Berbahaya, Ngabuburit Menantang Maut

Rabu 08-05-2019,16:30 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIREBON-Hobi ngabuburit masyarakat Kecamatan Kaliwedi terbilang aneh. Mereka cenderung lebih senang nongkrong di atas rel Kereta Api (KA) sambil menunggu azan magrib. Padahal itu sangat berbahaya. Bahkan, terbilang menantang maut. Pantauan Radar Cirebon, sudah dua hari puasa, jalur KA yang masuk Blok Playangan, Desa Kaliwedi Kidul, ramai dipadati masyarakat. Tidak hanya masyarakat sekitar, warga dari berabagai daerah seperti Tegalgubug Kecamatan Arjawinangun, Desa Jatianom Kecamatan Susukan, Gegesik dan masyarakat dari berbagai desa di Kecamatan Kaliwedi, tampak bergerombol duduk-duduk di atas rel KA. Yang membuat miris, bukan hanya orang dewasa, tetapi banyak anak-anak dan orang dewasa yang membawa balita. Pemandangan itu terlihat sangat mengerikan. Mereka seperti tak takut dengan bahaya yang mengancam saat KA melintas. Tidak sedikit juga sekelompok anak-anak yang masih berusia sekolah dasar, memanfaatkan KA yang melintas untuk memasang besi di atas rel. Bukannya menjauh, saat KA melintas sekelompok anak-anak tersebut justru mendekat untuk memasang besi yang sudah disambung dengan kayu yang ukurannya sekitar 1,5 meter sebagai pegangannya. “Miris sih Mas. Untuk mencegah aksi mereka yang membahayakan nyawa itu, harus ada petugas di lokasi yang melarang mereka. Karena memasang besi saat KA melintas, itu berbahaya juga,\" ujar Suntana (43) yang turut berada di atas rel bersama anaknya yang masih berusia delapan tahun. Suntana juga  mengakui, kalau dirinya hampir setiap Ramadan tak pernah melewatkan ngabuburit bersama anak dan istrinya di tempat tersebut.  Hanya sekadar menghibur anaknya melihat kereta api lewat. Selain di rel KA, terlihat juga penampakan di pinggir jalan di sepanjang sisi sungai irigasi. Lalu lintas tampak terlihat padat merayap, karena adanya pedagang dadakan dan sepeda motor yang diparkir di sepenjang jalan. Akibatnya,  jalan tersebut macet. Namun hal itu sudah dianggap wajar oleh masyarakat setempat. “Kondisi itu terjadi hanya sekitar satu bulan dalam satu tahun. Hanya di bulan Ramadan saja. Di hari-hari biasa di luar bulan Ramadan, tempat itu sepi. Kalau bukan bulan Ramadan sih di sini lengang,\" ujar Nasihin (44) warga Desa Wagabinangun, Kecamatan Kaliwedi yang sedang berada di lokasi. (cep)

Tags :
Kategori :

Terkait