Masalah Drainase di Kota Cirebon Perlu Ditangani Terstruktur

Selasa 19-03-2019,14:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON–Drainase hanya satu dari sekian banyak masalah permukiman. Yang bila tidak ditangani secara terstruktur, bakal membesar bak bola salju. Membesarnya persoalan ini seiring meningkatnya kebutuhan perumahan. Pada pendataan tahun 2010 yang dilakukan Pemerintah Kota Cirebon, sudah terdapat 68.787 unit rumah. Sementara dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kebutuhan perumahan pada tahun 2031 diperkirakan mencapai 124.569 unit. Kebutuhan jumlah rumah disebabkan pertambahan penduduk. Di mana proyeksi penduduk per kelurahan di Kota Cirebon sampai akhir tahun 2031 adalah sebanyak 470.870 jiwa. Dalam RPJMD juga disebutkan perlunya pembangunan sistem drainase utama dan lokal. Sebab, selama ini sistem drainase belum terpadu. Terutama masalah banjir, desain kala ulang, akibat banjir terbatasnya master plan drainase. Sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.Bagaimana nasib kota, dengan 124.569 unit perumahan tanpa sistem drainase yang baik? Peliknya persoalan ini sudah bisa terlihat di beberapa kawasan padat penduduk. Musim hujan kali ini, memang tidak terjadi banjir seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun tetap saja warga merasa khawatir. Saat hujan turun, jalanan seperti menjadi penampang basah bak sungai. Begitu juga jalanan di dalam gang. Seperti yang dialami warga Purwarsari RT 03 RW 05 Kelurahan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan. Drainase di kawasan ini terlalu kecil. Juga dangkal karena sedimentasi sampah dan lumpur. Ketua RT 05 RW 05, Andayani mengungkapkan, dengan kondisi drainase di permukimannya, genangan kerap muncul. Saat hujan deras, air juga tidak tertampung dengan baik. “Jangankan hujan, nggak ada hujan saja selokan sudah penuh air dan luber kemana-mana,” ujarnya kepada Radar Cirebon. Dia pantas khawatir dengan problematika ini. Bukan hanya ancaman banjir. Selokan yang meluap juga bisa mengancam kesehatan. Saluran ini berisi pembuangan air ratusan rumah tangga di kawasan itu. \" Musim hujan ini kami selalu waswas. Itu kan bisa jadi sarang nyamuk. Bisa menjadi penyakit,” tuturnya. Ancaman sanitasi yang buruk itu menghantui 350 warga di RT/RW 05. Pihaknya bukan tidak ada usaha untuk perbaikan. Beberapa kali dilakukan kerja bakti membersihkan dan mengeruk lumpur. Tapi hasilnya tidak maksimal. Ini disebabkan selokan yang tersedimentasi bukan hanya di wilayahnya, tapi meliputi RT dan RW lainnya. \"Kami berharap kepada pemerintah untuk turun tangan. Karena memiliki kewenangan yang lebih luas dibandingkan dengan kami. Karena menyangkut ratusan warga lainnya, apalagi banyak bangunan berdiri di atas selokan,\" imbuhnya. Sekretaris RW 04 Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Ulum Auliya SSos juga menghadapi hal serupa. Drainase dipinggir Jalan Pagongan tidak terpelihara. Tanah dan sampah memenuhi penampang basah dan hampir menutup separuh daya tampungnya. Celakanya, drainase di pinggir jalan itu merupakan saluran utama pembuangan dari selokan di perumahan penduduk. “Kalau hujan selokan ini meluap. Ya air dari perumahan ini balik lagi, nggak bisa masuk,” katanya. Pihaknya juga sudah berupaya mengerahkan warganya untuk menormalisasi drainase. Tapi itu hanya sebatas beberapa puluh meter saja. Tidak semuanya tergarap, karena keterbatasan peralatan dan tenaga. \"Kami minta ada perhatian dari pemerintah. Ini sudah di luar kemampuan kami,” ungkapnya. (gus)

Tags :
Kategori :

Terkait