Gubuk Derita Dihuni 10 Jiwa

Jumat 22-03-2013,20:01 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIAWIGEBANG - Berbagai program empatik bantuan pembangunan rumah tidak laik huni (Rutilahu) di Kabupaten Kunigan belum menyentuh rumah Sapri (56), warga Rt 1/4, Dusun Cirandeng, Desa Cihaur, Kecamatan Ciawigebang. Untuk melindungi keluarganya,  ayah 8 anak ini baru mampu membuatkan gubuk kecil terbuat dari bilik dengan ukuran 6x5 meter. Dapur dan kamar menyatu dengan peralatan dan perlengkapan serba lusuh. Lantainya masih beralas tanah liat. Selama berpuluh tahun, mereka hidup apa adanya. Bertahan untuk bisa menghidupi keluarga dari bekerja serabutan. Mengandalkan belas kasihan warga agar bisa dipekerjakan sebagai buruh kasar. Kadang berpenghasilan, kadang tidak. Meskipun mendapat uang, tidak cukup untuk memberi makan istri dan 8 anaknya. Tiap hari, keluarga Sapri bergelut dalam kemiskinan tanpa uluran tangan dari pemerintah daerah. Yang lebih memprihatinkan, rumah satu-satunya itu kini terancam roboh. Kayu penyangga sudah rapuh, biliknya sudah bolong-bolong. Atap dan genting rumahnya pun sudah bocor. Sehingga keluarga Sapri kerap dibuat gelisah ketika hujan. Perasaan takut dan khawatir rumahnya roboh selalu menghantui mereka. “Khawatir sekali pak. Gubuk saya udah reot begini, saya takut tiba-tiba roboh. Apalagi hujan terus,” ucap Sapri, kepada Radar. Suami dari Sukirah (50) itu, menginginkan sekali ada perhatian dari pemerintah. Namun sebagai rakyat kecil, Ia merasa bingung bagaimana bisa mendapat bantuan tersebut. “Bingung pak, orang kecil kayak saya gak ngerti apa-apa. Tapi saya pengen sekali dibantu,” aku dia. Ketua Pemuda Hanura Kuningan, Dadan Prasunardiansyah, menjelaskan, bahwa rumah Sapri sudah masuk pendataan pemerintah desa sebagai rumah yang laik dibantu program rutilahu. Bahkan sudah dalam tahap pengajuan. “Baru diajukan tahun ini. Tahun-tahun sebelumnya belum tersentuh pengajuan. Kasihan mereka (keluarga Sapri,red), mereka membutuhkan sekali bantuan kita semua,” terang aktivis asal Desa Cihaur ini. Dadan mengingatkan, pepetah Bung Karno, seorang Founding Father Indonesia pada HUT Proklamasi tahun 1950. “Isinya janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita belum selesai. Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat,” ungkap Dadan. Pemberantasan kemiskinan juga jelas merupakan tanggungjawab pemerintah. Ini sesuai amanat UUD 1945 dalam tugasnya mewujudkan kesejahteraan umum. Di Kuningan sendiri, sesuai data BPS tercatat 72.919 KK tergolong rumah tangga miskin (RTM). Mereka terbagi dalam kelompok miskin sebanyak 39.449 KK dan paling miskin 33.470KK. “Menangani kemiskinan memang tugas berat. Maka saya berharap pemimpin kedepan bisa lebih baik membuat program penuntasan kemiskinan,” harap Dadan.(tat)

Tags :
Kategori :

Terkait