Damkar Majalengka Selalu Kewalahan Atasi Kebakaran, Ini Sebabnya

Sabtu 22-09-2018,06:06 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

MAJALENGKA - Berubahnya Kabupaten Majalengka menjadi wilayah Aero City disinyalir berdampak pada peningkatan pemukiman hingga padat penduduk. Hal tersebut juga harus diantisipasi Damkar Majalengka terhadap peristiwa kebakaran. \"Jelas berpengaruh dengan berubahnya Majalengka Aero City karena padat perumahan dan penduduk. Artinya ketika satu rumah kejadian kebakaran maka bukan tidak mungkin bisa merembet ke rumah lain,\" ujar Plt UPT Damkar Majalengka, Bambang Sutedjo, Kamis (20/9). Namun demikian, Bambang mengakui dengan perubahan wilayah itu tidak sebanding dengan kebutuhan dinilai dari kondisi Kabupaten Majalengka yang sangat luas. Armada damkar juga hanya memiliki empat unit dan terkadang kewalahan ketika peristiwa kebakaran terjadi di tiga sampai empat kali dengan lokasi yang berbeda. Dilihat dari kebutuhan itu, idealnya ada tiga titik damkar dalam mengantisipasi dan saat terjun saat peristiwa terjadi. Tiga titik itu berada di wilayah tengah, utara, dan selatan. Dalam satu titik juga minimalnya harus ada dua unit armada. \"Sementara kebutuhan itu tidak sebanding karena kami hanya memiliki empat unit saja. Kalau satu titik ada dua unit, artinya kebutuhan armada enam unit. Belum lagi kondisi mobil sekarang usianya sudah sangat lama,\" paparnya. Menurut Bambang, armada siap pakai di sini merupakan stok lama dan sudah berusia 10 sampai 15 tahun. Seharusnya ada armada baru yang bisa menempuh jarak atau medan dataran tinggi khususnya wilayah selatan Majalengka. Sebab kerap kesulitan saat peristiwa kebakaran terjadi di selatan Majalengka dengan kondisi mobil sudah tua. Belum sampai di lokasi, armada kerap mogok dan harus diganti dengan armada lain. Artinya ini tidak bisa memaksimalkan pemadaman ketika peristiwa itu berlangsung. \"Pernah satu hari bisa mencapai lima titik lokasi kebakaran dan tidak bisa maksimal karena jumlah unit terbatas. Kita bergerak dari dini hari hingga siang. Tetap tidak maksimal,\" imbuhnya. Bambang berharap pemerintah kabupaten Majalengka bisa memfasilitasi untuk mendorong agar pemerintah pusat bisa merealisasikan armada baru. Di samping itu, jumlah personel juga menjadi kendala. Total keseluruhan personel 22 orang terbagi 17 TKK, dan 5 orang PNS. Jumlah tersebut masih kurang banyak. Karena dalam penanganan kebakaran idealnya didukung 10 orang. Sementara selama ini hanya lima orang personel. \"Misalnya tiga orang untuk pegang selang, tiga orang menyiapkan dan tiga orang lagi memadamkan api serta satu orangnya mengendalikan armada. Karena tingkat pemadaman berlangsung antara 1 sampai 2  jam lamanya,\" tambahnya. Kekurangan jumlah armada dan personel juga menyebabkan Damkar terpaksa harus meminta bantuan dari luar daerah. Misalnya ketika kebakaran terjadi di wilayah perbatasan seperti Sumberjaya, Leuwimunding Sindangwangi dan lainnya. \"Kalau peralatan tidak cukup maka minta bantuan ke pihak lain dengan kerja sama Pemda Cirebon dan sejumlah perusahaan di wilayah tersebut. Sebab dikhawatirkan api meluas. Tetapi ketika peristiwa itu terjadi di objek wisata tentu sangat kesulitan karena jauh dari jalan. Seperti kebakaran hutan terkadang pakai pesawat terbang. Kebakaran di wilayah itu membuat kami dilematis karena sering terlambat mau masuk lewat mana namun disatu sisi ingin menyelesaikan itu,\" pungkasnya. (ono)

Tags :
Kategori :

Terkait