Keinginan Maemunah menjadi laki-laki tulen akhirnya terkabul. Penderita kelainan “kelamin ganda” asal Desa Tambaksari Kudul, Kecamatan Kembaran, Banyumas, itu kemarin (14/7) resmi berkelamin laki-laki. Tim medis RSUP dr Karyadi sukses “menyulap” Maemunah menjadi Mae Purnomo hanya dalam 2,5 jam. RIZAL KURNIAWAN , Semarang Maemunah masuk ruang operasi sekitar pukul 08.00. Sebelum operasi, tim medis RSUP dr Karyadi melakukan persiapan final, mulai pembiusan, pemasangan infus, hingga persiapan teknis lain. Pukul 08.30 dokter memeriksa kondisi fisik Mae terakhir. “Saat pemeriksaan itulah terlihat testis pasien sudah berada di kantongnya, istilahnya retractile testis. Jadi, kalau pas kontraksi testisnya agak tinggi di antara dua paha, tetapi pada saat istirahat, testis tersebut turun ke kantongnnya,” jelas dr Ardy Santosa, ahli bedah urologi RSUP dr Karyadi, yang menjadi anggota tim medis operasi langka itu. Melihat kondisi seperti itu, tim medis memutuskan tidak melakukan tindakan penurunan testis lagi, tapi langsung membuatkan saluran kencing. Sebelumnya, tim medis memang akan menurunkan testis Mae, kemudian membuat saluran kencing. “Karena testis pasien sudah pada tempatnya, tidak perlu lagi diturunkan. Letak testis sudah di bawah, secara kosmestik dan fungsi tidak perlu diturunkan lagi,” jelasnya. Menurut Ardy, selama ini saluran kencing Mae ada di bawah dan menyerupai vagina. Dengan demikian, bila kencing, dia harus jongkok. Nah, tim dokter kemudian membuatkan saluran kencing di ujung testisnya. “Sekarang, kalau kencing, Mae bisa dengan berdiri seperti laki-laki normal,” ujarnya. Memang, meski alat kelamin laki-laki Mae sudah berfungsi “normal”, ukurannya tidak bisa panjang. Hal itu, kata Ardy, karena sebelum operasi anatomi penisnya sangat bengkok. Kondisi itu biasa disebut chordee atau jaringan ikat yang terbentuk di bagian bawah penis tidak elastis. Akibatnya, saluran kencing normal tidak terbentuk. Sehingga, bila ereksi, penis tidak bisa elastis membesar semuanya. “Pada penis Mae yang membesar atasnya saja, sehingga penis tertarik ke bawah dan melengkung,” jelasnya. Seperti diberitakan, Maemunah tumbuh menjadi “laki-laki”. Secara fisik, anatomi tubuhnya hampir tidak berbeda dengan kaum Adam. Dada remaja 15 tahun itu rata, tidak tumbuh payudara seperti halnya gadis yang menanjak dewasa. Begitu pula suaranya, berat seperti anak laki-laki puber. Sehari-hari dia juga menyenangi kegiatan yang berhubungan dengan dunia laki-laki, seperti bermain bola, mobil-mobilan, dan tinju-tinjuan. Tingkah lakunya juga terlihat gesit, tidak genit atau kemayu. Setiap hari anak pasangan Kunaeni Wartim-Sarni itu juga mengenakan pakaian laki-laki. Padahal, saat lahir pada 4 Mei 1995, Maemunah tercatat dalam akta kelahiran sebagai bayi perempuan. Namun, seiring pertumbuhan fisiknya, saat kelas I SD, dia mulai menampakkan “jati dirinya” sebagai laki-laki. Sejak itu Mae pun ingin menjadi laki-laki tulen. Namun, keinginan Mae itu terganjal karena kondisi ekonomi keluarganya kurang mampu. Akibatnya, ketika Mae berkeinginan masuk pondok pesantren khusus laki-laki di Banyumas, dia ditolak. Alasan pengelola pondok, status kelamin Mae “tidak jelas”. Sejak itulah perjuangan keluarga Mae mengubah status anak semata wayangnya tersebut dimulai lagi. Menurut dr Paulus A Gozalli MSi Med dari RS Margono Soekardjo Banyumas, kasus yang terjadi pada Maemunah tak bisa persis disebut sebagai kasus kelamin ganda atau hermaprodit. Kasus itu lebih cenderung ke arah ambiguous genetalia. Ambiguous genetalia, kata Paulus, merupakan jenis kelamin yang meragukan. Dan, Mae diidentifikasi mengalami partial androgen intensitivity syndrome (PAIS). Kromosomnya laki-laki, tapi penampakan fisik luarnya meragukan karena mempunyai vagina dan penis kecil. “Tampaknya Maemunah mengalami PAIS,” ujar Paulus yang kemudian merujuk Mae agar dioperasi di RSUP dr Karyadi Semarang. Operasi Mae memakan waktu 2,5 jam. Sekitar pukul 11.00 Mae keluar dari ruang operasi dan dibawa ke kamar perawatan A3 lantai II RSUP dr Karyadi. “Proses operasi memang panjang. Tahap pertama meluruskan penis, tahap kedua membuat penis, dan ketiga merekonstruksi kulit penis,” jelas Ardy. Ardy juga mengatakan, operasi seperti yang dialami Mae sebenarnya sudah sering dilakukan di RSUP dr Karyadi. Tapi, bila mengubah gender wanita menjadi laki-laki dengan konsekuensi sampai ke pengadilan untuk mengubah aktanya, masih relatif langka. “Ya, baru sekitar 10 kasus kami tangani, termasuk kasus Mae ini,” ujarnya. Menurut Ardy, pemulihan penis hasil operasi membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu. Untuk sementara tim medis membuatkan saluran kencing di bawah pusar, sebelum alat kelamin Mae berfungsi normal. “Tujuh hari pascaoperasi splin (slang pembentuk saluran penis) dilepas. Setelah dua minggu, saluran tersebut akan dites apakah ada kebocoran atau tidak,” tuturnya. Apakah nanti fungsi penis Mae normal, bisa ereksi dan membuahi perempuan” Ardy belum bisa memastikannya. Pihaknya akan mengevaluasi perkembangan kondisi alat kelamin Maemunah yang kini resmi berganti nama menjadi Mae Purnomo itu. “Bergantung pada tingkat kelainannya. Kalau berat, ya kematangan dan bentuk spermanya tidak normal. Kita masih akan melakukan evaluasi setelah ini, termasuk fungsi ereksinya. Kita akan uji coba dengan menyuntikkan cairan NaCL untuk memastikan ereksi bisa berfungsi dengan baik atau tidak,” jelasnya. Saat disinggung mengenai biaya operasi, Ardy mengatakan hanya Rp5-6 juta. “Yang mahal itu benang-benang untuk jahitnya, karena superkecil dan harus menggunakan kacamata pembesar tiga kali lipat kalau ingin menjahit. Belum lagi membuat saluran di perutnya,” tandas dokter ramah itu. Saat operasi kemarin, Mae didampingi ibunya, Sarni (55) dan pamannya, Naryanto (53). Mereka menunggu di depan ruang bedah sembari terus berdoa. Setelah menunggu beberapa jam dan diberi tahu bahwa operasi telah selesai dan berhasil, Sarni langsung bersujud syukur. “Wah, keinginan Mae masuk pesantren mudah-mudahan terkabul setelah ini. Matur nuwun, Gusti Allah,” ucap Sarni dengan mata berkaca-kaca. (*/ari)
Punya Alat Kelamin Pria, Ingin Masuk Pesantren
Kamis 15-07-2010,09:00 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :