CIREBON-Pemungutan suara di TPS sudah tuntas. Tapi cerita di balik proses pemungutan dan penghitungan suara kian menggema. Terlebih tersiar kabar mengenai kematian sejumlah anggota KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) karena kelelahan dan penyebab lainnya. Upah yang diterima tak sebanding dengan kerja mereka. Muhammad Yahya Al Mubarok begitu bersemangat. Pagi itu untuk keempat kalinya ia menjadi penyelenggara pemilu di tingkat TPS. Hanya saja, kali ini tanggung jawabnya sedikit bertambah, karena ia ditunjuk sebagai ketua KPPS. Begitu terbangun, ia langsung bersiap diri dan segera mengayunkan langkah menuju tempat pemungutan suara (TPS) 57 yang berada di RW 11 Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Lokasi TPS yang tak jauh dari rumah memudahkan Yahya untuk cepat sampai di TPS. Di bawah tenda sederhana, 6 anggota KPPS menunggu dirinya untuk bersama-sama menyambut para pemilih yang akan menentukan Presiden dan Wakil Presiden, DPD RI, DPR RI, DPRD Provinsi Jawa Barat dan DPRD Kota Cirebon. Tak membuang waktu, tepat pukul 07.15 WIB, ia kemudian mengajak para anggotanya mengambil sumpah –kewajiban awal sebagai– KPPS. Atas nama Tuhan Yang Maha Esa, mereka bersumpah akan memenuhi tugas dan tanggungjawab sesuai perundangan-undangan, Pancasila dan UUD 1945. Serta bekerja sungguh-sungguh, jujur, adil dan cermat, demi tegaknya demokrasi dan keadilan serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. “Bismillah, mari kita mulai pelaksanaan demokrasi ini dengan sebaik mungkin,” ujar Yahya, diikuti anggukan setuju para anggotanya, juga anggota polisi serta Linmas yang turut mengamankan TPS. Satu per satu warga mulai mendatangi petugas TPS, menyerahkan formulir C6 atau undangan memilih. Formulir tersebut selanjutnya ditukar panitia dengan 5 surat suara sekaligus. Jumlah surat suara terbanyak sepanjang sejarah pesta demokrasi Indonesia.
Begini Cerita KPPS 24 Jam Bekerja Melayani Pemilih
Sabtu 20-04-2019,15:30 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :