Jaga Kantibmas di Dunia Maya, Tugas Berat Pak RW sebagai Admin Grup WA Jelang Pilpres

Kamis 04-04-2019,13:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Tamu harap lapor 24 jam. Itu dulu. Sekarang kalau ada warga baru, wajib hukumnya lapor untuk masuk grup Whats App (WA) kampung. Biasanya, Pak RT atau Pak RW yang jadi admin-nya. Kalau ada yang buat onar dan diusir dari grup, apa itu artinya di usir dari kampungnya juga? Sudah lumrah, tiap perkampungan punya Grup WA. Maksud awalnya,  sebagai sarana komunikasi antar warga. Tapi belakangan kerap jadi medan huru-hara. Apalagi kalau bukan karena beda pilihan di pemilihan presiden (pilpres). Tugas Pak RT, Pak RW ini jadi tidak mudah. Selain bertanggung jawab pada kamtibmas lingkungannya, mereka juga harus menjaga ketenteraman perkampungannya di dunia maya. “Banyak yang gatel kampanye di grup WA RW,” kata Ketua RW 10 Karyabakti, Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Basari kepada Radar Cirebon. Adanya grup WA RW sesungguhnya memudahkan. Terutama saat Pak RT atau Pak RW melakukan penyebaran informasi. Bisa lebih ringkas. Tinggal share pengumuman, beres. Semua warga yang online bisa baca. Sebaliknya, warga yang punya keluhan, bisa langsung mengutarakan protesnya. Namun, menjadi pemimpin kampung dan admin grup WA adalah dua hal yang berbeda. Tidak mudah mengatur jari anggota grup yang jumlahnya bisa ratusan kontak. “Maaf cuma copas (copy paste) dari grup sebelah.” Yang bisa langsung ditimpali warga lainnya. “Ini grup RW, bukan untuk kampanye.” Yang bisa ditimpali lagi. “Memang tidak boleh kampanye? Itu kan hak politik.” Begitu seterusnya. Membicarakan politik sebetulnya bukan hal yang aneh. Tetapi dalam praktiknya, pembahasan politik seringkali menjadi sesuatu yang malah memicu debat kusir. Basari mengakui, di grup WA RW ada saja warga yang ngeyel membagikan pilihan politiknya. Menurutnya, hal tersebut bukan sesuatu yang salah. Tetapi ia pun mengimbau agar tidak dilakukan di grup warga. Demi menghormati pilihan politik warga lainya. “Saya sering wanti-wanti. Utamanya soal politik,” kata dia. Kalaupun ada yang lolos, Basari mengaku, langsung mengontak yang bersangkutan secara pribadi. Juga mengingatkan agar tidak kebablasan kampanye. Lantaran di satu permukiman, pasti warga berbeda pilihan. Sekalipun mayoritas cenderung pada salah satu calon. “Sering saya bilang. Mau fanatik kayak apa, nanti kalau kita meninggal yang mengurus anggota dewan? Presiden? Yang direpoti tetangga juga kan,” tandasnya.

Tags :
Kategori :

Terkait