Densus 88 Buru Sigit Otak Bom Pipa

Sabtu 04-05-2013,08:46 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Tim Densus 88 Mabes Polri memburu seorang bernama Sigit Indrajit. Pria berusia 23 tahun itu terkait dengan dua orang yang sudah dibekuk pada Kamis malam lalu. \"DPO atas nama Sigit, sekarang masih dikejar oleh tim,\" ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar usai salat Jumat di Masjid Al Ikhlas Mabes Polri kemarin (03/5). Sigit diduga sebagai otak rencana peledakan bom pipa. \"Saya belum bisa pastikan tergetnya. Masih terlampau dini menyebut target tertentu,\" kata mantan Kapoltabes Padang itu. Boy membantah sasaran utama peledakan adalah Kedubes Myanmar. \"Masih dalam pemeriksaan tim. Tolong jangan menimbulkan kepanikan negara sahabat dengan berita-berita yang masih awal,\" kata Boy. Sigit diketahui beralamat di Jalan Kenanga 4 Nomor 61, RT 5 RW 3, Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang Kota, Tangerang Selatan, Sigit tinggal bersama keluarganya. Daerah rumah itu terletak dalam sebuah gang, dekat Pasar Bukit, Pamulang. Sigit diketahui sudah menempati tempat itu sekitar tujuh  bulan. Sigit berperawakan pendek, kurus dan putih. Densus 88 mendatangi kontrakan Sigit itu pada Jumat (3/5/2013) dini hari berkaitan dengan penangkapan sebelumnya di Jalan Bangka, Mampang, Jakarta Selatan. Namun, dalam penggerebekan ini, Sigit tidak berhasil ditangkap. Sebelumnya pada Kamis malam sekitar pukul 21.30, di Jalan Sudirman, dekat pertigaan Bendungan Hilir, Densus 88 menangkap Sefa alias Asep dan Achmad Taufik alias Ovie saat tengah mengendarai sepeda. Asep diketahui sebagai perakit bom. Dari keduanya, polisi berhasil menyita lima bom pipa siap ledak. Dari penangkapan tersebut, Densus 88 melakukan penggeledahan di rumah kontrakan yang terletak di Jalan Bangka 2 F, Pela Mampang, Jakarta Selatan, dan mengamankan istri Sefa. Tersangka pertama bernama Sefa Riano alias Asep yang lahir di Serang, Banten pada 8 Mei 1984. Sedangkan tersangka kedua adalah Achmad Taufiq alias Ovi yang lahir di Cilacap, Jawa Tengah pada 18 Juli 1991. Boy menjelaskan, keduanya adalah anggota baru dalam sebuah kelompok. \"Kami sedang melacak afiliasinya, bisa ke kelompok-kelompok yang sebelumnya sudah berhasil diungkap,\" katanya. Polri pernah menggulung jaringan Solo dan juga jaringan madiun pada Oktober lalu. Rumah kontrakan tersangka berada di lingkungan padat penduduk. Sebuah masjid besar bernama Jami Darussalam terletak hanya 10 meter dari kontrakan itu. Muamar, warga setempat yang tinggal di depan kontrakan menjelaskan, dirinya sama sekali tak menduga tetangganya adalah teroris. \"Sehari-harinya memang tertutup. Tapi tidak terlihat kalau penjahat,\" katanya pada Jawa Pos (Radar Cirebon Group). Muamar mengaku trauma dengan pengungkapan itu. \"Terutama istri dan anak-anak. Kami kaget dan shock karena jaraknya dekat banget ,kalau meledak di sini, habis,\" katanya. (rdl/dod)

Tags :
Kategori :

Terkait