Inilah Kisah Para ”Pejuang” Kemanusiaan Menuju Istana Bogor

Kamis 24-01-2019,17:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Mereka sudah mendonorkan darah lebih dari 100 kali. Atas jasanya di bidang kemanusiaan, ada sejumlah penghargaan yang diraih. Bagaimana rasanya mendonorkan darah lebih dari 25 liter? Tasmin, Welly Rahmat dan Wahidin tengah bersiap bertolak ke Bandung. Hari ini, Kamis (24/1) mereka dijadwalkan menemui Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Yang akan memberi apresiasi atas kiprah ketiga pria paruh baya tersebut atas kerelaannya menjadi pendonor darah. Tasmin, Welly Rahmat dan Wahidin sudah berusia di atas 50 tahun. Mereka bertiga adalah pendonor darah sukarela, yang telah menyumbangkan darahnya lebih dari 100 kali. Andai dikonversi ke satuan liter, dengan asumsi penganbilan darah sekali donor 250 cc. Masing-masing dari mereka sudah menyumbangkan kurang lebih 25 liter darah. Meski demikian, perawakan ketiganya malah terlihat bugar. Welly Rahmat misalnya. Tahun ini ia menginjak usia 61 tahun. Ia rutin donor darah sejak usianya masih 40 tahun. Kebiasaan itu terus berlanjut hingga saat ini. “Saya donor darah rutin,\" ucap Welly, saat berbincang dengan wartawan koran ini. Paling tidak, tiga bulan sekali Welly mendonorkan darahnya. Tubuhnya pun seolah terbiasa. Bila lewat jangka waktu tertentu tanpa donor, tubuhnya serasa tidak fit. “Suka nggak ngerti. Tiba-tiba nggak enak aja badan gitu rasanya,\" ucapnya. Hingga saat ini totalnya sudah 103 kali Welly donor darah. Warga perumnas tersebut pun mengaku tidak pernah menyangka ketika diberi kabar akan menemui gubernur Jabar. Yang kemudian dilanjutkan memenuhi undangan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. “Sebetulnya, donor itu ya donor saja. Nggak pernah berharap diapresiasi seperti ini,” katanya. Begitu pula dengan Tasmin. Sejak tahun 1977 ia rajin menyumbangkan darahnya. Bahkan ia pun mengaku tak ingin sendirian untuk ikut membantu sesama. Anak dan istrinya pun semuanya dikenalkannya pada donor darah. Tetangga sekitarnya juga tak luput dari Tasmin untuk mengajak mereka semua mendonorkan darahnya.  Motivasi utamanya adalah ingin membantu sesama. Karena ia selalu berpikir bahwa setetes darah saja bisa menyelematkan nyawa seseorang, apalagi bila satu kantung, dua kantung, tiga kantung, bahkan sampai berkantung-kantung. \"Dari tahun 1977 sampai sekarang saya masih aktif donor darah. Bantu orang-orang yang membutuhkan motivasi awalnya,\" papar pria yang sudah mendonorkan darahnya sebanyak 105 kali itu. Dari ketiganya, yang terbanyak sudah mendonorkan darah ialah Wahidin. Tercatat, Wahidin sudah mendonorkan darah sebanyak 106 kali sejak tahun 1986. Ketika ditanya apa alasannya untuk terus mendonasikan darahnya, jawaban Wahidin cukup sederhana tapi mendalam; \"Berbuat hal kecil, yang penting manfaatnya bisa dirasakan,\" ucapnya. Pertama kali mendonor, Wahidin mengaku masih berusia 30 tahunan. Motivasinya ketika itu ialah mendapatkan manfaat sehat. Namun ternyata apa yang dilakukannya dilihat sebagai sebuah aksi kepahlawanan. Terutama di bidang kemanusiaan. “Sebetulnya nggak menyangka. Apalagi ini mau diundang gubernu dan presiden. Ya terharu, saya cuma rakyat biasa,” tuturnya. Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Cirebon dr HM Edial Sanif SpJP FIHA menjelaskan, penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial atas Donor Darah Sukarela 100 kali di tahun 2018 tersebut diberikan Presiden RI untuk pendonor yang sudah mencapai 100 kali mendonor. \"Suatu kebahagiaan dan kebanggaan. Kota Cirebon untuk bisa mengirimkan tiga orang terbaik mendapatkan penghargaan dari bapak presiden,” tuturnya. Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Cirebon, Dr Sugianto Suhana MKes menambahkan, ketiga pendonor terbaik diberangkatkan pada hari Kamis dari Cirebon menuju Kota Bandung. Kemudian esok harinya baru akan bergeser ke Jakarta menuju istana presiden untuk menerima penghargaan di Jakarta, Sabtu (26/1). \"Dari PMI Kota Cirebon sendiri kami memberikan fasilitas keberangkan dan kepulangan ketiga pendonor terbaik kami ini,\" tambahnya. (myg)

Tags :
Kategori :

Terkait