Ada yang hanya turun sebentar dari mobil. Ada banyak yang tetap di dalam bus. Selepas pergantian hari baru meninggalkan Muzdalifah. Tapi banyak juga menjalani malam di tempat itu hingga menjelang pagi. Yang perlu dievaluasi di Mina. Yang sangat menonjol adalah kapasitas tenda dengan jumlah penghuni. Itu terjadi bukan hanya di jamaah reguler. Di pemondokan haji khusus pun sama. Misal tenda yang berkapasitas 60 orang tapi harus diisi 100 jamaah. Walau sudah berdesak-desakan tetap saja tidak cukup. Tampak sejumlah kasur dan karpet digelar di lorong-lorong tenda dan tempat-tempat kosong. Malam hari tidak begitu problem. Tapi siang hari. Kepanasan yang sangat. Catatan berikutnya soal toilet. Ini juga terkait dengan jumlah yang tidak sebanding. Antara jumlah toilet dan jamaah. Yang terjadi nonstop 24 jam, antrean di depan pintu-pintu toilet selalu mengular. Belum lagi tidak semua toilet berfungsi dengan baik. Karena keterbatasan itu, sering terlihat jamaah bersuci menggunakan air mineral secukupnya. Di Makkah nyaris tidak ada masalah. Proses ibadah utama di Masjidilharam adalah thawaf dan sai. Walaupun padat tapi banyak pilihan. Untuk thawaf pun bisa bertingkat-tingkat. Tinggal memilih. Hanya di lantai dasar yang paling favorit. Selain dekat dengan Kakbah, juga putarannya tidak terlalu lebar. Kalau di lantai-lantai atasnya bisa dua kelipatan jaraknya. Namun tidak terlalu ramai. Begitu pula sai. Juga tinggal memilih. Mau di lantai yang mana. Lantai paling dekat dan sejajar dengan Kakbah, yang paling krodit. Tapi di lantai-lantai atasanya ramai. Tapi tidak berdesak-desakan. Walau semua tahu, Masjidilharam padat sekali. Sudah dilebarkan pun masih harus buka tutup gate. Apalagi ada proyek pelebaran masjid yang tak kunjung selesai. Pengunjung terus merayapi jalan-jalan menuju masjid itu. Apalagi seperti Jumat kemarin. Sejak pagi sudah ditutup. Jamaah yang jauh diimbau untuk tidak ke Masjidilharam. Tetapi apapun kondisinya, mengelola lebih dari 4 juta orang butuh energi yang luar biasa. Jika ada kekurangan-kekurangan, oleh jamaah dianggap sebagai ujian. (*/bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait