Video Viral Pasangan “Gancet” Saat Berhubungan Intim, Begini Penjelasan Medisnya

Minggu 31-03-2019,12:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Sebuah video viral menunjukkan pasangan yang terbaring dalam kondisi saling berpelukan di sebuah rumah sakit. Pasangan tersebut ternyata berada dalam kondisi \"lengket\" setelah berhubungan intim. Organ vital si pria tidak dapat dilepaskan dari organ vital si wanita. Satu di antara pengunggah video viral pasangan gancet ini adalah akun facebook \"Rama Azizi\" dan kemudian banyak di-repost oleh akun lain. Video ini diunggah pada 26 Maret 2019 pukul 12.41 WIB. Hingga Minggu 31 Maret 2019 pukul 09.30 WIB, video ini sudah ditonton 11.225 kali. Namun tak jelas kapan video direkam dan di rumah sakit mana. Bagaimana penjelasannya? Fenomena seorang pria yang tak bisa melepaskan alat vitalnya setelah berhubungan intim atau di masyarakat umum dikenal sebagai gancet sudah beberapa kali terjadi. Namun, meski bukan hal yang baru, faktanya hanya sedikit orang yang benar-benar memahami bagaimana kondisi yang secara medis disebut sebagai \"penis captivus\" tersebut bisa terjadi. Dikutip dari Can couples really get stuck together during sex? menurut Dr John Dean, hal itu terjadi saat otot-otot organ intim wanita menekan organ intim pria jauh lebih kuat dari biasanya. \"Otot-otot dasar panggul wanita berkontraksi secara ritmik ketika orgasme. Otot-otot itu kemudian berkontraksi pada organ intim pasangannya sehingga kemudian macet.\" Sejak dulu, terdapat pro dan kontra mengenai kejelasan dari benar atau tidak benarnya kasus gancet ini. Meskipun belum ada penelitian atau bukti medis dari kondisi ini, namun bukan berarti laporan mengenai kasus tersebut tidak ada dalam literatur medis. Bagaimanapun, kasus ini cukup nyata diperdebatkan dalam literatur medis selama hampir 40 tahun. Kasus gancet memang sangat jarang terjadi. Hanya ada beberapa kasus yang sempat dilaporkan di dunia medis. Dua di antaranya yang dilaporkan pernah terjadi adalah pada tahun 1870 dan 1872. Kejadian pertama melibatkan pasangan muda yang baru menjalani enam bulan masa pernikahan. Ketika mereka berhubungan seksual, terjadi kontraksi vagina yang kuat hingga otot vagina kejang. Bagi pria, kondisi tersebut membuat penis tidak dapat dikeluarkan dari vagina dan turut merasakan nyeri. Kasus kedua terjadi pada tahun 1872, melibatkan pasangan yang telah menikah selama setahun. Sebelumnya, pasangan tersebut memiliki hubungan seksual yang normal, tapi kemudian keanehan gancet terjadi, yaitu terjepitnya penis di dalam leher vagina. Meski begitu, lama-kelamaan ketika ketegangan berkurang, penis bisa dikeluarkan dengan sendirinya. Pada tahun 1979, British Medical Journal pernah menerbitkan ulasan, di mana mereka mengutip dua ahli ginekologi abad ke-19 yang mengklaim pernah menangani kasus penis captivus. Tahun berikutnya, sebuah jurnal medis menerbitkan tanggapan dari seorang pembaca yang mengaku sebagai saksi mata ketika ada pasangan yang dibawa ke rumah sakit setempat karena mengalami gancet . Pada tahun 2016, saluran televisi Kenya juga memberitakan adanya pasangan yang dibawa ke dukun setempat setelah mengalami hal yang sama. Baca Peniscaptivus-diditoccur? Masih simpang siurnya informasi mengenai kasus gancet menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Hampir semua pemberitaan dan laporan medis mengenai gancet atau penis captivus hanya didasari oleh desas-desus atau berita yang kebenarannya belum dapat dipertanggungjawabkan. Namun, setidaknya kedua kasus yang telah dijelaskan di atas menjadi bukti bahwa penis captivus dapat terjadi. Pada dasarnya, penis terjepit akibat kontraksi vagina menjepit penis yang sedang mengalami ereksi. Ketika ereksi perlahan-lahan berkurang, maka penis dapat dikeluarkan. Meski masih ada faktor-faktor lain yang menjadi pemicunya, misalnya karena perhiasan yang dikenakan pada organ intim. Mengenai kejadian gancet yang berlangsung selama berjam-jam atau hingga berujung kepada kematian, masih merupakan kemungkinan yang belum bisa disingkirkan. Meskipun langka, kasus gancet yang selama ini sering dianggap sebagai rumor, kemungkinan pernah terjadi juga di Indonesia. Namun, publikasi medis terkait kasus ini sulit ditemukan. Mengingat penis captivus bisa saja terjadi pada siapapun, maka beberapa cara di bawah ini bisa dilakukan sebelum memutuskan untuk meminta pertolongan medis, yaitu:

  • Hindari panik dan tetap tenang. Panik justru membuat penis makin terjepit dan menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan bertambah.
  • Menenangkan diri masing-masing dengan menarik napas panjang selama beberapa kali. Hal ini dimaksudkan agar otot-otot juga turut rileks dan perlahan organ kelamin yang saling menempel terlepas.
  • Jangan melakukan apa pun yang bisa menyakiti diri dan pasangan selama hal itu terjadi. Misalnya memaksa menarik kelamin atau menggunakan pelumas agar kelamin bisa terlepas, karena hal tersebut tidak akan mengatasi kondisi ini.
  • Jika setelah beberapa menit masih menemui jalan buntu alias belum terlepas juga, maka segera hubungi layanan medis dar Dokter mungkin dapat menyuntikkan penenang otot pada Anda dan pasangan untuk membantu meringankan kontraksi.
  • Jika kejadian tersebut terulang lagi, segera konsultasikan ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan terkait dengan penyebabnya, mulai dari vaginismus atau masalah aliran darah pada organ seksual.
Penis captivus atau gancet sering dikaitkan dengan vaginismus. Padahal, kondisi ini berbeda. Vaginismus adalah kondisi ketika otot vagina mengalami kejang pada saat dimasuki sesuatu, misalnya penis, sehingga sulit dilakukan penetrasi. Sementara itu pada kondisi penis captivus, penis justru terperangkap di dalam vagina dan tidak bisa keluar. Vaginismus kemungkinan ada kaitannya dengan rasa takut atau cemas ketika akan berhubungan seks. Para ahli medis pun belum mendapatkan bukti kuat mengenai penyebab penyakit ini. Untuk kondisi vaginismus, wanita yang mengalaminya dapat berlatih untuk mengontrol otot di sekitar vagina. Salah satu caranya adalah dengan rutin melakukan senam Kegel. Di dalam masyarakat, penis captivus atau gancet sering kali dianggap sebagai hukuman dari perilaku asusila. Namun secara medis, beberapa ahli ada yang menganggap gancet sebagai jenis lain dari vaginismus yang jarang terjadi. (*)    
Tags :
Kategori :

Terkait