Priben Jeh, Taman Kota Merana Tak Terurus

Rabu 10-10-2018,15:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Di tengah perkembangan kota yang kian pesat, aspek yang ini terlupakan. Kebutuhan publik untuk setidaknya punya oase. Aksesoris yang membuat kota tampil cantik. Taman memang seharusnya demikian. Bukannya bikin muram. Lapangan Kebumen sempat ramai. Terutama setelah dibuat skate park. Untuk mereka yang gemar bermain skateboard. Tapi tidak lama. Lalu ditinggal karena dirasa fasilitas ini kurang representatif. Juga tidak memenuhi standar keselamatan. Setelah itu, area terbuka ini didominasi semak. Bahkan di salah satu sudutnya dijadikan tempat pembuangan sampah ilegal. Tak jauh dari situ, terdapat Taman Tari Topeng. Ikon untuk Jl Merdeka dan sekitarnya. Kondisinya sedikit lebih baik. Apalagi kalau  pembandingnya Taman Krucuk dan Lapangan Kebumen. Tanaman yangada di taman tersebut tertata rapi dan nampak baru saja dipotong dan ditata. Kondisi taman yang umumnya tidak terawat menjadi pemandangan sehari-hari. Sementara Taman Wahana Tata Nugraha di depan Terminal Harjamukti, kondisinya juga kian merana. Kondisi taman-taman ini juga mencerminkan program pemerintah dan kebijakan penggunaan lahan secara keseluruhan. Menurut (Laporan Akhir Identifikasi Ruang Terbuka Hijau), diidentifikasi alokasi kawasan terbangun di Kota Cirebon seluas ±2.664,33 (67,79persen) dan kawasan non terbangun seluas ± 1.256,47 (32,21 persen). Dengan penggunaan lahan permukiman memiliki luas yang paling besar, yaitu seluas 1.298,91 Ha (33,30 persen) dari luas seluruh Kota. Dari luas itu, lapangan olah raga dan taman hanya punya 22,56 hektare. Atau sekitarnya 0,58 persennya saja. Sementara dalam perencanaan dan program prioritas sendiri, sejauh ini tidak terlihat ada upaya pengadaan taman baru. Selain taman, keberadaan vegetasi dan peneduh jalan juga tidak lebih baik. Jumlahnya malah terus berkurang. Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR) Hanry David mengakui, sejauh in, baru ada anggaran perawatan dan pemiliharan tanaman. Belum ada anggaran untuk penambahan tanaman vegetasi di ruang jalan. Terkait hal ini, ada beberapa ruas jalan yang minim vegetasi. Dia mengakui belum ada langkah ke arah sana. Meski demikian hal ini perlu dilakukan, sebagai upaya penghijauan. Namun tentu saja langkah itu perlu didukung dengan dinas terkait. \"Belum melangkah. Kami di PU kita rencana seluruh bidang jalan masuk ke daftar jalan tanggung jawab bina marga termasuk pengasapalan dan saluran air.  Termasuk dari pepohonan yang nempel di ruang jalan,\" ujar Hanry kepada Radar Cirebon. Biaya pemeliharaan jalan ada juga menyentuh pemeliharaan tanaman. Sementara anggaran pemeliharaan jalan di satu titik sekitar Rp60juta. Hal ini juga karena adanya transisi, perpindahan SOTK. Belum semua P3D diserahkan sepenuhnya. Termasuk personel dan juga anggaran untuk itu. \"Untuk pemeliharaan itu kita minimal membutuhkan Rp300 juta, dalam satu tahun dengan 40 personel,\" jelasnya. Namun kondisinya, saat ini personil hanya ada sembilan orang dan 12 tenaga mandiri. Sembilan orang itu, yang dialihkan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan. \"Tapi kami tidak menyerah, dan tidak menolak tugas ini. Namun kami harapkan agar semua juga memberikan dukungan,\" jelasnya. Ke depan dalam upaya penghijauan, kata David, penanaman di pot menurutnya kurang efektif. Penghijauan akan langsung menanam pohon peneduh di tanah. Pot bunga hanya untuk penghijauan. Untuk pot ini ada 100 titik penghijauan di kantor yang bisa dipelihara langsung. Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon Drs HRM Abdullah Syukur MSi mengatakan penanamanan vegetasi sudah bukan kewenangannya. Tapi, DLH siap berkolaborasi untuk menyediakan tanaman di kawasan itu.  Selain itu, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat maupun badan usaha agar bisa memberikan porsi penghijauan di kawasannya. Karena vegetasi ini sangat penting dalam menjaga kualitas udara. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait