Mengenal Keseharian Saelani, Pelaku Pembunuhan Tetangganya Sendiri

Minggu 13-01-2019,15:05 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Saelani (47), pelaku pembunuhan keji terhadap Alifah (50), warga RT 2 RW 3 Desa Tuk, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon adalah pribadi yang misterius. Tetangganya pun kerap menyaksikan kejadian-kejadian  yang aneh. Nurhidayat, Cirebon  SAELANI dikenal warga sebagai sosok temperamen (pemarah). Ia tidak jarang mengamuk tanpa sebab yang jelas. “Kadang kala waras, kadang kala kumat. Kalau pas waras ya biasa bekerja. Tapi kalau kumat ya ngamuk-ngamuk,” ujar Mendi (50) tetangga pelaku. Mendi menyebutkan, pelaku telah lama tinggal sendirian di rumah yang berada di depan samping kanan rumah korban. Di rumah berukuran sekitar 6x4 meter itulah pelaku menghabiskan waktunya ketika tidak sedang bekerja. “Pernah punya istri dan punya dua anak. Tetapi bercerai dan anak istrinya sekarang tinggal di Ciledug, Kabupaten Cirebon,” katanya. Dalam beberapa kesempatan, pelaku kerap menunjukkan tindakan yang tidak biasa. Suatu ketika, pelaku juga pernah naik ke atap rumahnya sambil mengamuk. Lagi-lagi tanpa alasan yang jelas. “Waktu naik genting itu posisi jam 4 pagi. Ya nggak tahu kenapa. Pokoknya dia ngamuk-ngamuk aja. Sering juga teriak-teriak,” tutur Mendi. Baca:  Begini Kronologi Tukang Becak Sadis Bunuh Tetangganya Sadis, Tukang Becak Habisi Nyawa Tetangganya Sendiri Keluarga Korban Belum Tahu Motif Aksi Sadis Tetangganya Warga juga sering melihat korban memecahkan piring dan gelas di dalam rumahnya. Namun, warga yang telah terbiasa dan memahami perilaku Saelani, hanya mendiamkan. ”Selain mengamuk dan berteriak, pelaku juga kadang berdiam diri sambil menca-menca,” imbuhnya. Bahkan, pagi sebelum kejadian, Saelani sempat mengamuk dan memecahkan piring di depan rumahnya. Itu dilakukannya saat hendak membeli sarapan. Ketika baru menyadari penjual nasi telah berlalu dari depan rumahnya, ia mengamuk dan melemparkan piring ke tiang listrik. “Dibilang waras gimana, dibilang gila juga nggak. Rumahnya tidak diurus. Kotor dan banyak sampah,” kata Mendi. “Kalau lagi sama teman-temannya sesama tukang becak, diajak bercanda dia mudah marah. Tidak bisa diajak bercanda. Nah, teman-temannya itu sudah tahu, makanya banyak temannya yang menghindari,” sambungnya. Mendi melanjutkan, beberapa bulan sebelumnya, Saelani sempat tinggal bersama salah seorang ustad dan rajin beribadah. Ia juga sempat belajar mengaji. Di sana, pelaku juga diberi pekerjaan. “Dia bantu-bantu di sana, dikasih makan, uang jajan sama rokok. Pokoknya terjamin.  Nah, sudah dua bulan ini dia tidak di sana lagi. Mungkin sudah tidak punya uang lagi,” katanya. Sebagai tetangga, ia tidak menyangka peristiwa tersebut terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Ia mengenal baik korban dan keluarganya. Setiap minggu korban berjualan berbagai makanan ringan di Pasar Celancang. “Keluarga korban juga  sangat baik terhadap pelaku. Sebab tak jarang memberi makan, rokok hingga uang. Korban harusnya berangkat jam 4 pagi. Kalau nggak kejadian dia berngkat ke pasar, karena sudah bungkusin dagangannya,\" pungkasnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait