CIREBON- “Menunggu air PAM mengalir normal sampai kapan? Jadi terpaksa bikin sumur bor,” ungkap Budiharjo, warga Perumnas Galunggung, Kota Cirebon. Ia termasuk “korban” dari tidak normalnya air yang dipasok Perumda Tirta Giri Nata Kota Cirebon. Budihardjo terpaksa membuat sumur bor. Itu langkah terbaik saat ini yang harus ia lakukan. Daripada terus tersiksa menunggu air ngucur dari kran-kran milik Perumda Tirta Girti Nata. Meski dengan sumur bor, ia harus merogoh kocek Rp2,5 juta. Uang itu untuk beli semi jet pump dan pemasangan. Kondisi serupa terjadi di RT/RW 04, Kelurahan Panjunan. Ketua RW 04, H Ahmad, mengakui sebagian warganya kesusahan dengan kondisi ini. “Mati (air, red) total mulai pagi hingga malam. Nyala lagi jam 10 malam,\" ungkapnya kepada Radar Cirebon. Ahmad menceritakan, tidak ada sumber air alternatif yang bisa digunakan warganya selain air PDAM. Kondisi saat ini, warganya terpaksa membeli air dari isi ulang galon atau tukang gerobak air. Diakuinya pula, banyak warganya yang mampu membeli dan memasang pompa air listrik. Ini dilakukan untuk menyedot air yang berada di dalam pipa. Karena bila tidak memakai pompa, air tidak akan keluar. “Fasilitas umum di sini juga tidak keluar air PAMnya. Seperti di Bapermas (airnya tak ngucur),\" terangnya. Sementara Dirut Perumda Tirta Giri Nata Sofyan Satari mengatakan sebenarnya penggunaan pompa listrik untuk menyedot air PAM melanggar aturan. Karena pada kondisi normal, pelanggan lain akan merasakan dampaknya. Untuk itu, pihaknya sudah 4 tahun ini memberlakukan aturan kepada pelanggan baru. Aturan itu mengharuskan calon pelanggan membuat ground tank penyimpanan air. Sehingga bila debit air PAM terganggu, bisa sementara teratasi. Adapun solusi untuk mengatasi hal itu, untuk jangka pendek pihaknya melakukan droping air bagi pelanggan terdampak dengan menggunakan tanki secara gratis. Kemudian melakukan optimalisasi penyelaman sumur, pembuangan udara yang terjebak dalam pipa, baik pipa transmisi maupun distribusi. “Kami juga akan tambah kapasitas dan mengoptimalkan operasional pompa yang ada menjadi lebih besar agar tekanan air lebih tinggi. Tim kami juga menangani kebocoran secara maksimal dan merevitalisasi pipa yang sudah berumur,” katanya. Sedangkan untuk penanggulangan jangka menengahnya adalah menyelesaikan program SPAM yang sedang dibangun. Penanggulangan jangka panjang, pihaknya sudah mengikuti program SPAM Regional Jatigede dan kerja sama dengan PDAM Kabupaten Kuningan untuk menambah debit air baru. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini persoalan dapat diatasi. Kami akan sekuat tenaga berusaha memberikan pelayanan yang terbaik,” kata pria yang akrab disapa Opang itu. (gus)
Air Tetap Tidak Ngucur, Tak Bisa Berharap pada PDAM
Senin 11-02-2019,15:00 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :