Begini Kisah Hubungan Jack Ma dengan Partai Komunis Tiongkok

Rabu 28-11-2018,15:07 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Sekitar 11 tahun lalu, dalam acara World Economic Forum 2007 di Davos, Swiss, Jack Ma seperti berkelit ketika ditanya mengenai hubungannya dengan pemerintah negaranya yang dikuasai Partai Komunis Tiongkok (PKT). \"Filosofi saya adalah mencintai pemerintahan, tapi jangan menikahinya,\" kata pendiri dan Ketua Eksekutif Alibaba, salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia saat ini, dikutip AFP (h/t MySinchew.com). Namun, media yang dekat dengan pemerintah Tiongkok, People\'s Daily, Senin (26/11/2018), mengungkapkan secara terbuka bahwa Jack Ma adalah anggota PKT. Pengungkapan itu terdapat dalam berita mengenai 100 orang dari beragam profesi yang bakal mendapat penghargaan dari Komite Pusat PKT. Penghargaan diberikan dalam rangka ulang tahun ke-40 reformasi dan keterbukaan Tiongkok yang dimulai oleh Deng Xiaoping pada 1978. Selain Ma, dua pengusaha teknologi ternama lainnya--Robin Li (Baidu) dan Pony Ma (Tencent)--juga bakal menerima penghargaan itu. Dalam artikel tersebut, yang merujuk pada rilis resmi Komite Pusat PKT, Robin Li dan Pony Ma ditulis People\'s Daily sebagai \"non-partisan\", alias bukan anggota partai. Sementara Jack Ma jelas dinyatakan sebagai \"anggota PKT\". Karena People\'s Daily bisa disebut sebagai corong pemerintahan Presiden Xi Jinping, informasi tersebut dipastikan berasal dari sumber resmi pemerintah. Pengungkapan fakta tersebut cukup mengagetkan karena Ma tak pernah membuka, juga mengindikasikan, afiliasinya dengan PKT. Meski demikian, ia kerap mendukung kebijakan pemerintahan Xi. Belum diketahui kapan Ma menjadi anggota, juga apakah ia sekadar punya kartu anggota atau juga pengurus partai tersebut. Pengungkapan itu langsung menjadi pusat perhatian di dunia. Alibaba, yang didirikan Ma pada 1999, menurut Bloomberg masuk dalam jajaran 10 perusahaan terbesar di dunia dengan valuasi mencapai 400 miliar dolar AS (Rp5.801 triliun). Tak heran jika lelaki berusia 54 tahun tersebut menempati peringkat pertama di Tiongkok, dan ke-20 di dunia, dalam daftar orang terkaya versi Forbes. Aset pribadinya mencapai 35,8 miliar dolar (Rp519,35 triliun). Kesuksesan itu pula yang menjadi alasan Komite Pusat PKT memberi penghargaan kepada lelaki kelahiran Hangzhou, 54 tahun lalu tersebut. \"Di bawah kepemimpinannya, Alibaba masuk deretan 10 perusahaan top global dalam nilai pasar, membuat Tiongkok memimpin industri e-dagang internasional, finansial internet, dan komputasi awan, melahirkan sejumlah besar pengusaha dan rintisan,\" kata PKT dalam pernyataan tertulisnya. Berbagai spekulasi langsung bermunculan mengenai alasan PKT, melalui People\'s Daily, mendadak mengumumkan keanggotaan sang miliuner. \"Partai Komunis tampaknya ingin menggunakan popularitas dia untuk mendorong popularitas mereka,\" kata Kokichiro Mio, analis NLI Research Institute di Tokyo, kepada Nikkei Asian Review. Jack Ma, yang akan mundur dari posisinya sebagai Ketua Eksekutif Alibaba tahun depan, kerap dipandang sebagai \"pahlawan masyarakat\" yang berhasil membangun bisnisnya dari nol hingga menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Mio menduga dukungan publik terhadap PKT menurun karena dipandang sebagai organisasi elit yang tak menyentuh masyarakat umum. Anggota PKT saat ini tercatat sekitar 90 juta orang, jauh dari populasi yang mencapai 1,4 miliar manusia. Selain itu, pengumuman ini diperkirakan berkaitan dengan upaya pemerintahan Presiden Xi Jinping untuk merasuk ke dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Namun Bill Bishop, penerbit buletin Sinocism, kepada Business Insider menyatakan, pengungkapan itu sama sekali tidak mengejutkan, terutama bila melihat betapa cepatnya Alibaba melesat di pasar dunia. Bishop menyatakan Alibaba harus dekat dengan PKT untuk bisa bertahan. Walau demikian ia mengakui ada beberapa perusahaan teknologi besar lain di Tiongkok yang bisa sukses tanpa menyatakan dukungan pada partai itu. Meski Ma nanti mundur, ia berpendapat pengaruh pemerintah bakal tetap merasuk ke dalam Alibaba. Alibaba, meski menolak berkomentar soal afiliasi politik Jack Ma, menyatakan kepada Reuters (27/11) bahwa afiliasi politik para pejabat eksekutif tidak akan memengaruhi pengambilan keputusan bisnis. \"Kami mengikuti semua hukum dan regulasi di negara-negara di mana kami beroperasi saat kami memenuhi misi untuk mempermudah masyarakat berbisnis di manapun pada era digital ini.\" Selain besar di negeri sendiri, nama Jack Ma juga amat populer di belahan Bumi lainnya. Ia diangkat menjadi penasihat pemerintah beberapa negara di Asia dan Eropa, termasuk Indonesia. Pada Agustus 2017, ia menerima tawaran dari pemerintah Indonesia untuk menjadi penasihat bidang bisnis perniagaan elektronik (e-commerce). Beberapa kali ia datang ke Indonesia, termasuk pada penutupan Asian Games 2018 di Jakarta dan Pertemuan Tahunan Bank Dunia-IMF di Denpasar. Presiden Indonesia Joko \"Jokowi\" Widodo bahkan memintanya membuka Jack Ma Institute untuk mengembangkan sumber daya manusia di Tanah Air. Baca: Ini Janji Jack Ma Alibaba Pada Jokowi, Apa Rencananya? (*)

Tags :
Kategori :

Terkait