Petani Terpaksa Jual Garam ke Tengkulak, Ini Sebabnya

Minggu 26-08-2018,08:08 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Persoalan keberadaan gudang garam masih menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi para petani pengolah tambak garam di Kabupaten Cirebon. Pasalnya, dengan hasil melimpah seperti sekarang, para petani kebingungan untuk menyimpan garam-garam mereka untuk dijual saat harga mulai naik. Akibatnya, mau tidak mau sebagian petani tetap menjual garam hasil panennya kepada para tengkulak. Terlebih, untuk ongkos angkut garam dari lahan harus segera dibayar ke kuli pocok. Salah satu petani garam asal Blok Kandawaru, Tono kepada Radar mengatakan, jika permasalahan yang dihadapi tidak semua petani garam memiliki lahan atau gudang untuk menyimpan garam. Sehingga, jika hendak menyimpan, petani harus menyewa lahan atau gudang untuk lokasi penggudangan garam. “Kalau yang punya lahan bisa simpan di lahan, kalau yang tidak punya ya harus sewa. Ada biaya juga untuk angkut dari lahan ke lokasi penyimpanan. Kalau angkutan itu harus segera dibayar saat selesai, akhirnya yang tadinya harus disimpan terpaksa dijual,” ujar Tono. Dijalaskannya, hanya beberapa petani saja yang secara mandiri memiliki gudang dan lahan untuk menyimpan hasil panen. Sebagian lainnya tidak punya dan biasanya harus mengeluarkan uang terlebih dahulu untuk menyewa gudang ada sekadar menyimpan di lahan terbuka. “Karena persoalan itu sekarang banyak juga petani yang setelah panen tidak langsung membawa hasil panennya. Tapi kebanyakan menyimpan di sekitar tambak. Ada yang disusun, ada juga yang dibiarkan di atas pematang tambak. Jadi, nanti ngangkutnya sekalian. Kalau sudah ada pembeli dengan harga yang dirasa pantas atau saat butuh uang, baru diangkut ke pengepul,” paparnya. Sementara itu, Sabri, petani garam warga Desa Rawaurip kepada Radar mengatakan, saat ini Kabupaten Cirebon sudah memasuki fase panen raya. Sehingga stok garam begitu melimpah di Kabupaten Cirebon. Para petani pun harus memutar otak agar harga garam tidak jatuh di antaranya adalah dengan sedikit menahan barang sehingga tidak ada lonjakan garam di pasaran. “Kalau semuanya dilepas bersamaan, harganya bisa jatuh sekali. Mungkin bisa Rp200 atau 300. Sekarang barang sedikit ditahan, dikeluarkan kalau hanya ada yang cari saja dengan harga yang sesuai. Harganya masih Rp800 perkilogram,” ungkapnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait