Ada Indikasi Pungli, Saber Pungli Awasi Lahan PG Jatitujuh

Sabtu 24-11-2018,04:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

INDRAMAYU–Tim Satgas Saber Pungli Pusat menduga adanya tindakan pungutan liar (pungli) dibalik penyerobotan sekitar 5.000 hektare lahan perkebunan tebu Pabrik Gula (PG) Jatitujuh. Kasus yang berdampak pada menurunnya produksi gula nasional ini pun tengah didalami tim satgas Saber Pungli. “Ada indikasi pungli yang menjurus pada penipuan,” ujar Sekretaris Satgas Saber Pungli Irjen Widiyanto Poesoko, saat ditemui usai memimpin rapat koordinasi soal kisruh lahan PG Jatitujuh, di Kantor Bappeda Kabupaten Indramayu, Kamis (22/11). Dijelaskan, indikasi pungli itu terlihat dari adanya warga yang diiming-imingi akan diberi lahan di wilayah PG Jatitujuh oleh sejumlah oknum. Namun, dibalik iming-iming itu, warga tersebut dimintai sejumlah uang. “Kalau dimintai sejumlah uang tanpa ada dasar hukum, itu namanya pungli. Bisa juga mengarah pada penipuan,” terang Widiyanto. Dikatakan Widiyanto, saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman untuk menemukan pelaku. Setelah data dan fakta ditemukan, maka akan dilakukan penindakan terhadap pelaku. “Kami akan tegakkan pasal pungli. Jika ada penipuan, nanti kepolisian yang mengurus. Kalau premanisme, nanti (penanganannya) dibantu Kodim,” kata Widiyanto. Widiyanto menilai, ada komunikasi yang terputus dalam kasus tersebut, baik dari pihak pabrik gula, masyarakat maupun pemerintah daerah. Untuk itu, pihaknya akan mempertemukan pihak-pihak yang berseteru untuk menemukan titik temu. Sementara Senior Executive Vice Presiden PT RNI, Rahmat Hidayat, menyatakan, penyerobotan sekitar 5.000 hektare lahan perkebunan tebu PG Jatitujuh telah berdampak pada menurunnya produksi gula hingga 50 persen. Rahmat menjelaskan, penyerobotan lahan tersebut membuat proses penanaman tebu tidak bisa dilakukan. Hal itu otomatis membuat pasokan tebu yang menjadi bahan baku gula menjadi terhenti. Selama ini, tebu yang dihasilkan di lahan tersebut rata-rata mencapai 70 ton per hektare. Jika dikalikan dengan luas lahan yang diserobot sekitar 5.000 hektare, maka bahan baku yang hilang setidaknya ada 350 ribu ton. “Nilai kerugian kita sekitar Rp 200 miliar,” tutur Rahmat. Rahmat berharap, Saber Pungli bisa mengatasi masalah tersebut. Apalagi, pada Desember nanti, sudah dimulai waktunya musim tanam tebu. Jika Desember tidak bisa tanam, maka produksi gula tahun depan dipastikan akan lebih menurun lagi. Sekda Kabupaten Indramayu, Ahmad Bachtiar, menyatakan, Pemkab Indramayu mendukung kebijakan gula nasional maupun kebijakan soal hutan. Namun di sisi lain, kesejahteraan masyarakat juga menjadi harga mati. “Kehadiran pabrik gula hendaknya berdampak positif pada masyarakat,” tandas Bahtiar. (oet) 

Tags :
Kategori :

Terkait