Giling Tebu Mulai Sebelum Bulan Puasa

Jumat 19-04-2019,00:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIREBON-Ketua DPC Aptri PG Tersana Baru, H Mulyadi menyebut jika pelaksanaan musim giling tebu PG Tersana Baru, diperkirakan akan dilakukan pada akhir bulan Mei mendatang, mendekati awal bulan Ramadan. Hal tersebut disampaikan Mulyadi kepada Radar Cirebon, (17/4). Menurutnya, saat ini situasi di PG Tersana baru sudah mulai ramai dengan kehadiran penjual keliling ataupun pdagang musiman yang biasanya hadir saat jelang musim giling. “Ini kan tanda-tanda bakal dilakukan musim giling, ada acara bancakan yang biasanya dipadati pedagang musiman. Rutian setiap tahun. Jadi kalau mau masuk musim giling itu pedagang biasanya ramai,” ujar Mulyadi. Menurutnya,  dalam tradisi bancakan menyammusim giling akan melibatkan arak-arakan pengantin tebu yang biasanya akan dihadiri oleh orang-orang penting. Namun demikian menurut Mulyadi, petani tebu saat ini masih menghadapi sejumlah persoalan. Bahkan menurutnya,  ia pun pesimis jika luas lahan tebu yang ada bisa mencukupi kuota giling tebu tahun 2019 yang akan dilaksanakan bulan depan. Kondisi tersebut dikarenakan makin menyusutnya lahan tebu yang ada dimana saat ini sebagian sudah berganti lahan pertanian komoditi lain. Oleh karena itu, PG tersana baru tetap harus mengandalkan tambahan tebu dari luar agar mencapau target yang sudah ditentukan. Dijelaskannya, luas lahan tebu diwilayah PG Tersana Baru hanya sekitar 2 ribu hektare lebih. Dengan estimasi perhektarenya bsia menghasilkan 600 kuintal maka hasilnya belum cukup untuk memenuhi target yang sudah ditentukan. “Jika dihitung, masih dibawah 2 juta kuintal. Kita masih butuh banyak TDL  (tebu dari luar-red) untuk bisa sampai 3 juta kuintal. Giling itukan nanti tanpa berhenti selama 120 hari,” ujarnya. Diakuinya, lahan tebu setiap tahunnya terus menyusut. Hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya banyak petani yang beralih komoditi tanaman hingga ada beberapa petani yang tidak lagi menanam tebu karena terus merugi. “Ini masalah klasik. Luas lahan tebu terus berkurang karena alih komoditi tanaman, jumlahnya terus bertambah, misal untuk tanaman bawang merah, akhirnya kit atergantung dengan TDL (tebu dari luar),”imbuhnya. Para petani menurut Mulyadi saat ini mendesak para pengurus Aptri agar bisa menyampaikan tuntutan para petani terkait permintaan kenaikan harga jual gula. Para petani juga meminta para pengurus mendesak pemerintah untuk mengumkan harga jual beli tersebut sebelum musim giling tebu dimulai. “Setiap masukan dari teman-temanpetani akan kita sampaikan dan akan kita perjuangkan. Ini demi petani. Petani haru sejahtera dan harus untung agar industry gula lokal tetap lestari, untuk harga jual mengacu kepada HPP yang akan ditetapkan oleh pemerintah, permintaan petani sekitar Rp. 10.500,”  bebernya. Jumlah 10.500 tersebut menurut Mulyadi sudah melalui kajian dari tim akademisi, professional, dan beberapa pihak terkait yang menghitung biaya pokok produksi harus diatas Rp. 10.000. “Kalau tahun lalu harganya sekitar Rp 9.700, harapan kita tahun ini sesuai dengan hasil kajian akademisi dan professional. Angkanya harus lebih dari 10.000. ini yang akan kita perjuangkan,selain itu proteksi lahan tebu juga sangat penting mengingat untuk kelangsung pabrik gula tentu sangat bergantung dengan keberadaan lahan tebu,” jelasnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait