19 Kecamatan di Majalengka Rawan Pergerakan Tanah

Kamis 11-04-2019,13:33 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

MAJALENGKA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Majalengka mencatat ada 19 kecamatan di wilayah Majalengka berpotensi bencana pergerakan tanah. Kepala pelaksana BPBD Agus Permana menyebutkan, peristiwa pergerakan tanah di Blok Lamelaut, Desa Mekarmulya, Kecamatan Lemahsugih, Senin (8/4) kemarin sejatinya sudah terindikasi Badan Geologi. Lembaga Mitigasi Bencana Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Badan Geologi Kementerian ESDM) telah menerbitkan surat edaran sejak bulan Maret lalu. Surat imbauan tersebut guna memberikan peringatan agar seluruh pihak wasada, karena di bulan April, diprediksi terjadi bencana pergerakan tanah. “Kabupaten Majalengka masuk daerah rawan potensi gerakan tanah,” kata Agus, Selasa (9/4). Disebutkan mantan kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) ini segala bentuk aktivitas dan kegiatan masyarakat hingga pembangunan di wilayah rawan pergerakan tanah harus begitu memperhatikan banyak aspek. Beberapa faktor dan hasil kajian badan geologi menyebutkan penyebab terjadinya pergerakan tanah di antaranya curah hujan yang tinggi dengan durasi lama turun sebelum terjadinya gerakan. Selain itu tanah pelapukan yang bersifat poros dan jenuh air. Kondisi bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan batuan yang bersifat lebih kedap dan berfungsi sebagai bidang gelincir. Konsentrasi rumah yang terlalu padat dengan beban-beban rumah permanen (tembok) sehingga beban di atas tanah lebih tinggi. Di samping itu, data dukung tanah berkurang akibat tingginya kandungan air di dalam tanah dikarenakan sistem drainase permukaan yang kurang baik. Di mana seluruh air permukaan baik hujan maupun air limbah rumah tangga terakumulasi dan terkonsentrasi ke dalam tanah sehingga mempercepat berkembangnya longsor. “Selain faktor lainnya kemiringan lereng yang agak terjal sampai mengakibatkan tanah mudah bergerak. Kami mengingatkan jika pada musim peralihan ini rentan memicu sejumlah bencana. Camat atau kepala desa/lurah agar dapat bekerjasama memberikan sosialisasi kepada masyarakatnya masing-masing,” imbaunya. Dia menyebutkan, dari ke-19 kecamatan itu ada perubahan status yakni Kecamatan Kadipaten. Pada tahun 2017 lalu pergerakan tanah di Kecamatan Kadipaten dalam kategori menengah-tinggi. Sementara di tahun 2019 berubah menjadi menengah saja. Sementara dua kecamatan lainnya yakni Banjaran dan Cigasong dari status waspada menjadi pembantu. Terpisah, menyikapi pergerakan tanah yang terjadi di Kecamatan Lemahsugih belum lama ini, tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Bandung melakukan survei dan penelitian langsung di sekitar Blok Lamelaut, Desa Mekarmulya, Kecamatan Lemahsugih, Rabu (10/4) kemarin. Salahsatu petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Bandung, Anjas Heri Waseso menjelaskan survei awal dilakukan untuk melihat permukaan tanah dan pantauan udara. “Kita akan lihat bagaimana kemiringan, geologi, tanah, daerah dan lahannya seperti apa. Nanti di sana bisa ditentukan faktor apa yang menjadi penyebab pergerakan tanah dan mekanismenya seperti apa. Akhirnya nanti bisa membuat rekomendasi untuk pemerintah setempat,” jelasnya. Hasil survei, lanjut dia, paling cepat rampung selama satu minggu. “Warga harus tetap waspada karena sekarang musim hujan masih tinggi. Air hujan di permukaan tanah masih bisa bergerak kemana-mana. Masih liar.Oleh karena itu kami mengingatkan agar masyarakat tetap waspada dengan perubahan fenomena alam yang terjadi,” imbaunya. (ono/har)

Tags :
Kategori :

Terkait