Kakbah dan Masjidilharam Tak Terkalahkan

Senin 27-08-2018,23:07 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

MINGGU sore saya sudah mulai tinggal di Zam-Zam Tower. Bangunan menjulang tinggi persis di depan Masjidilharam itu sungguh membanggakan. Bangunan yang bagian atas ada jamnya itu, menjadi ikon baru Makkah, selain Kakbah. Makanya pencakar langit itu disebut juga Makkah Royal Clock Tower. Tower Zam-Zam adalah salah satu bagian gedung dari Hotel Makkah Royal Clock Tower-Fairmont Hotel. Termasuk dalam komplek Abraj al Bait. Menjulang tinggi sampai 601 m. Semula akan dibangun dengan ketinggian 743 meter. Dengan ketinggian tersebut merupakan bangunan menara jam terbesar di dunia. Bahkan mengalahkan Big Ben di London. Bangunan ini juga bangunan kedua tertinggi di dunia setelah Burj Khalifa di Dubai. Tower atau Menara Zam-Zam sangat mudah dikenali. Jam besar menara ini dapat dilihat hampir dari seluruh penjuru Kota Makkah yang dikelilingi bukit bukit bebatuan. Ketika masuk ke dalam juga akan ketemu mal yang begitu luas. Mal  itulah yang menghubungkan sejumlah hotel yang ada di tower tersebut. Untuk ke resepsionis harus ke lantai 11. Menuju lantai 11 harus melalui eskalator-eskalator, kemudian ke lift-lift besar. Satu lift bisa memuat satu unit mobil. Sebelum ke lantai 11 ada lantai-lantai sebelumnya. Saya sangat tertarik di lantai 10. Di salah satu sudut lantai itu ada tempat salat. Ruangan itu memiliki luas hampir sama dengan dua kali lapangan futsal. Ketika berdiri posisi menghadap kiblat, akan langsung melihat Kakbah beserta jamaah yang sedang thawaf. Tapi sebagian besar di ruangan itu adalah perempuan. Ruangan itu memang terbuka untuk laki-laki dan perempuan. Tapi belakangan seperti dikhususkan untuk perempuan, terutama yang membawa anak-anak kecil. Juga untuk jamaah berkebutuhan khusus. Sehingga bisa salat juga bisa melihat Kakbah dari jendela-jendela musala tower. Tampak wanita-wanita mengenakan jubah warna hitam atau abaya. Pakaian itu biasa dipakai oleh wanita Arab ketika keluar rumah. Mereka berbaris rapi. Sementara anak-anak main sesukanya. Tempat salat di lantai 10 itu sebagai ide yang cerdas. Perempuan tetap bisa salat. Bahkan bila hari Jumat masih bisa mendengarkan khutbah dari Masjidilharam. Walaupun bangga dengan Zam-Zam Tower, tapi kalau melihat ke bawah menjadi sedih. Tower yang menjulang itu seolah-olah mengerdilkan posisi Kakbah. Yang seolah “mencakar” Masjidilharam. Bahkan keagungan Masjidilharam yang terus diperluas itu tenggelam oleh tingginya tower tersebut. Maka wajar kalau para pengritik menyebut, menara Zam-Zam sebagai hinaan terhadap Makkah. Menara Zam-Zam termasuk dalam Kompleks Abraj al-Bait. Pembangunan Abraj al-Bait sempat memunculkan kontroversi. Bukan hanya menggusur Benteng Ajyad peninggalan Kerajaan Turki Utsmani, juga bangunan-bangunan yang lain. Termasuk Pasar Seng, yang terkenal itu. Para pengritik menyesalkan berdirinya tower itu melibas banyak situs bersejarah. Juga lebih 20 bangunan yang sudah ada sejak zaman Rasulullah, diratakan dengan tanah. Yang menyedihkan, situs-situs tersebut berganti dengan bangunan komersial. Benteng peninggalan Kerajaan Turki Utsmani berubah menjadi hotel dan apartemen dengan kapasitas tiga ribu kamar, pusat perbelanjaan, dan parkir berkapasitas seribu mobil. Wajar kalau ada kelakar di kalangan orang yang tidak setuju dengan berdirinya tower tersebut. Guyonan mereka “Makam Rasulullah pun kalau bisa digusur pasti sudah digusur. Hanya rumah Raja saja yang tidak bisa digusur”. Pengritik itu memang wajar. Karena Istana Raja masih berdiri kokoh di dekat kawasan bersejarah yang dulu digusur. Sekarang Istana Raja sudah sejajar dengan bangunan-bangunan komersial itu. Memang harus diakui Menara Zam-Zam sudah menjadi simbol pertama ketika jamaah masuk ke Makkah. Menara Zam-Zam menjadi penunjuk arah atau penanda bagi ribuan jamaah yang masuk ke Masjidilharam. Walaupun bangunan tower itu telah “mencakar kesucian” Kakbah di bawahnya. Pemerintah setempat juga punya alasan mengapa menggusur bangunan-bangunan bersejarah tersebut. Pemerintah Arab Saudi berdalih keberadaan Menara Zam-Zam bukan hanya sekadar komersial. Pemerintah Arab Saudi beralasan penggusuran situs-situs bersejarah untuk menjaga ketauhidan. Situs-situs bersejarah itu bisa mendorong perbuatan syirik yang mencemari keesaan Allah. Selain itu bangunan itu juga membantu jamaah yang ke Masjidilharam. Bisa dibayangkan sudah diperluas pun masih tetap sesak. Sudah ditambah parkir 1.000 mobil pun masih macet di mana-mana. Bahkan hari tertentu, terutama Jumat, pintu masuk diberlakukan buka tutup sejak pagi. Walaupun bangga bercampur sedih, tapi bangunan itu sudah berdiri kokoh. Sudah menjadi landmark baru kawasan itu. Kita tetap berkeyakinan Kakbah dan Masjidilharam tak pernah akan terkalahkan, walaupun ada tower-tower semacam itu dibangun lagi. Karena jamaah yang datang selalu mendoakan Baitullah. Ya.. agar Allah tambahkan kemulian, keagungan, kehormatan dan wibawa pada rumah Allah itu. Itulah doa yang selalu dipanjatkan bila melihat Kakbah. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait