WASHINGTON –Amerika Serikat dikabarkan tengah menahan diri untuk tidak melabeli Tiongkok sebagai manipulator mata uang. Hal ini diyakini dapat membantu meredakan ketegangan perdagangan, yang belakangan ini meningkat di antara kedua negara. Presiden Donald Trump sebelumnya menuduh Tiongkok mempertahankan pelemahan mata uangnya, untuk membuat ekspor yang lebih kompetitif. Menurut spekulasi yang sebelumnya berkembang, Departemen Keuangan AS akan membuat klaim itu secara resmi minggu ini. Hanya saja, hal itu tidak pernah menjadi kenyataan. “Kebijakan Tiongkok masih memprihatinkan,” kata Departemen Keuangan Negeri Paman Sam itu, seperti dikutip BBC, Jumat (19/10). Kurangnya transparansi Beijing dan melemahnya yuan baru-baru ini, disebut terus menjadi tantangan utama untuk mencapai perdagangan yang lebih seimbang. Namun, Departemen Keuangan AS sendiri tidak dapat menemukan bukti jika Tiongkok, memang secara langsung melakukan intervensi untuk merusak nilai mata uang. Menyusul laporan tersebut, yuan jatuh ke level terendah terhadap dolar sejak Januari 2017. Presiden Trump berpendapat pertumbuhan ekspor Cina ke AS telah memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi Amerika. Suami Melania Trump itu memerintahkan tarif pada lebih dari 250 miliar dolar ekspor Tiongkok, guna membendung defisit AS yang berkembang. Pada musim panas ini, dia mengklaim jika Tiongkok sedang mengejar kebijakan untuk menjaga nilai yuan pada posisi yang rendah. Seperti diketahui, Dolar AS telah mengalami penguatan terhadap mata uang Tiongkok itu, dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu mendorong munculnya spekulasi yang menyatakan jika kemungkinan ada manipulasi.Namun pada pertemuan IMF di Bali, Indonesia, gubernur bank sentral Tiongkok, Yi Gang, mengatakan Beijing tidak akan terlibat dalam devaluasi kompetitif atau menggunakan nilai tukar sebagai alat untuk menangani gesekan perdagangan.(ruf/fin)
AS Coba Redakan Ketegangan
Minggu 21-10-2018,01:01 WIB
Editor : Husain Ali
Kategori :