Harga Sembako Turun, Pedagang Keluhkan Sepi Pembeli

Rabu 19-09-2018,14:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Harga komoditas sedang turun, nyatanya tidak dapat menggenjot daya beli masyarakat. Fakta itu diungkapkan para pedagang di Pasar Kanoman. Kini omzet penghasilan mereka menurun. Salah satu pedagang, Titin, mengaku pelanggannya mulai mengurangi jumlah belanjaan. “Meskipun harganya pada turun tapi pembeli malah pada ngurangin belanjaannya,” katanya saat dijumpai di sela aktivitasnya melayani para pembeli. Hal yang sama diungkapkan Santi. Dia mengaku kini kios dagangannya mulai sepi pembeli. Bahkan itu dirasakan setelah Lebaran Idul Firi. “Ya dari habis lebaran aja sampai sekarang, pembelinya makin ke sini makin sepi. Tapi ya itu sih yang yang saya rasakan. Nggak tahu kalau dengan pedagang lainnya,” ujarnya. Sementara Siti (28) yang biasa berbelanja kebutuhan sehari-hari di Pasar Kanoman mengaku tidak terpengaruh dengan harga kebutuhan pokok saat ini. Meski begitu, dia mengakui kini lebih selektif dalam membeli kebutuhan rumah tangganya. “Mungkin agak selektif aja kita. Sekarang kan kebutuhan nggak cuma untuk makan aja ya kasarnya. Tapi juga harus dibagi dengan kebutuhan lainya,” ungkapnya Stabilitas harga pangan membuat Kota Cirebon mengalami deflasi hingga 0,32% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 128,94. Dari 7 kota pantauan IHK di Provinsi Jabar, tercatat enam kota mengalami deflasi dan stau kota mengalami inflasi. Deflasi Tetinggi terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,37% dan terendah di Kota Bandung yakni sebesar 0,02%. Sedangkan inflasi terjadi di Kota Depok sebesar 0,42%. Diprediksi, tren ini akan berlanjut mengingat relatif terjaganya harga bahan pangan yang kerap menjadi pemicu inflasi. Penguatan nilai tukar dolar, sejauh ini belum memengaruhi harga barang yang diimpor. Salah satunya bawang putih. Kepala BPS Kota Cirebon Joni Kasmuri SST SE ME tidak menampik penguatan nilai tukar dolar ini akan memberi pengaruh tersendiri untuk inflasi September. Namun untuk Agustus dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan dua kelompok mengalami deflasi. Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebsar 1,75 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,06 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,18 persen. Kelompok sandang mengalami inflasi 0,12 persen. Kelompok kesehatan mengalami inflasi 0,55 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi sebesar 0,01 persen. Dan, kelompok transportasi, komunikasi, serta jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,11 persen. “Adapun kelompok yang memberikan andil deflasi terbesar adalah bahan makanan sebesar 0,3878 persen, dengan sub kelompok bumbu-bunbuan yaitu sebesar 0,1990 persen,\" ungkapnya. Deflasi yang dialami Kota Cirebon di bulan Agustus 2018 ini juga tutur diikuti oleh deflasi yang dialami oleh Jawa Barat sebesar 0,01 persen dan nasional yang mengalami deflasi juga di Agustus 2018 ini sebesar 0,05%. Lebih lanjut ia menjelaskan, di bulan Agustus 2018, komoditi pada kelompok bahan makanan yang memberikan andil terbesar di antaranya telur ayam ras, daging ayam ras, cabai rawit, bawang merah, cabai merah, jeruk, dan daun bawang. Sedangkan di kelompok transpotasi, komunikasi, dan jasa, komoditi yang memberikan andil deflasi terbesar ialah telepon seluler. “Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,0162%,” pungkasnya. (khoirul anwarudin-magang/apr)

Tags :
Kategori :

Terkait