Tinggal Dua Angkot yang Tersisa di Argasunya, Jalan Secara Bergantian

Senin 25-02-2019,15:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Angkot D9 tadinya begitu diandalkan masyarakat di Kelurahan Argasunya. Tidak adanya peremajaan, juga kehadiran ragam angkutan lain. Membuatnya kian tersisih. Meski ada yang tetap bertahan, dengan segala suka dukanya. Tidak seperti angkutan kota lainnya, Angkot D9 nyaris tidak memiliki terminal. Kesehariannya sebatas mangkal di seberang Pusat Perdagangan Harjamukti. Lalu kembali ke Kampung Sumurwuni. Penumpangnya, juga bisa dibilang itu-itu saja. Pedagang di pasar atau warga yang ke “kota” untuk berbelanja. Sesungguhnya, angkot ini punya jarak tempuh yang cukup jauh. Dari Terminal Dukuh Semar-Jl Kesambi Raya-Jl Tuparev-Jl Kebon Pelok. Namun dengan kondisi armada yang seperti sekarang, tentu tak mungkin lagi menempuh jarak seperti yang tertera di buku trayek. Muhamad Yajid, salah satu yang mengikuti betul perjalanan angkot D9. Sudah 17 tahun ia mengarungi jalanan menjadi pengemudi angkot D9. Di masa jayanya, ada empat angkot di trayek ini. Yang kemudian terus berkurang, hingga menyisakan dua unit saja. Yajid bukan tak mau beralih. Tapi kadung tergantung dengan mata pencahariannya yang satu ini. Dari mengemudi angkot D9 ia bisa menghidupi seluruh keluarganya yang berdomisili di Sumurwuni. Rata-rata penumpang yang naik rata-rata sudah jadi pelanggan. Namun kini kondisi penumpang yang semakin menyusut. Dirinya biasa menjemput penumpang hanya sekitar 3 sampai 5 orang saja. “Makin sepi. Dari benda ke pasar kadang nggak ada yang naik lagi,” ujar Yajid kepada Radar Cirebon. Karena sepinya penumpang, angkot D9 yang tersisa dua unit memilih berjalan bergantian. Yajid juga sekadar narik satu kali jalan. Pulang pergi dari Benda menuju Pasar Harjamukti. Perjalanan biasanya dimulai pukul 08.00, pukul 10.00 sudah kembali lagi ke Sumurwuni. Sementara armada yang satu lagi, beroperasi mulai pukul 11.00. Dan setelah pukul 13.00 perjalanan pun berakhir. “Jalan cuma pagi. Ya penumpangnya tinggal segitu itu,” katanya. Penyusutan penumpang juga dirasanya semakin menyesakan dada. Dalam sehari paling banyak dirinya hanya bisa mendapatkan Rp30 ribu. Jumlah tersebut diungkapnya hanya cukup untuk makan dan bensin saja. Makin hari dirasanya semakin sulit. Pendapatan hariannya memang hanya cukup untuk belanja dan bensin. Namun setidaknya di hari Minggu ia masih bisa meraup penumpang lebih baik. Karena pada hari libur ini juga banyak penumpangnya yang ke kota. Setidaknya tiap akhir pekan, ia bisa membawa pulang Rp70-100 ribu. Itu saja, sudah cukup membuatnya bahagia. (yud)

Tags :
Kategori :

Terkait