Cirebon Mulai Terapkan Teknologi Rumah Garam

Sabtu 13-10-2018,20:32 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Petani garam di Cirebon mulai menerapkan teknologi untuk memproduksi garam lebih bagus dan lebih baik, dengan cara produksi di rumah garam. Hal ini terlihat dari puluhan deret bangunan yang terbuat dari bambu dengan kolam-kolam di dalamnya berjejer rapi di pesisir Desa Citemu, Kecamatan Mundu. Namun biaya yang tidak sedikit membuat teknologi tersebut baru diterapkan oleh investor atau pengusaha yang mempunyai modal dan pasar, termasuk yang saat ini ada di Desa Citemu. Kuwu Desa Citemu, Supriyadi kepada Radar menuturkan, sudah sekitar dua bulan, lahan di desanya disewa oleh pengusaha yang hendak mengembangkan dan menerapkan teknologi untuk memproduksi garam. “Saya tidak begitu paham proses produksinya. Yang jelas, informasi yang saya dapat, nanti garam itu bisa diproduksi sepanjang tahun. Gak peduli musim hujan juga tetap produksi,” ujarnya. Dijelaskan kuwu, pengusaha tersebut saat ini menyewa lahan kosong milik  salah satu warga yang dulunya memang aktif dijadikan lahan garam. Lokasinya pun cukup strategis karena berada sangat dekat dengan pantai. Sehingga tidak ada kesulitan dalam pengambilan bahan baku air lautnya. “Lahan itu setahu saya disewa. Luas lahannya sekitar 30 hektare. Kalau untuk teknis produksinya saya belum tahu akan dimulai kapan. Tapi kemungkin saat semua perangkat sudah dibangun dan ready, pasti langsung beroperasi,” imbuhnya. Ia pun berharap banyak dari investor tersebut, dari mulai bisa menyerap tenaga kerja dari warga sekitar, menghidupkan ekonomi warga sekitar dan yang terpenting bisa menularkan skill dan keahliannya terkait rumah garam tersebut kepada masyarakat sekitar. Agar bisa mengangkat ekonomi warga setempat. “Harapan saya, tentu teknologi ini bisa ditransfer ke warga sekitar. Agar ekonomi warga juga terangkat,” jelasnya. Sementara itu, Kuwu Desa Bandengan Mohammad Sofyan menuturkan, meskipun berada di Desa Citemu, namun banyak juga warganya yang ikut bekerja dalam masa pembangunan rumah garam tersebut. “Wilayahnya memang masuk Citemu. Tapi dengan wilayah kita juga dekat. Di dekat perbatasan. Jadi, ada juga warga kita yang sekarang kerja di sana. Harapan kita mungkin sama. Mudah-mudahan teknologinya bisa diterapkan dan diapliaksikan untuk warga sekitar. Sehingga, tidak tergantung sebagai nelayan saja, tapi punya alternatif mata pencaharian. Karena sebagai nelayan juga ada saat di mana mereka harus libur karena persoalan cuaca seperti angin kumbang,” ungkapnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait