Pendapatan Turun Drastis, Sopir Angkot Makin Nelangsa

Minggu 03-03-2019,21:31 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

KUNINGAN- Sejak beberapa tahun terakhir, pendapatan sopir angkutan kota (angkot) yang beroperasi di Kabupaten Kuningan mengalami penurunan. Penyebabnya, selain penumpang sepi juga tak terlepas dari keberadaan taksi online yang menyebar hingga pelosok pedesaan. Kehadiran taksi online mau tidak mau menggerus pendapatan para sopir angkot itu sendri. Dampaknya, uang yang dibawa pulang sopir angkot untuk keluarganya dari mengangkut penumpang turun drastis. Dalam sehari, mereka hanya mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp 50 ribu setelah dipotong setoran dan beli bahan bakar minyak (BBM). Prabowo, sopir angkot 010 jurusan Kertawangunan-Kota tak menampik kondisi sulit yang dialami dia dan rekan-rekan sopir angkot lainnya dalam beberapa tahun terakhir ini. Pria asal asal Jawa Tengah yang menikah dengan warga Kuningan itu mengatakan jika pendapatannya saat ini jauh dari lima tahun lalu. Membawa pulang uang Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu sekarang ini dianggapnya sudah bagus. “Sekarang ini benar-benar sulit mencari uang dari narik. Pendapatannya sangat jauh dari lima tahun lalu. Apalagi penumpangnya juga semakin sepi,” tutur Prabowo dengan logat Jawanya yang masih kental kepada Radar, kemarin. Pria bertubuh kurus itu juga mengungkapkan bahwa keberadaan taksi online yang saat ini semakin marak, sangat memengaruhi kelangsungan angkutan kota di Kota Kuningan. Banyak penumpang yang memanfaatkan taksi online karena lebih mudah, nyaman dan tarifnya dianggap lebih murah ketimbang nyewa angkot. “Taksi online ini kan sekarang sudah sampai ke desa-desa. Banyak penumpang yang dulunya suka nyewa angkot, sekarang beralih ke taksi online. Padahal kalau tarif sih, tidak terlalu jauh beda dengan angkot. Paling bedanya hanya beberapa ribu saja,” ujarnya. Prabowo merinci berapa setoran yang harus diberikannya kepada pemilik angkot dalam sehari dan juga membeli BBM. Karena kondisi penumpang yang terus menurun, pemilik angkot tak mematok angka setoran. Jika dulu setorannya bisa sampai Rp 150 ribu, sekarang paling hanya Rp 90 ribu/hari. “Saya kalau setor Rp 90 ribu, beli bensin Rp 75 ribu. Seharian narik angkot dapat Rp 200 ribu itu sudah bagus, kebanyakannya malah kurang di angka itu. Sisa dari setoran dan bensin itu yang dibawa pulang ke rumah. Paling uang yang dibawa pulang Rp 50 ribuan,” ungkapnya. Pernyataan serupa dilontarkan Soleh, sopir angkot lainnya. Menurut Soleh, jumlah angkot di line Kertawangunan-Pasar Baru terus berkurang. Jika dulu mencapai ratusan, sekarang paling hanya 75 unit. Apalagi rute 010 dan 06 nyaris sama sehingga kerap rebutan penumpang. “Bisa dicek sekarang ini jumlah angkot berkurang. Bukan apa-apa, para pemilik angkot tak sanggup untuk merawat kendataan lantaran pendapatannya juga menurun. Banyak penumpang yang beralih menggunakan taksi online ketika pulang dari tempat kerja atau dari pasar. Ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan kami sebagai sopir angkit,” papar Soleh yang mengaku saat SMA satu angkatan dengan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kuningan, Deni Hamdani, tersebut. Selain mengeluhkan maraknya taksi online yang menggerus pendapatan angkot, Prabowo dan Soleh juga meminta Polres Kuningan agar mempermudah pembuatan surat izin mengemudi (SIM) bagi sopir angkot. Selama ini banyak rekan-rekannya sesama sopir angkot yang tak memiliki SIM. “Kepada Pak Kapolres Kuningan, kami meminta agar para sopir angkot diberi keringanan atau kemudahan untuk membuat SIM. Sebab masih ada sopir angkot yang tidak mempunyai SIM. Kami ingin semua sopir angkot punya SIM, tapi ya kesulitan ketika membuatnya. Semoga saja harapan kami ini bisa dikabulkan oleh Pak Kapolres, biar kami tidak dianggap melanggar aturan di jalan raya,” harap Prabowo dan Soleh. (ags)

Tags :
Kategori :

Terkait