Cuaca Mendung dan Hujan di Musim Kemarau, Ganggu Produksi Garam

Kamis 20-09-2018,15:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Dua hari terakhir, cuaca di Cirebon menjadi tak menentu. Sebentar-sebentar cuaca tiba-tiba panas, tiba-tiba mendung dan turun hujan, meskipun hanya gerimis. Kondisi itu membuat beberapa petani garam di Kabupaten Cirebon was-was. Pasalnya, proses pembuatan garam masih 100 persen bergantung ke panas matahari. Salah seorang petani garam di Desa Waruduwur, Carmin kepada Radar Cirebon mengatakan, sudah dua hari terakhir cuaca di wilayahnya digelayuti mendung tebal. Bahkan lahan garapannya sempat diguyur hujan meskipun baru dalam intensitas ringan. “Kalau kondisi seperti ini produksinya yang terhambat. Jika biasanya lima hari sampai seminggu, kini molor karena cuacanya yang tidak menentu. Karena jika kurang panas, maka garam tidak bisa mengkristal. Kalau dipaksakan, hasilnya juga tidak bagus,” ujar Carmin. Hujan yang sempat turun juga membuat butiran garam terkontaminasi debu dan lumpur yang terbawa hujan. Sehingga membuat butiran garam terlihat kotor dan bisa menurunkan kualitas garam menjadi kualitas kedua dan ketiga. “Kita khawatirnya ini tanda-tanda musim pancaroba atau musim peralihan, Padahal kita saat ini sedang full produksi untuk persiapan disimpan dan dijual saat harganya naik di musim hujan,” imbuhnya. Diterangkan Carmin, untuk musim garap tahun 2018 secara umum dimulai setelah Idul Fitri kemarin. Sehingga praktis para petani baru menikmati panen garam selama kurang lebih 4 sampai 5 bulan dan belum bisa meraup keuntungan secara maksimal. “Kita sebulan paling banyak panen 5 kali. Kalau sudah lima bulan berarti sekitar 25 kali panen. Setiap panen paling tidak, dapat sampai 30 hingga 50 karung tergantung luas lahan garapannya. Kalau umumnya per kotak atau perkopang itu hasilnya bisa 10 sampai 15 karung dengan berat perkarungnya bisa sampai 50 sampai 60 kg, harga garam saat ini masih stabil, di angka Rp700 sampai Rp800,” ungkapnya. Sementara itu, Forecaster BMKG Jatiwangi Ahmad Faayzin kepada Radar Cirebon menuturkan kondisi yang terjadi saat ini lebih disebabkan adanya gangguan cuaca regional berupa sirkulasi udara tertutup atau yg biasa disebut sirkulasi Eddy yg berada di sekitar Kalimantan. Hal ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin di wilayah Jawa Barat dan kelembaban udara yang cukup basah. Sehingga mendukung pertumbuhan awan-awan hujan. “Gangguan cuaca ini bersifat sementara atau harian. Diprediksi hingga tiga hari ke depan, kondisi cuaca seperti ini akan terus terjadi. Kalau untuk musim hujan diperkirakan terjadi pada bulan November. Pertengahan Oktober sampai akhir Oktober diprediksi akan menjadi musim peralihan atau pancaroba,” pungkasnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait