Harga Murah, Petani Bawang di Losari Migrasi ke Palawija

Rabu 24-10-2018,18:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Harga jual bawang merah di tingkat petani masih rendah. Saat ini, untuk harga paling mahal sekitar Rp8 ribu/kg. Tapi tidak sedikit juga dihargai di bawah angka tersebut. Kondisi itu, jelas membuat petani pusing. Terlebih, selain ongkos dan biaya tanam yang membengkak, yang tidak bisa ditawar adalah upah harian dari kuli rabut dan kuli harian. Para buruh tersebut bekerja dari menyiapkan lahan, buruh memanen bawang, borongan memotong dan merapikan daun bawang. Mereka dibayar berdasarkan waktu kerja perhari maupun borongan, dengan cakupan bobot bawang dan luas lahan bawang. Tergantung kesepakatan antara petani dan para buruh. Namun kondisi anjloknya harga bawang membuat para buruh kuli bawang menjadi terancam. Pasalnya, saat ini banyak petani yang sudah mulai beralih ke tanaman lain, seperti jagung yang secara harga relatif stabil dan tidak membutuhkan biaya tanam mahal. Salah seorang petani bawang asal Losari, Hamdan kepada Radar Cirebon menuturkan, jika saat ini banyak petani bawang yang untuk sementara waktu beralih menanaman palawija yang relatif aman saat musim kemarau. Ketimbang harus menanam bawang merah. “Banyak petani yang pindah haluan. Tanam jagung lebih murah. Otomatis ini akan berpengaruh untuk petaninya maupun ke buruhnya. Harga bawang merah murah jelas berdampak dari sisi ekonominya,” ujarnya. Menurutnya, kondisi semakin sedikitnya petani bawang akan membuat perekonomian masyarakat, terutama yang tinggal dan bermata pencaharian sebagai buruh bawang, menjadi terganggu. Dan bukan tidak mungkin bakal timbul persoalan sosial yang berangkat dari kasus murahnya harga bawang. “Lihat saja banyak wilayah yang sebelumnya merupakan sentra bawang merah, dari mulai Gebang, Babakan, Losari dan tempat-tempat lainnya, sekarang berkurang drastis dan banyak yang berubah jadi lahan jagung. Lalu bagaimana nasib petani dan buruh bawangnya?” imbuhnya. Sementara itu, petani lainnya Nurkasan mengakui untuk menanam bawang merah saat ini, terlalu berisiko menanggung rugi. Selain karena biaya tanam yang mahal, harga masih belum stabil. Saat ini, harganya cenderung lebih murah, sehingga investasi petani masih berisiko mengalami kerugian. “Bawang merah ini kan melibatkan banyak orang dari mulai proses menyiapkan lahan, tanam, perawatan, panen sampai ke penjualan. Cuma karena memang cenderung merugi dan harganya yang dinilai masih terlalu murah, petani tahan diri dulu. Ya, risikonya pengangguran makin banyak. Untuk bisa bertahan hidup tentu akan menjadi semakin sulit,” ungkapnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait