Film Calon Bini Angkat Kearifan Lokal Ajarkan untuk Berani Bermimpi

Minggu 24-02-2019,16:20 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Selulus SMA, Ningsih (Michelle Ziudith) sudah ditunggu Sapto (Dian Sidik) untuk dinikahi. Sapto adalah pemuda tegap, manja, anak Pak Kepala Desa/ Kades (Butet Kartaredjasa). Sudah berkali-kali Sapto menyatakan keinginannya memiliki Ningsih, berkali-kali pula Ningsih menolaknya. Dia sama sekali tak tertarik pada Sapto. Lagipula Ningsih tidak berniat menikah sekarang. Dia ingin mengejar cita-cita, keluar dari desa, bekerja, lantas kuliah yang dibayar dari penghasilannya. Paklik Agung (Ramzi) dan istrinya, Bulik Sari (Maya Wulan), mendorong Bapak (Marwoto) dan Ibu (Cut Mini Theo) menerima Sapto. Alasannya, kalau besanan dengan Pak Kades, kehidupan keluarga ini tentu bakal sejahtera. Bapak akan punya sawah, bukan cuma jadi buruh tani yang menggarap sawah orang lain seperti sekarang. \"Punya anak perempuan hambokyao diberdayakan,\" begitu Bulik Sari katakan pada Bapak dan Ibu. Paklik punya rencana tersembunyi hendak mencalonkan diri jadi Kades. Jika keponakannya menikah dengan putra Pak Kades, tentu bakal jadi jalan yang memuluskan ambisinya itu. Selain menjanjikan Ningsih untuk Sapto, ternyata Paklik bahkan sudah menerima \'uang muka\' dari Pak Kades. Uang itu sudah pula dijadikan perhiasan emas oleh Bulik. Bapak dan Ibu yang muak dengan perilaku Paklik, mendukung penuh maksud Ningsih. Pada pagi buta keduanya mengantar Ningsih ke stasiun. Jakarta dituju. Ningsih bekerja jadi asisten rumah tangga keluarga Pak Prawira (Slamet Rahardjo) dan Bu Andini (Minati Atmanegara). Di rumah itu tinggal pula ibunda Bu Andini yang dipanggil Oma (Niniek L. Karim). Kehadiran Ningsih membuat Oma punya teman lagi. Dulu, temannya adalah sang cucu, Satria (Rizky Nazar), tapi kemudian orang tuanya mengirim Satria kuliah di Amerika. Ningsih pun merasakan hal yang sama terhadap Oma. Dia dapat leluasa mengungkapkan keinginannya memperbaiki kondisi ekonomi keluarga dan melanjutkan pendidikan. Biasanya dia mencurahkan keinginan meraih cita-cita hanya lewat postingan di Instagram, seperti galibnya milenial lain. Satu akun yang rajin menyemangati adalah @jejak_langkah. Akun dengan foto profil sepatu putih berlogo sayap itu memberi kalimat-kalimat indah yang tak pernah meragukan kemampuan Ningsih meraih apapun yang dia inginkan. Di hadapan Oma, Ningsih kutipkan satu kalimat penyemangat dari @jejak_langkah Kalimat itu familiar di telinga Oma. Tak salah lagi, itu kalimat yang ditempel di pintu kamar Satria, cucu kesayangannya. Sebagian durasi Calon Bini diisi dialog dalam bahasa Jawa dialek Jogja, ada yang ngoko, ada yang kromo inggil. Memang tak semua pemain terbiasa berbahasa Jawa. Penonton yang mengenal bahasa Jawa akan segera tahu mana saja bahasa Jawa yang terdengar ganjil dari cara pengucapannya. Tentu ini sebuah tantangan bagi sutradara Asep Kusdinar yang tak paham bahasa Jawa. Bagaimana cara dia tahu dialog para pemainnya sudah tersampaikan dengan benar? Ternyata tak susah-susah, Asep cukup mempercayai Marwoto, pelawak dan pemain ketoprak yang juga dia jadikan patokan kelucuan dialog. Jika Marwoto tertawa, maka dialog itu sudah cukup lucunya. Jika Marwoto tak bereaksi padahal seharusnya memancing tawa, artinya dialogmusti diganti. Dari segi cerita, tak ada hal baru yang disodorkan Calon Bini. Khas Cinderella stories yang diadaptasi jadi ratusan judul di sinetron kita. Tentang gadis dusun dan pria kota yang saling jatuh cinta dan mereka harus melalui banyak rintangan. Walau begitu, Calon Bini dapat menyajikan hal yang klise itu dengan tata hidang yang menarik dan tak membosankan. Dialog natural-termasuk memilih dialog bahasa Jawa, dengan karakter orang-orang kampung yang kariktural. Keberadaan Marwoto dan Butet Kartaredjasa membawa atmosfer segar lewat celetukan-celetukannya. Juga karakter Sapto yang manja, tapi entah apa pertimbangan duo penulis skenario Titien Wattimena dan Novia Faizal menjadikan karakter ini seperti \"menyelesaikan karma yang terlalu berat\". Calon Bini menyasar remaja. Dengan waktu tayang perdana pada Hari Valentine, 14 Februari 2019, tentu target yang datang adalah pasangan-pasangan remaja. Patut diingat, ada film Indonesia lain yang juga tayang perdana pada tanggal yang sama. Belum lagi film-film yang sudah tayang sebelumnya dan masih bertahan di layar bioskop karena masih banyak ditonton. Tentu ini perlu disiasati produser, jangan sampai Calon Bini buru-buru turun dari layar. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait