Ma’ruf Hadiri Hari Santri Nasional di Kasepuhan, Prabowo-Sandi di Tebuireng

Selasa 23-10-2018,10:31 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Peserta Pilpres 2019 berkesempatan mengelilingi sejumlah daerah pada momentum Hari Santri Nasional (HSN) 2018, Senin (22/10). Cawapres KH Ma’ruf Amin misalnya. Dia menghadiri penutupan Festival Tajug yang dipusatkan di Alun-alun Kasepuhan, Kota Cirebon. Pria berusia 75 tahun itu pun mendapat sambutan dari para santri. Dia meminta dukungan dari para santri untuk maju menjadi cawapres. “Saya ini santri, saya ingin memberi semangat. Santri itu jangan rendah diri. Yakin harus bisa apa saja,” ucap Ma’ruf. Ma’ruf pun membeberkan alasannya menerima pinangan Joko Widodo untuk Pilpres 2019. Terutama mengenai alasan umurnya yang sudah berkepala tujuh. Dia menyampaikan, terkait usianya, semua orang sudah mengetahui dirinya sudah tua. Akan tetapi, Jokowi tetap memilihnya lantaran punya pertimbangan. Apalagi dirinya mengaku didorong oleh para kiai menerima menjadi cawapres. “Saya terinspirasi dari kisah orang tua yang menanam pohon kelapa. Kemudian ditanya, kenapa menanam pohon, padahal dia sudah tua. Saya menanam ini bukan untuk diri saya, tapi untuk generasi setelah saya. Saya juga begitu (menjadi cawapres, red),” sebut Ma’ruf. Apalagi ukuran usia, lanjut Ma’ruf, mengacu pada ketentuan World Health Organization (WHO), yang dikategorikan usia tua itu 80-100 tahun. Sementara umur 60-80 tahun baru setengah baya. Dalam kehadirannya di acara festival tajug, Ma’ruf juga menyoroti peranan santri yang bisa menjadi apa saja. Menurutnya, peringatan HSN adalah salah satu andil dari Presiden Jokowi. Sebab, selama 70 tahun, peranan santri ini tidak diingat dan disebut banyak orang. Tapi akhirnya ditetapkan diperingati secara nasional oleh Presiden Jokowi. Tugas santri saat ini, sambung Ma’ruf, menjalankan amanat para wali. Salah satunya Sunan Gunung Jati dengan pesan; Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin. Adanya pesan dari para wali ini, menjadi kekhawatiran jangan-jangan para santri melupakan tajug. Tentu saja, dengan festival tajug ini juga mengingatkan santri supaya kembali mengurus tajug. “Begitu juga fakir miskin. Menghilangkan kemiskinan itu minimal fardu kifayah. Termasuk bahaya kelaparan, kurang makan, kurang sandang,” pungkas Ma’ruf. Sementara itu, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sowan ke Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Kunjungan tersebut dilakukan bersamaan saat perayaan HSN 2018. Prabowo dan Sandi disambut langsung Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahuddin Wahid atau biasa dipanggil Gus Solah. Sandi mengaku menerima banyak wejangan tentang ekonomi umat bersama Gus Solah. “Kami ingin ke depan santri selain dikuatkan dari ilmu agama, juga ilmu-ilmu kewirausahaan sehingga santri itu bisa mandiri dan menjadi santripreneur sukses,” ujar Sandi seperti dikutip dalam akun Twitter pribadinya. Dalam kesempatan itu, Prabowo-Sandi menyempatkan diri untuk berziarah ke makam pendiri dan tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU). Yakni ke makam KH Hasyim Asy’ari, KH Wachid Hasyim, dan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kunjungan Prabowo-Sandi sekaligus menapak tilas resolusi jihad yang dimulai di Pondok Pesantren Tebuireng. “Dalam agenda di Jawa Timur kali ini, Pak Prabowo dan Pak Sandi akan melakukan napak tilas resolusi jihad yang diserukan oleh KH Hasyim Asy\'ari untuk melawan penjajah dan mempertahankan kedaulatan NKRI,” kata Ketua DPP Partai Gerindra, Chusni Mubarok dalam keterangan tertulisnya, Senin (22/10). Kegiatan tersebut dimulai dengan apel 5.000 santri di Ponpes Tebuireng. Chusni menjelaskan, semangat Prabowo-Sandi dalam mempertahankan kedaulatan NKRI sangat terinspirasi dari resolusi jihad yang menjadi cikal bakal semangat pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. “Bagi Pak Prabowo dan Pak Sandi resolusi jihad merupakan tonggak perjuangan dan bagian sejarah yang tidak bisa dilepaskan dari pertempuran 10 November 1945 melawan penjajah yang kini menjadi Hari Pahlawan Nasional,” terangnya. Dia menjelaskan, resolusi jihad yang diserukan oleh KH Hasyim Asy\'ari dan disambut dengan pekik semangat yang digelorakan oleh Bung Tomo membuat arek-arek Suroboyo beserta para laskar santri dari berbagai daerah di tanah Jawa gigih berani melawan penjajah pada pertempuran 10 November 1945. “Selain itu, acara napak tilas ini juga dimeriahkan dengan pawai kendaraan Jeep dari Jombang menuju Tugu Pahlawan Surabaya, sebagai simbol semangat perjuangan dan perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan,” tandasnya. (jml/ian)

Tags :
Kategori :

Terkait