Rusia melaksanakan latihan perang besar-besaran dengan nama Vostok 2018, di mana ini adalah latihan militer terbesar sejak era Soviet dan dijadwalkan akan dilaksanakan pada tanggal 12-15 September 2018. Lebih dari 300 ribu tentara, 40 ribu kendaraan militer, dan ribuan pesawat akan ‘bertempur’ di seluruh negeri.
Mulai hari ini, Selasa (11/9), hingga 15 September, sekitar 300 ribu tentara (sepertiga pasukan militer Rusia) akan bertolak ke Kamchatka di Timur Jauh untuk mengikuti latihan militer terbesar yang pernah digelar Rusia sejak 1981.
“Distrik Militer Timur dan Tengah, Armada Utara, unit-unit penerjun payung, pasukan ‘over-the-horizon’, kendaraan-kendaraan militer, dan komando udara taktis Pasukan Kedirgantaraan Rusia akan berpartisipasi dalam latihan militer,” kata Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov.
Lebih dari 1.000 pesawat (mulai dari pesawat tempur hingga pengebom strategis), helikopter, dan drone kecil akan diuji. Sekitar 36 ribu tank (dari T-72 hingga T-14 Armata yang baru), kendaraan-kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC), dan kendaraan-kendaraan tempur lainnya juga akan ikut ambil bagian.
Latihan ini akan didukung oleh divisi udara dan laut dari seluruh Rusia. Armada Utara dan Pasifik, yang terdiri dari 80 kapal militer dan sipil, juga turut dilibatkan.
Tujuan utama latihan militer ini adalah untuk menyatukan semua divisi tentara Rusia, menguji kecepatan tentara dalam memobilisasi, dan mencari cara untuk melakukan transfer operasional di seluruh negeri dalam waktu yang singkat. Pasukan darat diperkirakan akan menempuh jarak 7.000 km, sementara kapal-kapal dipersiapkan untuk berlayar hingga 4.000 mil laut.
Sebagai bagian dari latihan, komando Rusia berencana membagi tentara menjadi dua divisi. Divisi pertama akan bertindak sebagai musuh dan memulai serangan bertahap melawan Rusia (atau melawan negara imajiner sesuai skenario latihan), sementara divisi kedua akan membela perbatasan negara. Militer Rusia belum mengungkapkan rencana mereka secara keseluruhan sampai hari pertama latihan dimulai.
Biaya latihan militer terbesar dalam sejarah modern Rusia ini pun belum terungkap. Militer Rusia mengklaim akan membiayai latihan besar-besaran ini dengan menggunakan anggaran 2018 dan tidak memerlukan dana tambahan dari negara.
Sebagaimana yang ditekankan Komando Angkatan Bersenjata, satu-satunya latihan militer berskala besar yang sebanding dalam sejarah modern terjadi pada 1981 (yang dikenal sebagai “Zapad-81”). Latihan militer itu digelar di area seluas 500 km persegi dan melibatkan 20 divisi yang “dikirim ke medan tempur” (lima hingga 20 ribu orang per divisi). Ada juga sekitar 1.000 pesawat dan helikopter.
Latihan militer yang disebut “Vostok-2018” ini akan disiarkan langsung dari salah satu lokasi pengujian di Timur Jauh dan Anda akan dapat menyaksikannya secara onlinemelalui situs web Kementerian Pertahanan Rusia.
Dikutip radarcirebon.com, berikut hal-hal yang perlu ditahui tentang latihan militer ini yang sangat penting bagi Presiden Rusia, Vladimir Putin versi Euronews dalam artikel berjudul Russian war games: What you need to know
Selama dua hari terakhir, militer Rusia telah melakukan latihan terbesar negara tersebut dalam beberapa dekade, seiring Presiden Vladimir Putin berusaha mengirim pesan kepada Barat—tetapi juga kepada para pemilihnya sendiri yang semakin tidak puas.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, latihan militer Vostok 2018—yang diluncurkan pada Selasa (12/9) dan dijadwalkan akan berakhir pada Sabtu, 15 September 2018—adalah yang terbesar di negara itu sejak tahun 1981. Latihan perang tersebut diduga melibatkan sekitar 300.000 pasukan dan termasuk kontingen dari negara tetangga China dan Mongolia.
Seribu pesawat, helikopter, dan pesawat tanpa awak, hingga 80 kapal dan 36.000 tank, kendaraan pengangkut personel lapis baja, dan kendaraan lainnya, akan digunakan, menurut kementerian tersebut.
Latihan tersebut berlangsung di timur jauh Rusia—Vostok berarti “Timur”—dan akan melihat kolaborasi yang erat antara unit darat, udara, dan unit spesialis, serta penyebaran pengintaian dan peperangan elektronik.
Para ahli, bagaimanapun, telah meragukan jumlah pasukan yang terlibat.
“Rusia memiliki dorongan yang kuat untuk memberikan angka yang menyesatkan tentang ukuran latihannya—mengklaim bahwa latihan perang di Barat, seperti Zapad 2017, lebih kecil dari yang sebenarnya, dan latihan perang di Timur, seperti Vostok, lebih besar,” kata Keir Giles, rekan peneliti senior di Chatham House yang berbasis di London, kepada Euronews.
Itu karena menurut aturan Eropa, negara-negara Barat dapat meminta untuk mengirim inspektur yang beroperasi di bawah Organization for Security and Cooperation (OSCE) jika latihan militer melibatkan lebih dari 15.000 pasukan.
Rusia secara teratur melakukan latihan militer, dan di masa lalu telah menggunakan latihan yang sering kali mengejutkan ini untuk meluncurkan serangan, termasuk invasi ke Georgia pada tahun 2008 dan aneksasi Krimea dari Ukraina pada tahun 2014.
Dalam dua tahun terakhir, tampaknya Rusia telah meningkatkan latihan dari segi skala maupun kompleksitas. Rusia mengatakan bahwa 12.000 tentara mengambil bagian dalam latihan Zapad (“Barat”) tahun lalu di perbatasan dengan negara-negara NATO, meskipun perkiraan dari pengamat berkisar antara 30.000 hingga 100.000.
Yang menarik bagi Barat adalah apa yang telah dipelajari oleh tentara Rusia dari konflik yang saat ini terlibat di dalamnya, menurut Emily Ferris, seorang peneliti di wadah pemikir RUSI yang berbasis di London.
“Selama hampir sepuluh tahun, tentara Rusia telah mengalami modernisasi pasukan dan peralatannya secara luas.”
“Keterlibatan militer Rusia dalam konflik di timur Ukraina dan Suriah sama-sama menginformasikan pengalaman pertempuran mereka, dan militer mengadaptasi taktik dan teknologinya untuk menyesuaikan, serta menggunakan ini sebagai kesempatan untuk mendemonstrasikan peralatan barunya,” katanya kepada Euronews.
Ferris menjelaskan, bagaimanapun, bahwa sebagian besar perusahaan bersenjata Rusia berada di bawah sanksi internasional, “yang membuat mereka sulit untuk mencari mitra internasional” dan membuat “industri pertahanannya masih kekurangan banyak komponen.”
Namun, juru bicara NATO Dylan White—yang mengumumkan pada akhir Agustus bahwa NATO telah diberitahu tentang latihan tersebut—mengatakan di Twitter: “Vostok menunjukkan fokus Rusia pada latihan konflik berskala besar. Ini cocok dengan sebuah pola… Rusia yang lebih tegas secara signifikan. meningkatkan anggaran pertahanannya & kehadiran militernya.”
Rusia telah menyadari bahwa negara tersebut semakin terisolasi secara diplomatis, karena negara-negara Barat memberikan sanksi kepada mereka atas tindakannya di Ukraina, menyalahkannya atas serangan agen saraf Novichok terhadap mantan mata-mata Rusia di Inggris awal tahun ini, dan menuduh Rusia ikut campur dalam pemilihan umum. Rusia dengan keras menyangkal dua tuduhan terakhir.
Pertunjukan kekuatan adalah cara bagi Putin untuk “memastikan bahwa angkatan bersenjatanya siap untuk terlibat dalam konflik, dan bahwa musuh potensial menerima kesan kekuatan bersenjata yang sangat besar untuk menghalangi mereka,” kata Giles kepada Euronews.
Latihan ini juga baik bagi sebuah negara yang sangat membanggakan kekuatan militernya, dan dilaksanakan pada saat yang tepat bagi Putin, yang peringkatnya merosot sejak mengumumkan kenaikannya di usia pensiun, yang mendorong protes luas di seluruh negeri.
Latihan militer tersebut, kata Giles, mungkin “meyakinkan Rusia bahwa walau standar hidup mereka mungkin memburuk di bawah kepemimpinan saat ini, namun setidaknya sekali lagi Rusia memiliki pasukan yang kuat sebagai hiburannya.”
Ini bukan pertama kalinya China bergabung dengan Rusia untuk latihan militer, tetapi tahun ini sangat signifikan, Ferris menjelaskan, karena itu “bagian dari strategi Rusia untuk secara simbolis dan secara politis menyelaraskan diri dengan China, sebagai keseimbangan balik terhadap pengaruh geopolitik AS.”
Kedua negara itu terikat oleh keprihatinan keamanan bersama mereka atas program nuklir Korea Utara dan keduanya juga makin giat bekerja sama di Suriah. Rusia adalah peserta militer aktif yang mendukung pemimpin rezim Suriah Bashar al-Assad, sementara China tertarik pada investasi pasca-konflik.
“Juga sangat signifikan bahwa latihan ini bertepatan dengan Forum Ekonomi Timur (EEF) di wilayah timur jauh Vladivostok—sebuah acara tahunan yang dirancang untuk mempromosikan investasi asing dan domestik di Timur Jauh,” kata Ferris.
“Rusia sangat tertarik untuk menarik investasi dari Jepang dan China, khususnya di bidang infrastruktur,” tambahnya, dan menekankan bahwa Presiden Xi Jinping menghadiri EEF tahun ini. (*)