Sulitnya Membaca Alfatihah

Minggu 26-08-2018,07:07 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

TAMPAK beberapa orang melingkar. Semuanya membuka Alquran. Dipimpin satu ustad. Di tempat lain ada pemandangan yang sama. Peserta ngajinya bukan hanya satu negara. Multiras dan berbagai bangsa. Kejadian itu di Madinah. Tepatnya di Masjid Nabawi, kala itu. Saya pun tertarik untuk ikut dalam lingkaran tersebut. Karena tidak satu bahasa, tentu cukup dengan gerak tubuh. Saya pun diberi tempat untuk ikut dalam pengajian. Lingkaran orang mengaji itu cukup banyak. Bahkan sang ustad selalu mengajak jamaah yang lewat untuk ikut. Di lingkaran yang lain juga sama. Kalau di Nabawi pengajian seperti itu biasanya menjelang salat wajib. Tapi ada juga yang setelah salat. Pertanyaannya mengaji apa? Subhanallah. Ternyata lingkaran-lingkarang jamaah tadi mengaji surat pembuka Alquran, Alfatihah. Saya pun tidak berani bertanya, mengapa Alfatihah, bukan surat lain. Ya saya ikuti saja. Pertanyaan terjawab sudah. Ketika kita satu per satu awalnya disuruh menirukan sang ustad. Sepertinya gampang. Ternyata sulitnya bukan main. Jika ada 11 peserta, nyaris semua salah. Bukan itu saja. Jika ada 11 suku atau bangsa, Alfatihahnya juga tidak sama. Ada 11 gaya bahasa masing-masing. Tak ada satupun yang benar. Walaupun, misalnya kawan saya ini ustad, kuliah di jazirah Arab, tetap masih salah. Bahkan orang Arab saja juga banyak salah. Apalagi lidah saya yang sangat Jawa. Bukan itu saja. Yang sesama Indonesia saja Alfatihahnya bermacam-macam. Sunda sama Jawa saja beda. Apalagi dengan Bugis, Padang, Batak atau Banjar. Beda sekali pengucapannya. Metode ngajarnya nyaris mirip. Hanya ada perbedaan sedikit. Dimulai dari sang ustad membaca terlebih dahulu. Kemudian peserta diminta mengikuti. Setelah itu satu-satu yang membaca. Di situlah ketahuan kesalahan-kesalahan peserta. Di Madinah kalau benar diberi nilai dari kertas. Bertuliskan angka Arab dari 1 sampai 10. Tapi rata-rata dapat nilai antara 6 sampai 8. Nah ternyata model ngaji seperti ini lagi musim. Bukan hanya di Nabawi. Di Masjidilharam dan masjid-masjid seputar Makkah juga mengajarkan itu. Bahkan sampai ke tenda-tenda di Mina. Banyak yang serius mengaji Alfatihah. Jamaah haji pun terwabah ngaji induk Alquran tersebut. Di samping hotel, ada masjid. Metodenya nyaris sama. Hanya tidak ada nilai. Tapi uniknya jamaah haji Indonesia yang ikut ngaji diberi hadiah Alquran. Bahkan ada yang diberi uang oleh imam masjid. Menurut sang imam masjid dekat hotel transit, Alfatihah itu sangat penting. Dia pun meminta jamaah untuk terus memperbaiki bacaan Alfatihahnya. Dari hari ke hari dari waktu ke waktu. Seperti diketahui Fatihah atau pembuka adalah surah pertama dalam Alquran. Surah ini diturunkan di Makkah. Terdiri dari 7 ayat. Alfatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang lain. Surah ini disebut Alfatihah karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Alquran. Dinamakan Ummul Quran atau Ummul Kitab (induk Kitab) karena merupakan induk dari semua isi Alquran. Dinamakan pula As Sab\'ul matsaany atau tujuh yang berulang-ulang. Hal ini karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat. Alfatihah begitu penting. Lalu bagaimana dengan bacaan Alfatihah kita selama ini? Apakah sudah sempurna? Bagaimana salat kita kalau bacaan Alfatihahnya tidak sempurna. Hal-hal inilah yang menjadi pertanyaan jamaah. Tugas kita hanya belajar dan terus memperbaiki. Jika hasilnya masih juga belum sempurna, hanya Allah SWT yang tahu. Semua kita serahkan pada Nya.  (*/bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait