KLB Akhiri Dualisme PSSI

Senin 18-03-2013,16:35 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Usai sudah dualisme kepengurusan di PSSI. Itu setelah Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) dinyatakan bubar dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Jakarta, kemarin (17/3). Dalam kongres yang dihadiri 100 voter tersebut, dihasilkan beberapa kesepakatan untuk melaksanakan agenda dari FIFA. Selain kesepakatan untuk membubarkan KPSI, poin lain yang harus diselesaikan adalah terkait penyatuan kompetisi, pengesahan draft statuta PSSI, pengembalian empat Executive Committee PSSI yang dipecat, dan pelaksanaan kongres sendiri sesuai voter KLB Solo 2011. Pertama, untuk konsep unifikasi Liga Profesional, Kongres menyepakati konsep yang diajukan oleh CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono. Kompetisi musim depan, 2014 akan diikuti oleh 22 klub dengan anggota 18 klub dari Indonesia Super League dan empat klub asal Indonesia Premier League (IPL). Kedua, kongres menyepakati draft perubahan statuta PSSI yang sebelumnya telah diajukan ke FIFA. Mengenai pengembalian empat Exco, itu sudah dilakukan terlebih dahulu sesuai hasil MoU Kuala Lumpur Juni 2012 lalu. Sedangkan untuk kongres, dalam pelaksanaannya sudah sesuai aturan FIFA yang meminta untuk menggunakan voter Solo. \"Kongres sudah menyepakati, dengan ini tak ada lagi dualisme dalam sepak bola Indonesia,\" kata Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin, usai kongres. Dengan usainya KLB ini, Djohar menegaskan bahwa Indonesia sudah terlepas dari sanksi. Dia meneruskan ucapan dari perwakilan FIFA, Costakis Koutsokoumnis, yang menegaskan bahwa hasil kongres sah dan Indonesia sudah dipastikan aman dari sanksi. \"Tadi perwakilan FIFA juga menyatakan bahwa hasil kongres ini sudah sah. Beliau juga menegaskan bahwa Indonesia tidak akan disanksi dengan FIFA karena menilai kongres excellent,\" terang Djohar. Sayang, perwakilan FIFA dan AFC yang datang ke kongres tak mau memberikan keterangan sedikitpun. Setelah menyatakan bahwa hasil kongres sah dan akan melaporkannya ke FIFA, mereka langsung meninggalkan arena kongres. Sementara itu, La Nyalla Mattalitti usai kongres menegaskan bahwa dengan hasil yang diputuskan di kongres dan usulan voter usai pengesahan putusan Kongres, dia menyebut tak ada lagi KPSI. Bahkan, dia langsung melakukan penandatanganan pernyataan bahwa KPSI bubar dan penyatuan sepak bola nasional mulai berjalan. \"Sudah tidak ada lagi KPSI. Dengan ini saya nyatakan bubar. Sekarang kita fokus untuk membangun sepak bola nasional agar bisa meraih prestasi terbaik,\" tegasnya. Kendati telah menyatakan diri bubar, KPSI masih mengajukan syarat lain kepada PSSI. Mereka meminta agar segera dilakukan pemilihan kembali Komite Wasit, Komisi Etik, Komisi Banding, dan Komisi Disiplin. Meski kongres berjalan sukses hingga menghasilkan keputusan, dalam arena kongres sempat diwarnai walk out-nya enam Exco PSSI. Mereka adalah Farid Rahman, Sihar Sitorus, Bob Hippy, Tuty Dau, Mawardi Nurdin, Widodo Santoso. Mereka WO karena dalam kongres menurut mereka terjadi penambahan agenda, yakni tentang penetapan waktu kongres biasa dan pembubaran KPSI. Mereka beralasan jika agenda itu tidak ada dalam MoU dan menyalahi aturan KLB. Dalam statuta, memang dijelaskan bahwa dalam KLB tidak diperkenankan ada penambahan agenda. Tapi, kongres ternyata menyepakati untuk menjalankan agenda lain. \"Kami walkout karena ada penambahan agenda di luar MoU. Kami juga keluar karena kami tidak pernah dilibatkan dalam rapat Steering Committee (SC),\" tuturnya. Usai pengesahan draft statuta, PSSI langsung menjalankan statuta perubahan itu. Salah satu yang dijalankan langsung adalah mengenai penambahan Exco menjadi 15 orang. Dengan susunan, satu ketua, dua wakil plus 12 anggota Exco. Karena itu, anggota yang ada di sana dan belum membubarkan diri itu langsung mengusulkan nama-nama untuk mengisi posisi empat Exco tambahan. Sebelum itu, anggota bersepakat memberikan wewenang kepada Djohar, untuk mengangkat wakil ketua umum dan exco tambahan. Padahal, kewenangan itu, sejatinya tidak ada dalam statuta. Tapi, karena keputusan bersama anggota, maka Djohar mendapat wewenang itu. Setelah pendelegasian wewenang disepakti, empat nama akhirnya diajukan oleh anggota dan disetujui oleh Djohar. Mereka adalah La Siya, Zulfadli, Hardi Hasan, dan Djamal Azis. \"Karena usulan dan kesepakatan dari anggota, saya memilih satu wakil exco lain, selain Farid Rahman, yakni La Nyalla dan empat exco yang diusulkan saya terima semuanya,\" ujar Djohar. Setelah kekosongan exco tambahan terisi, para anggota juga langsung melakukan pengajuan usulan kepada PSSI untuk memberikan skorsing kepada enam exco yang keluar dari rapat. Alasannya dari anggota, adalah para exco tersebut tidak mau sepak bola Indonesia bersatu dan berusaha membuat masalah yang bisa menyebabkan Indonesia disanksi. Karena itu, exco yang tersisa langsung melakukan rapat exco. Dengan mempertimbangkan pengajuan dari 50 persen plus satu anggota, maka exco memutuskan untuk menskorsing enam exco yang walkout. \"Mereka diskorsing sampai kongres biasa berikutnya. Nanti yang akan memutuskan apakah mereka bisa diterima kembali atau tidak adalah anggota,\" tegas Djohar. Alhasil, kemarin, ada dua keputusan yang terpisah. Pertama, keputusan yang disahkan oleh kongres terkait pelaksanaan instruksi FIFA. Kedua, keputusan pasca kongres setelah mayoritas anggota mengajukan usulan untuk segera menjalankan isi statuta terkait exco. Exco yang saat ini sudah berjumlah total 15 orang dengan enam exco terskorsing, akan segera melakukan rapat penentuan waktu dan tempat kongres biasa. Di mana, kongres dipastikan baru akan terlaksana setelah kongres tahunan FIFA pada April dan Suksesi Kepemimpinan AFC pada Mei mendatang. \"Kongres biasa akan digelar paling cepat setelah agenda FIFA dan AFC. Untuk tempat ada usulan dari Jogjakarta, Kalimantan Timur, dan kota lain. Anggota meminta asal bukan di Jakarta,\" tandasnya. MENPORA TERIMA RATUSAN SMS KECAMAN     Sementara, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo menyambut gembira kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dalam KLB PSSI. Menurut dia, pelaksanaan KLB sudah sesuai dengan instruksi FIFA sehingga Indonesia terbebas dari sanksi. \"Kami telah menjadi saksi bersatunya sepak bola nasional. KPSI sudah bubar, Indonesia tidak kena sanksi FIFA. Itu hasil dari kelegawaan semua pihak,\" ucapnya. Di balik sukses KLB PSSI, Roy mengaku menerima ratusan SMS (pesan pendek) yang berisi kecaman karena dianggap sudah mengembalikan mafia-mafia sepak bola ke PSSI. Untuk itu, Roy meminta Djohar dkk membuktikan bahwa pesan yang ditujukan kepada dirinya itu tidak benar. \"Saya minta Anda semua untuk membuktikan bahwa itu tidak benar,\" tegas menteri asal Partai Demokrat tersebut. (aam/c10/ca)

Tags :
Kategori :

Terkait