Gas 3 Kg Raib, Muncul Model Baru

Sabtu 04-05-2013,08:14 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

KEJAKSAN- Gas elpiji 3 kg dan 12 kg mulai hilang dari peredaran. Berbagai spekulasi berkembang. Di antaranya, penimbunan gas ukuran itu menjelang kenaikan harga elpiji. Mengantisipasi kemungkinan penimbunan, Polres Cirebon Kota mulai melakukan langkah antisipasi. Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindagkop UMKM Kota Cirebon Edi Tohidi SE MM mengatakan, berdasarkan operasi lapangan yang dilakukan elpiji ukuran 3 kg dan 12 kg tidak ditemukan di beberapa agen besar. “Kami sudah cek lapangan. Hasilnya, gas ukuran 3 kg dan 12 kg dalam kondisi kosong,” terangnya kepada Radar, Jumat (3/5). Sebagai gantinya, kata Edi, Pertamina mengedarkan tabung gas model baru berwarna gold (emas) dengan ukuran 14 kg dan 9 kg. Hal itu sebagai langkah persiapan mengantisipasi rencana kenaikan gas elpiji ukuran 3 kg dan 12 kg. “Elpiji mau naik, dbuat gas baru berwarna gold. Harganya lebih mahal,” ungkap dia. Sebagai perbandingan, harga gas elpiji ukuran 12 kg dipasaran hanya mencapai Rp75 ribu. Sedangkan, gas elpiji 14 kg dibanderol harga sebesar Rp148 ribu. Dengan perbedaan isi hanya 2 kg, harga yang ditawarkan sangat jauh berbeda. Hal ini, lanjutnya, dipastikan akan memberatkan masyarakat atau konsumen. Karena itu, Disperindagkop UMKM Kota Cirebon menertibkan agen-agen yang menjual dan mengirim ke pengecer. Menghindari terjadinya kelangkaan elpiji di tingkat konsumen, Edi Tohidi berpesan kepada agen agar tidak membatasi pengiriman gas elpiji ke pengecer. “Kami imbau menjual gas elpiji sesuai kebutuhan masyarakat. Jangan dikurangi,” ucapnya. Selain itu, Edi mengingatkan minimarket yang masih menjual gas elpiji 3 kg atau 12 kg. Ditegaskan, hal itu melanggar ketentuan aturan. Sebab, siklus peredaran penjualan gas elpiji sesuai aturan adalah dari agen ke penyalur, lalu ke pengecer dan langsung ke konsumen. Bukan dari agen langsung ke konsumen. Disperindagkop UMKM sudah melakukan tindakan terhadap beberapa minimarket yang masih bandel menjual gas elpiji ukuran 3 kg dan 12 kg. Bahkan, Edi menemukan minimarket yang menjual gas elpiji kadaluarsa. “Itu berbahaya. Minimarket jangan mengeruk keuntungan saja. Kami keberatan minimarket menjual elpiji,” tegasnya. Efeknya, pedagang kecil semakin terpinggirkan dengan hegemoni minimarket di Kota Cirebon. Sementara, Disperindagkop UMKM mewakili Pemkot Cirebon, berkewajiban menjamin kesejahteraan warga Kota Cirebon. Terpisah, Kapolres Cirebon Kota AKBP Dani Kustoni SIK MHum mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi kelangkaan gas elpiji 3 kg dan 12 kg. Bahkan, Polresta langsung melakukan cek lapangan ke agen-agen. “Kata mereka, sudah seminggu ini distribusi gas sangat langka,” ucapnya kepada Radar, Jumat (3/5). Karena itu, Polisi rutin melakukan patroli. Langkah lainnya, lanjut Dani, personelnya ditempatkan di titik distribusi elpiji. Hal itu dilakukan sebagai wujud pengamanan dan tindakan pencegahan akan rencana kenaikan gas elpiji. “Petugas kami ditempatkan di SPBE dan agen besar di wilayah Kota Cirebon,” terangnya. Termasuk, pengamanan di tempat di mana masyarakat mengantre untuk gas elpiji. “Pengamanan itu tugas kami,” ujarnya. Sejauh ini, Polresta belum mengetahui penyebab kelangkaan elpiji 3 kg dan 12 kg tersebut. Namun, Dani memastikan hal itu benar-benar terjadi. Langkah lain yang dilakukan Polresta, berkoordinasi dengan Pertamina terkait kepastian dan pengecekan waktu pendistribusian gas elpiji. Hal itu dilakukan menghindari keresahan dan kepanikan masyarakat Kota Cirebon resah. Di mana, hal itu berpotensi menimbulkan gangguan keamanan. “Tugas kami menjaga kondusivitas wilayah Kota Cirebon,” tandasnya. Kelangkaan gas elpiji mulai terlihat di beberapa toko sekitar Kota Cirebon. Seperti persediaan gas elpiji di toko yang berada di kawasan Jl Kandang Perahu Kota Cirebon. Biasanya, stok elpiji di toko ini mencapai 30 tabung, namun jelang kenaikan hanya 20 tabung. \"Dikirimnya juga telat. Biasanya dua hari, sekarang dikirimnya empat hari baru nyampe,\" ujar Wawat (17), salah satu karyawan toko. Bahkan, harga di toko Wawat bekerja, sudah mengalami kenaikan. \"Awalnya Rp14 ribu, karena stoknya terbatas jadi Rp14.500,\" lanjutnya. Hal yang sama terjadi di salah satu toko yang berada di Jl Perjuangan. Stok elpiji yang biasanya mencapai 30 tabung, kini hanya 14 tabung. \"Kurang dari setengahnya sendiri dikirim dari agen. Nggak seperti biasanya. Masyarakat banyak yang cari, tapi kita belum menaikan harga. Masih Rp14 ribu,\" kata Ibat (19), salah satu karyawan toko. (ysf/mik)

Tags :
Kategori :

Terkait