Lama Jadi Tawanan Suriah, Yasuda Kesulitan Berbahasa Jepang

Sabtu 27-10-2018,04:04 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

ISTANBUL - Jumpei Yasuda, jurnalis Jepang yang ditawan di Suriah selama lebih dari tiga tahun, memberikan rincian tentang penawanannya untuk pertama kalinya. Jurnalis lepas yang ditahan sejak tahun 2015 itu menceritakan tentang ketidakpastian dari masa depannya ketika ia bersiap untuk pulang ke rumah. Berbicara dalam penerbangan dari Turki selatan ke Istanbul, dari mana ia dijadwalkan terbang ke Tokyo pada hari Kamis, wartawan berusia 44 tahun itu mengatakan tentang bagaimana perjuangannya untuk dapat berbicara lancar dalam bahasa Jepang, setelah 40 bulan menjadi  tawanan sebuah kelompok di Suriah. “Saya merasa senang bisa kembali ke Jepang. Namun di saat yang bersamaan, saya tidak tahu apa yang akan terjadi dari sini atau apa yang harus saya lakukan. Saya sedang memikirkan apa yang harus saya lakukan (nantinya),” kata Yasuda dalam wawancaranya dengan Reuters satu hari setelah pembebasannya, yang dikutip The Guardian, Kamis (25/10) Sebelumnya, dalam sebuah  video singkat yang dirilis oleh pejabat Turki, Yasuda, yang terlihat lebih kurus dan wajah yang ditumbuhi jenggot tebal dan panjang, menegaskan identitasnya. \"Nama saya Jumpei Yasuda, jurnalis Jepang. Saya ditawan di Suriah selama 40 bulan, sekarang di Turki. Saya dalam kondisi aman. Terima kasih banyak,” kata Yasuda dalam bahasa Inggris saat itu. Dia diperkirakan akan mendapat tekanan untuk memberikan laporan yang lebih rinci, tentang statusnya yang saat itu sebagai sandera, dimulai ketika dia ditangkap. “Apa yang dia saksikan selama penawanannya (di Suriah) adalah informasi berharga. Kami ingin mendengar darinya dan menggunakan pengalamannya dalam membantu mengakhiri perang (di kawasan itu), ”kata Maki Sato, Sekretaris Jenderal Jaringan Medis Irak Jepang, kepada Kyodo News. Penawanan di Suriah itu adalah pengalaman kali keduanya bagi Yasuda, yang selama dua dekade terakhir melaporkan dari zona perang Timur Tengah. Dirinya sempat menjadi tawanan di Irak pada 2004 bersama dengan tiga warga Jepang lainnya, namun dibebaskan setelah ada intervensi dari ulama Muslim. Saat berbicara di luar kediaman  mereka, tak jauh dari Tokyo, orang tua Yasuda berusaha menahan air mata mereka yang jatuh tak tertahankan. “(Saat ia ditawan) saya tidak bisa melakukan apa pun kecuali berdoa, jadi saya berdoa setiap hari,” kata sang ibu, Sachiko yang menambahkan jika dirinya telah melipat lebih dari 10 ribu bangau kertas dalam masa itu, dengan harapan keinginannya akan dikabulkan tuhan yang maha esa. “Di atas segalanya, saya ingin melihat jika dia baik-baik saja. Saat dia kembali, saya ingin mengatakan satu hal kepadanya, bahwa dia melakukan pekerjaannya dengan baik di sana,” sambung Hideaki, sang ayah. Istri Yasuda, Myu, seorang penyanyi,  muncul di tayangan langsung TV saat berita tentang kedatangan suaminya telah dikonfirmasi. \"Pertama-tama, saya ingin mengucapkan padanya selamat datang kembali dan memujinya atas cobaan yang ia lewati. Saya sangat senang dia selamat.\" Atas pembebasan itu, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan dirinya telah menghubungi  presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, dan Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani, untuk berterima kasih atas peran mereka dalam mengamankan pembebasan Yasuda. (ruf/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait