2 Korban Tewas Tersambar Petir Dimakamkan Berdampingan

Rabu 13-03-2019,13:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Dua remaja korban tewas tersambar petir, Amirudin dan Kaswari dimakamkan di areal TPU Desa Sinarancang, Selasa (12/3). Keduanya dimakamkan berdampingan di liang kubur yang berbeda dengan waktu yang hampir bersamaan. Iring-iringan keluarga rekan dan warga sekitar mengantarkan keduanya menuju TPU yang berada di sisi Waduk Setupatok. Kedua korban dimakamkan setelah sempat disemayamkan semalam menunggu kerabat yang merantu keluar kota pulang ke kampung halaman. Kuwu Desa Sinarancang, Subandi kepada Radar Cirebon menuturkan,  berdasarkan cerita rekan-rekan korban yang saat itu berada di sekitar lokasi, kedua korban sempat terpental sejauh kurang lebih lima meter usai tersambar petir saat pulang menggembala kerbau. “Memang tak ada yang lihat langsung, karena begitu suara petir itu datang langsung panik, korban itu terlempar dari tempatnya semula berdiri, sekitar lima meteran,” ujarnya. Awalnya, lanjut Subandi, rekan-rekan korban tidak menyangka jika keduanya menjadi korban tersambar petir. Rekan-rekan korban mengira jika korban saat itu terpental karena kaget dan berlindung dari sambaran petir. “Tapi saat didekati tidak bergerak, ditambah lagi beberapa bagian tubuh korban terlihat menghitam, akhirnya disitu baru diketahui jika korban tersambar petir,” imbuhnya. Baca: https://www.radarcirebon.com/dua-pengembala-ternak-tewas-tersambar-petir-di-desa-sinarancang.html Posisi korban tersambar petir sendiri hanya beberapa langkah mendekati gubuk yang berada di areal persawahan tempat korban setiap hari rutin menggembala kerbau. Saat itu menurut rekan-rekan korban, sambung Subandi, korban memang membawa handphone (HP) namun HP tersebut tidak sedang dimainkan tapi tersimpan di dalam tas kecil dan terbungkus plastik. “Handphone-nya utuh, tidak rusak, tidak lagi sedang mainan HP karena hujan. Kalau yang kesambar HP, otomatis harusnya HP rusak kan, ini sih masih utuh HP-nya,” jelas Subandi. Diakuinya, persitiwa warga tersambar petir sebenarnya bukan kali pertama terjadi di Desa Sinarancang, puluhan tahun lalu menurut Subandi pernah terjadi kejadian serupa namun untuk korban dua orang baru terjadi sekarang. “Dulu waktu saya belum jadi kuwu juga ada kejadian disitu, lokasinya hampir sama. Tapi kalau korbannya dua orang baru sekarang. Itu dulu sekali sekitar 30 tahunan yang lalu,” bebernya. Warga lainnya, Dodi menyebut, jika korban adalah sosok yang baik. Bahkan setiap hari setiap pulang sekolah, korban hampir selalu menggembalakan kerbau. “Anaknya baik, tidak minderan. Jarang-jarang ada anak sekolah yang mau disuruh buat menggembala kerbau, ini anaknya baik sekali, saya sering lihat tiap hari (menggembala kerbau),” ungkapnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait