Yayat Sumiati Pasien Obesitas Capai 200 Kilogram Tutup Usia

Jumat 25-01-2019,14:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Yayat Sumiati penderita obesitas asal Sindangkempeng, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, tutup usia. Pada Selasa lalu (22/1), Yayat dievakuasi ke RSUD Waled guna mendapatkan penanganan medis. Tapi, di rumah sakit itu pula Yayat pergi untuk selamanya. Yayat Sumiati tutup usia Kamis malam (24/1) sekitar pukul 20.00 WIB. Saat masuk IGD RSUD Waled Selasa siang (22/1), dia mengeluh kesulitan bernapas. Selain menderita obesitas, jantung Yayat pun diketahui bermasalah. Kabar meninggalnya Yayat diungkapkan Mulyadi, Kuwu Desa Sindangkempeng. Mulyadi membenarkan jika Yayat meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD Waled. “Jenazah sudah dibawa pulang. Rencananya besok (pagi ini, red) dikebumikan di TPU keluarga di belakang rumah,” ujar Mulyadi kepada Radar Cirebon. Terkait diagnosa dokter, terutama soal penyakit yang menyebabkan Yayat meninggal dunia, Mulyadi belum bisa memastikan hal tersebut. Mulyadi belum sempat berkomunikasi langsung dengan tim dokter yang merawat Yayat. Pihak keluarga, lanjutnya, juga masih dalam kondisi berduka sehingga tidak memungkinkan untuk dimintai informasi. “Untuk penyebabnya saya belum tahu pasti. Malam ini (Kamis malam, red) belum ada informasi yang masuk ke saya soal hasil diagnosanya. Nanti kalau sudah jelas, saya informasikan,” imbuhnya. Sebelumnya diberitakan, Yayat sulit bergerak setelah tubuhnya terus membesar. Sebelum dibawa ke rumah sakit, sehari-hari Yayat hanya duduk dan berbaring di ruang TV rumahnya. Benar-benar bergantung pada keluarga. Tak banyak yang bisa dilakukan oleh wanita 45 tahun itu. Serba terbatas. Karena memang benar-benar kesulitan bergerak. Kondisi tubuh Yayat yang terus mengalami perubahan setiap hari diduga berkaitan dengan peristiwa yang terjadi padanya sekitar enam bulan lalu. Yakni saat jatuh di dapur. “Awalnya jatuh saat berjalan di dalam rumah. Pas di dapur,” ujar Sena (44) suami Yayat saat dijumpai Radar Cirebon saat membawa sang istri ke RSUD Waled, Selasa lalu (22/1). Saat itu sang istri mengeluh sakit pada bagian kaki. Tapi  tidak begitu dirasakan. Bahkan sampai dua hari setelah kejadian itu, Yayat masih bisa berjalan. “Dua hari setelah kejadian tersebut istri saya masih bisa jalan. Nah setelah hari ketiganya baru sulit berjalan. Katanya sakit. Setelah hari itu sampai sekarang tidak bisa bergerak dan lebih banyak tidur di ruang TV. Semua aktivitasnya bergantung ke keluarga,” kata Sena. Keluarga pun dibuat bingung dengan kondisi Yayat. Pasalnya, untuk asupan makanan sehari-hari sejak peristiwa jatuh di dapur tersebut, semuanya masih normal hingga sekarang. Bahkan menu makanan yang dimakan di keluarga pun sama. Tidak ada yang berbeda. Porsi makan Yayat pun tidak ditambah. Masih sama seperti biasa. “Apa yang dimakan istri saya, ya sama saja dengan anggota keluarga yang lain. Tidak ada yang berbeda. Makannya sehari biasanya dua kali. Ngemilnya juga tidak banyak. Sejak sakit seperti ini, semua tugasnya saya yang ambil alih. Kerja juga tidak karuan karena harus ngurus semua,” imbuhnya. Sena yang sehari-hari kerja buruh bangunan tersebut menjelaskan, satu bulan terakhir kondisi kesehatan istrinya semakin  menurun. Selain karena bobot tubuh yang terus bertambah, hal lain yang membuat istrinya menderita adalah sesak napas. “Yang kasihan itu kalau lagi sulit napas, saya gak tega lihatnya. Katanya dadanya sesak. Saya akhirnya minta tolong ke perangkat desa dan pihak kecamatan. Akhirnya istri saya dibawa ke RS Waled untuk menjalani pengobatan,” bebernya. Saat dibawa ke rumah sakit, bobot tubuh Yayat diperkirakan sekitar 200 kilogram. Bahkan karena saking beratnya, untuk mengangkat tubuhnya ke atas mobil diperlukan empat sampai lima orang dewasa. Sementara itu, Wadir Pelayanan Medis dan Umum RSUD Waled, dr H Dwi Sudarmi mengatakan Yayat menderita obesitas. “Kalau yang dikeluhkan saat ini sesak napas dan tidak bisa berjalan. Begitu masuk ke IGD langsung ditangani oleh tim medis. Sudah kita lakukan beberapa tes kepada pasien. Pasien juga dibantu alat pernapasan karena kesulitan bernapas,” katanya kepada Radar Cirebon, Selasa lalu (22/1). Dari diagnosa sementara, menurut Dwi, Yayat mengalami pembengkakan pada bagian jantung akibat timbunan lemak. Kondisi itu membuat kerja jantung menjadi berat. Obesitas, menurut Dwi, bisa menimpa siapa saja. Biasanya ada beberapa penyebab terserang obesitas. Di antaranya pertama adalah persoalan gaya hidup dan pola makan. Faktor lainnya adalah faktor keturunan, di mana dalam keluarga ada yang memiliki tubuh di atas bobot rata-rata. “Siapapun bisa terkena obesitas. Oleh karena itu harus berhati-hati. Jaga pola makan dan gaya hidup. Tetap hidup sehat dan rajin berolahraga,” pesan Dwi. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait