Seren Taun, Mengokohkan Persatuan lewat Budaya Lokal

Selasa 04-09-2018,16:35 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

MASYARAKAT adat Cigugur, Kabupaten Kuningan, merayakan puncak upacara adat Seren Taun di kompleks Paseban Tri Panca Tunggal kemarin. Seren Taun kali ini mengangkat tema; Memperkokoh Adat untuk Memperkuat Karakter Bangsa. Agenda ini dihadiri oleh sejumlah pejabat penting. Mulai dari Bupati Kuningan Acep Purnama, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Moch Iriawan, hingga Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Warga pun beramai-ramai menyaksikan dari dekat. Seren Taun yang merupakan gelaran budaya tradisional masyarakat agraris Sunda, digelar satu tahun sekali pada setiap tanggal 22 Rayagung Tahun Saka Sunda. Dan kali ini 3 September. Seren Taun yang berarti menyerahkan tahun, dapat diartikan sebagai penyerahan hasil panen yang baru dilewati, sekaligus juga memohon berkah dan perlindungan kepada Tuhan untuk keberkahan dan kebaikan pada musim berikutnya. Pada puncaknya kemarin, Seren Taun dimeriahkan oleh berbagai pagelaran kesenian. Seperti Tari Buyung, Angklung Buncis, Angklung Kanekes, Ngajayak, dan Arak-arakan Memeron atau replika binatang yang terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari hasil bumi. Diakhiri dengan penumbukan 20 kuintal gabah untuk dibagikan kepada masyarakat, dan 2 kwintal lagi untuk dijadikan benih pada musim panen berikutnya. Ketua Panitia Seren Taun masyarakat Adat Cigugur, Dewi Kanti mengatakan makna dari tema yang diangkat tahun ini adalah masyarakat adat Sunda Cigugur bertekad terus melestarikan dan melakukan upaya perlindungan terhadap hukum-hukum adat warisan dari para leluhurnya. “Seperti filosofi Prabu Niskala Wastu Kancana menyebutkan, pakena gawe rahayu pikeun heubeul jaya dina buana, berbuat baiklah agar lama jaya di dunia. Kebaikan sosial yang berdampak bagi masyarakat banyak. Itulah yang diajarkan dalam tradisi Seren Taun,” kata Dewi Kanti. Bupati Kuningan Acep Purnama mengapresiasi konsistensi masyarakat adat Cigugur yang menjalankan tradisi Seren Taun sebagai bentuk pelestarian budaya. Upacara adat Seren Taun yang sarat akan nilai kebajikan dan kearifan lokal, diyakini menjadi tameng terhadap pengaruh buruk budaya asing. “Kami sangat mengapresiasi masyarakat adat Cigugur yang masih tetap menjalankan tradisi Seren Taun ini dengan seksama. Tradisi Seren Taun yang sarat akan nilai-nilai luhur budaya lokal diyakini mampu melawan budaya asing yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Acep. Acep menyatakan, di samping sebagai aset di bidang kepariwisataan, Seren Taun punya nilai tinggi bagi Kabupaten Kuningan yang sangat kaya warisan kebudayaan. “Tan Hana Nguni Tan Hana Mangke, kalau tak ada masa lalu, tak ada masa sekarang,” tandas Acep di sela acara. Ia juga menegaskan, Kecamatan Cigugur merupakan miniatur dari Indonesia. Beragam etnis suku dan agama ada di Cigugur. Sehingga, sambung Acep, perbedaan bukanlah sebuah hambatan, tapi sebuah khasanah, keindahan yang harus dihormati. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga menyampaikan apresiasi karena Seren Taun masih dipertahkan hingga saat ini. Menurutnya, dunia saat ini terus berubah dengan sangat cepat, namun bukan berarti perubahan itu mencerabut adat istiadat yang dimiliki Indonesia, termasuk Seren Taun. “Saya mengapresiasi masyarakat Sunda Wiwitan dan keluarga Sunda secara keseluruhan. Dapat terus menjaga budaya dan sekaligus menjaga persatuan dan kesatuan,” kata Moeldoko. Senada diungkapkan Pj Gubernur Jawa Barat Moch Iriawan. Ia berharap acara tradisi Seren Taun ini bisa terus digelar dan menjadi agenda Jawa Barat. Untuk mewujudkan hal itu, Iriwan pun meminta partisipasi banyak pihak untuk terlibat di agenda ini. Salah satunya bank bjb, kata Iriawan, bisa menjadi sponsor utama setiap kegiatan Seren Taun. (fik)

Tags :
Kategori :

Terkait