Fenomena Langit Langka Paling Ditunggu di Tahun 2019

Rabu 02-01-2019,18:21 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Tahun 2019 telah berganti dalam hitungan hari. Para pecinta keindahan panorama langit telah diberikan sejumlah jadwal mengenai beberapa fenomena yang diperkirakan bakal muncul pada tahun ini. Ada fenomena tahunan, tapi ada juga fenomena langka. Berikut tujuh di antaranya:

Supermoon

Akan ada tiga bulan super penuh (supermoon) pada tahun 2019 mendatang. Artinya, bulan menyeberang lebih dekat ke Bumi pada lintasannya. Oleh karena itu, penampakannya lebih besar dan lebih terang daripada biasanya, menurut Earthsky.org. Gerhana bulan total kerap disebut \"bulan darah\" karena ketika Matahari, Bumi dan Bulan sejajar, sinar matahari yang melewati atmosfer Bumi akan tampak mengubah bulan menjadi merah. Fenomena supermoon akan terjadi tahun 2019 pada tanggal 21 Januari, 19 Februari, dan 21 Maret. Namun, yang terbesar akan terjadi pada 19 Februari, saat itu jarak Bumi dan Bulan lebih kurang 356.000 km. Fenomena tersebut hanya akan terlihat di sebagian besar wilayah Amerika Utara, Amerika Selatan, serta wilayah barat dan utara Eropa. Sementara itu, sebagian wilayah Eropa lainnya maupun Afrika dan sejumlah kecil wilayah Asia dapat melihat fase akhir dari peristiwa gerhana bulan total tersebut. Menurut perhitungan, peristiwa ini akan terjadi pada pukul 00:12 malam waktu AS (ET) atau pukul 12:12 WIB. Di Indonesia, Bulan telah terbenam saat gerhana tersebut berlangsung dan Matahari juga telah terbit di wilayah Indonesia saat puncaknya terjadi. Jadi, Indonesia tidak dapat menyaksikan peristiwa tersebut.

Oposisi Jupiter

Planet terbesar di sistem Tata Surya, Jupiter, akan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi (dikenal dengan istilah Oposisi Jupiter) pada 10 Juni 2019. Saat itu, jarak Jupiter dari Bumi adalah sekitar 4,28 AU (1 AU=150 juta km). Anda bisa melihat Planet Jupiter dengan mata telanjang yang akan terlihat seperti bintang kuning terang yang tidak berkedip-kedip.

Oposisi Saturnus

Oposisi Saturnus merupakan sebuah peristiwa proses mengelilingi Matahari, Bumi dan Planet Saturnus terletak pada satu garis lurus dengan Matahari. Peristiwa Oposisi Saturnus bukanlah peristiwa yang cukup langka karena setiap tahun terjadi selama satu kali. Planet Saturnus juga akan mendapatkan jarak terdekat ke Bumi tahun 2019. Namun, planet bercincin tersebut tidak akan sedekat Bulan atau Jupiter, sehingga masih dibutuhkan teleskop untuk melihatnya. Saat itu, jaraknya dari Bumi lebih kurang 9,03 AU. Oposisi Saturnus diperkirakan akan terjadi pada 9 Juli 2019.

Gerhana Bulan Parsial

Orang-orang di Bumi akan dapat menyaksikan wajah Bulan menjadi gelap selama gerhana bulan parsial. Mulai pukul 2:43 ET pada tanggal 16, bayangan Bumi akan meluncur melintasi cakram Bulan, menggelapkannya bagi pengamat langit di AS, Eropa, Afrika, Asia selatan, dan Australia. Berlangsung sekitar lima setengah jam, gerhana akan menutupi sekitar 60 persen dari bulan purnama pada waktu puncaknya. Diperkirakan pada 17 Juli 2019, gerhana bulan sebagian atau parsial dapat disaksikan di langit Indonesia mulai pukul 01:34 WIB. Fase parsialnya dimulai pukul 03:01 WIB dan puncaknya pada 04:30 WIB. Durasinya sekitar 2 jam 58 menit, yang akan berakhir di pukul 05:59 WIB.

Hujan Meteor Perseid

Dikenal sebagai hujan meteor terbaik, fenomena langit ini bakal menghiasi langit Indonesia pada malam 12 Agustus hingga pagi hari 13 Agustus 2019. Akan ada 50-100 meteor yang melintas di langit setiap jamnya. \"Hujan meteor perseid sering dianggap sebagai salah satu hujan meteor terbaik tahun ini karena tingginya dan suhu akhir musim panas yang menyenangkan,\" kata NASA. \"Anda tidak perlu peralatan khusus untuk melihat Perseid--cukup mata Anda (perhatikan bahwa teleskop atau teropong tidak disarankan).”

Transit Merkurius yang langka

Untuk kedua kalinya dalam dua tahun, Merkurius akan melewati jarang di depan Matahari pada 11 November, NASA melaporkan. Merkurius, planet terkecil di Tata Surya kita, melintas di antara Bumi dan Matahari sekitar 13 kali seabad. Perjalanan terakhir terjadi pada tahun 2016, dan untuk pertama kalinya dalam 10 tahun, planet kecil itu terlihat dari Bumi. Tahun 2019, transit akan dimulai pukul 7:34 ET dan berlangsung sekitar lima setengah jam. Nantinya, akan muncul sebagai titik hitam di seluruh wajah matahari dan para penikmat bintang akan dapat melihatnya dengan bantuan teleskop serta filter matahari.

Gerhana Matahari Cincin

Dimulai dari Arab Saudi, jalur fenomena langit yang diperkirakan akan terjadi pada 26 Desember 2019 akan beranjak ke India Selatan, Sri Lanka Utara, Samudra Hinda, dan Indonesia, sebelum berakhir di Samudra Pasifik. Selama gerhana matahari cincin terjadi, korona matahari tidak terlihat dan seolah membentuk cincin merah. Kacamata gerhana khusus dengan filter matahari adalah suatu keharusan untuk menonton fenomena ini dengan aman. (*)
Tags :
Kategori :

Terkait