Ukuran penis, baik besar maupun panjang, selesai berkembang begitu seorang pria memasuki fase akil balig. Majalah Tempo edisi Senin 17 Desember 2012 mengulas tentang korban pembesaran penih. Khusus untuk memperpanjang, ada satu tindakan medis yang bisa ditempuh, yakni memotong kulit dan jaringan di pangkal penis yang berfungsi untuk menggantung organ vital ini. Hasilnya, panjang alat vital tersebut akan bertambah 1-2 sentimeter. Penyuntikan cairan tertentu untuk memperbesar penis jelas tidak akan berhasil. Justru cairan itu ditolak tubuh dan penis jadi cacat. Cacat pada batang zakar akibat suntikan benda asing kerap disebut paraffinoma. Hal ini merujuk pada cairan parafin yang disuntikkan ke organ kejantanan ini. Parafin adalah produk yang didapat dari penyulingan minyak bumi. Selain parafin, cairan lain yang kerap disuntikkan untuk membesarkan penis adalah silikon cair, vaselin, formalin, atau minyak-minyakan, termasuk minyak zaitun. Berapa volume yang disuntikkan tergantung seberapa besar diameter penis yang dipesan. Pada 1-3 bulan, pasien merasa puas terhadap ukuran zakarnya yang membesar. Namun, pada bulan ketiga, biasanya penis sudah mulai mengalami perubahan bentuk. Namanya juga cairan, zat ini akan mengisi ruang kosong di bawah permukaan kulit penis. Pembesaran menjadi tidak terkendali, bentuknya juga ancur-ancuran, dan terbentuk jaringan parut. Hasil akhirnya, selain berbentuk seperti pemukul gong, ada yang serupa kodok sedang bernyanyi. Kepala penis ukurannya biasa, tapi batangnya menggelembung. Dengan bentuk seperti ini, si empunya penis akan kesulitan, bahkan tak bisa, melakukan hubungan seksual. Berdasarkan pengakuan pasien, umumnya mereka disuntik di salon-salon. Namun, saat komplikasi terjadi, pelaku dan salonnya sudah pindah sehingga sulit dimintai pertanggungjawaban. Bahkan, pembesaran penis dengan penyuntikan menggunakan bahan-bahan non-medik banyak dilakukan di Indonesia. Langkah ini menimbulkan berbagai efek samping, hingga kanker. Langkah operasi tidak mengembalikan bentuk asal. Hal inilah yang kemudian dijadikan penelitian oleh Boyke Soebahli. Penelitian tersebut kemudian ia presentasikan di konferensi internasional yang digelar oleh para ahli urologi sedunia atau Societe Internationale d\'Urologie (SIU) di Melbourne, Australia, pertengahan bulan lalu. Dalam penelitian itu, menurut Boyke, kasus paraffinoma, atau memperbesar penis melalui suntikan dengan zat-zat tertentu, banyak ditemukan di Indonesia. \'\'(Ada) 209 kasus mengenai pasien paraffinoma (di Samarinda) dalam penelitian saya. Mereka menyuntik penisnya dengan berbagai minyak, bisa minyak rambut ataupun minyak kasuari,\'\' katanya. Menurut Boyke, penyuntikan benda asing ke kelamin pria adalah tindakan berbahaya. Pasalnya, suntikan tersebut dapat menimbulkan komplikasi kulit penis yang mengeras dan tidak bisa berhubungan seks karena nyeri yang dirasakan. Bukan hanya itu, menurut Boyke, beberapa kasus , penyuntikan penis dengan menggunakan berbagai minyak tersebut bahkan dapat menyebabkan kanker. \'\'Setiadaknya, saya menangani satu kasus paraffinoma setiap minggunya, meski jumlah kasus tersebut lama kelamaan menurun,\'\' katanya. Sejauh ini, katanya, ia paling banyak menjumpai kasus paraffinoma ada di Indonesia Timur. Usia penderita 19-66 tahun. \'\'Paling banyak pekerja pertambangan. Aparat juga ada.\'\' Bila penis terlanjur rusak akibat paraffinoma ini, menurut Boyke, ia akan menganjurkan untuk dioperasi. Menurutnya, ada dua tahap yang harus dilalui. Pertama, membuang semua bagian yang mengeras. Kemudian penis ditanam ke dalam kantong penis selama 3-6 bulan. Setelah itu, dilakukan operasi tahap kedua untuk mengembalikan bentuk atau rekonstruksi. \'\'Jeda waktu dari operasi satu ke dua sengaja dilakukan untuk menghilangkan proses peradangan,\'\' katanya. Paparan Boyke ini mendapatkan sambutan positif dari sejumlah pakar urologi asal negara lain. Tak hanya itu, ia pun mendapatkan penghargaan atas salah satu pemaparan terbaik dalam kategori rekonstruksi urologi. Informasi yang dihimpun radarcirebom.com, dari laman pusat pelayanan urologi penyuntikan penggunaan parafine cair, paraffin maupun mineral oil jenis lain dengan tujuan memperbesar ukuran dan merubah kontur penis sudah dikenal pada komunitas primitif. Walaupun banyak komplikasi serius akibat praktek ini, tren semacam ini semakin populer hingga abad ke 20. Kasus parafinoma penis telah banyak dilaporkan dalam literatur internasional paling banyak terjadi di Asia, Rusia, dan Eropa Timur. Pasien terbanyak laki-laki dewasa muda.
Paraffinoma adalah granuloma kronik yang timbul karena adanya iritasi yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama dengan parafine. Parafinoma atau sclerosing lipogranuloma sering adalah suatu kondisi kulit yang ditandai dengan banyaknya granuloma-granuloma serta fibrosis yang terjadi pada jaringan lemak subkutan akibat dari injeksi parafine maupun mineral oil lainnya.
Sclerosing lipogranuloma pada genitalia pria adalah suatu keadaan dimana terdapat massa subkutan pada penis. Parafinoma penis terjadi akibat injeksi cairan viskositas tinggi untuk tujuan membesarkan ukuran maupun merubah kontur penis. Karna material tersebut tidak bisa di metabolisme oleh tubuh sehingga menimbulkan reaksi tubuh terhadap benda asing. Akibatnya berisiko terhadap kesehatan dan memerlukan intervensi segera agar tidak menyebabkan gangguan fungsi organ.
Reaksi penolakan terhadap benda asing muncul dalam bentuk peradangan sehingga menyebabkan gejala klinis seperti nyeri, indurasi, edema, jaringan parut, ulserasi, perubahan warna kulit dan pembengkakan pada penis, deformitas, nekrosis, nyeri saat ereksi dan ketidak mampuan melakukan aktifitas seksual. Gejala-gejala tersebut kebanyakan muncul setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah injeksi.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah biopsi, yang biasanya digunakan untuk menentukan jenis sel yang mengalami proliferasi akibat reaksi inflamasi. Selain itu bisa juga dilakukan MRI untuk mengetahui seberapa luas penyebaran parafin yang diinjeksikan.
Baca: Penile Granuloma Caused by Liquid Silicone Injection