Vegetasi Jalan Darurat Penghijauan, Pencemaran Debu di Atas Ambang Batas

Selasa 09-10-2018,20:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Vegetasi ruang jalan dan peneduh, dalam kondisi darurat. Terjadi degradasi secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Jalan Cipto Mangunkusumo, Jalan Wahidin, Jalan Siliwangi, hingga Jalan Karangetas, dan Jalan Pekiringan, tak lagi rindang. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon Drs HRM Abdullah Syukur MSi mengakui, penghijauan ini sangat diperlukan. Sebab, vegetasi penting dalam menjaga kualitas udara. Sekaligus memberi pengaruh terhadap iklim lokal. “Kami mengimbau agar kita sama-sama melakukan penghijauan. Setidaknya di lingkungan sendiri dulu,” ujar Syukur kepada Radar Cirebon. Imbauan untuk penghijauan juga disampaikan Syukur kepada pemilik usaha. Baik swasta, pemerintah maupun BUMN. Bagaimana agar mereka memberikan porsi penghijauan di kawasannya. Mengingat untuk penanamanan vegetasi di pinggir jalan menjadi bagian dari kewenangan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR). Kendati demikian, DLH menyatakan kesiapan untuk berkolaborasi dengan menyiapkan tanaman. Meski darurat vegetasi, namun secara rata-rata hasil pengukuran kualitas udara Kota Cirebon saat ini masih di bawah ambang mutu. Ada beberapa unsur yang mengkhawatirkan, bahkan melewati baku mutu. Salah satunya total suspended solid (TSP) atau debu. Data yang dilansir Radar Cirebon dari DLH melalui Cirebon Satu Data, mencatat beberapa indikator pencemaran tertinggi. Misalnya di Jl Karanggetas dengan Nitrogen Dioksida 6,80 µg/Nm3. TSP (Debu) 347,40 µg/Nm3. Untuk TSP sendiri berdasarkan PP 41/1999 adalah230 µg/Nm3. Untuk Jl Ciremai Raya karbon monoksida 1.257 µg/Nm3. Jl Jendral Sudirman sulfur oksida 24,50 µg/Nm3. Dengan angka-angka ini, Syukur mengaku gencar melakukan penanaman pohon untuk menyeimbangkan kualitas udara. Sebab, meski indikatornya secara umum di bawah ambang batas, tetapi gas buang kendaraan terus naik. “Ini makanya kenapa penanaman itu penting,” katanya. Pohon sendiri mengeluarkan oksigen. Satu pohon besar bisa mengeluarkan 1,2 kg oksigen. Itu bisa mencukupi untuk dua orang manusia. Dengan penghijauan ini, Syukur berharap agar keseimbangan kualitas udara yang diakibatkan oleh gas buang tadi bisa berkurang. Di lain sisi, Syukur mengatakan pihaknya pernah melakukan penanaman pohon di areal hutan kota yang kini menjadi taman keanekaragaman hayati. Sebanyak 450 pohon endemik di tanam di sana. Tujuannya untuk menggerakan masyarakat dalam menanam pohon. Selain itu, untuk menambah ruang terbuka hijau sebagai penyerap polusi udara dan penyeida oksigen sebagai paru-paru kota. Ada fungsi lainnya, karena ini berupa taman, tempat ini menjadi sebagai tempat hiburan hayati bagi masyarakat dan juga ruang terbuka publik yang ramah anak. Pohon yang ditanam itu adalah pohon endemik yakni pohon gayam, jamblang dan kesambi. Pohon tersbeut untuk mengurangi emisi karbon yang sesuai dengan tujuan mengurangi peningkatan suhu udara. Taman kehati dalam SK Walikota ini, kata Syukur, sebagai kawasan pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar kasawan hutan yang mempunyai fungsi konservasi khusunya bagi tumbuhan yang penyerbukaan harus dibantu oleh stawa dengan struktur dan komposisi vegetasinya dapat mendukung kelesatraian satwa penyerbuk dan pemencar biji. Pemanfaatnya untuk koleksi tumbuhan pengembangbiakan tumbuhan dan watwa pendukung penyedia bibit, sumber genetik tumbuhan, sarana pendidikan penelitian dan pengembangan ilmu dan ekowisata, ruang terbuka hijau, sumber bibit, penambahan tutupan vegetasi, dan bumi perkemaah. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait