Beijing Kirim Sinyal Damai

Selasa 18-12-2018,02:02 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

BEIJING - Malu-malu tapi rindu. Mungkin ungkapan ini cocok disandingkan kepada Tiongkok dalam perang dagang versus Amerika Serikat yang dimulai sejak Juli lalu. Untuk pertama kalinya, negeri Tirai Bambu ini membeli kedelai dari AS untuk memenuhi kebutuhan industri makanan mereka. Angkanya tak tanggung-tanggung hingga 1,13 juta metrik ton. Ya, bagi negara mana pun embargo atau kenaikan tarif impor membuat gerah para pengusaha dalam negeri. Sebelumnya, Kementerian Keuangan Tiongkok mulai mengumumkan penurunan tarif impor AS. Salah satunya pemangkasan bea impor mobil AS dari 40 persen ke 15 persen yang dimulai pada 1 Januari mendatang. Ini menyusul gencatan senjata yang dicapai setelah Presiden Donald Trump dan Xi Jinping bertemu awal bulan kemarin. Dalam pengumuman itu, Tiongkok berharap kedua belah pihak segera melakukan kesepakatan bersama agar persaingan dagang semakin sehat. Seperti yang dilansir BBC, para pejabat gedung putih memuji upaya rujuk tersebut. Mereka menyebutnya langkah besar. Mereka tak melihat ini sekadar capaian angka, melainkan upaya Tiongkok memberi ruang diskusi agar perselisihan ini segera larut di meja perdamaian. \"Beli satu juta (kedelai, red), atau satu setengah juta ton itu sangat bagus, ini luar biasa, ini langkah besar,\" kata Wakil Sekretaris Departemen Pertanian AS, Steve Censky. Bagi Steve, jumlah impor ini belum sepadan dengan kemampuan mereka menyuplai kedelai AS ke sejumlah negara. Dengan jumlah yang besar, kesepakatan damai bisa terlaksana dengan cepat. \"Tetapi perlu lebih banyak lagi (impor, red), biasanya kami bisa menjual 30 hingga 35 juta metrik ton ke Tiongkok,\" jelasnya. Meski demikian, para analis ekonomi melihat pembelian tersebut bukan berarti gencatan senjata. Pakar ekonom dunia Robert Carnell dari ING Bank mengatakan, ada sejumlah faktor yang membuat pembelian ini menjadi salah ditafsirkan sebagai upaya rujuk Tiongkok. Itu dilihat dari penangkapan pejabat teras Huawei Meng Wanzhou di Kanada, baru baru ini. Penangkapan itu membuat Tiongkok semakin gamblang melihat AS menjegal pasar mereka di Amerika. Bagi Robert Carnell, perang dagang tidak sekadar dalam tataran belanja pangan melainkan persaingan hagemoni teknologi dua negara tersebut. \"Penangkapan Meng Wanzhou jelas merontokkan amunisi Tiongkok dalam merebut pasar 5G,\" katanya. \"Ini sudah jelas, Huawei yang menjadi representasi teknologi Tiongkok merupakan salah satu pemasok teknologi telekom terbesar di dunia, sementara AS jauh ketinggalan. Mereka iri dan terus menjegalnya,\" ujar Robert kepada BBC, baru-baru ini. (fin/tgr)

Tags :
Kategori :

Terkait