Puncak Mudik 9 Juni 2019, Jembatan Timbang Bisa Dijadikan Rest Area Alternatif

Kamis 09-05-2019,23:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

BANDUNG – Fasilitas jembatan timbang bisa dijadikan sebagai rest area alternatif untuk membantu para pemudik yang hendak beristirahat dan mengurangi kemacetan. Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di hadapan Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi dan para bupati/walikota se-Jawa Barat saat melakukan rapat koordinasi angkutan Lebaran tahun 2019 bersama Kementerian Perhubungan dan Polri di Gedung Sate, Selasa (7/5) lalu. “Kami minta kabupaten/kota di Jawa Barat bangun sejumlah rest area sementara. Pak Menteri (Perhubungan) sudah berbaik hati, semua jembatan timbang akan dihentikan (operasional) selama masa mudik dan dikonversi menjadi rest area yang menjual kuliner UKM produk desa atau wilayah setempat,” kata Ridwan Kamil. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kecelakaan. Lancarnya arus mudik dan ekonomi masyarakat yang wilayahnya dilalui para pemudik, juga berputar. “Ini konsep guyub rukun dan selamat pada mudik tahun ini,” imbuhnya. Kemudian, untuk jalur mudik non tol, pihaknya sudah perintahkan agar tidak ada pasar tumpah, mengkompensasi delman atau becak yang mungkin memacetkan, mengurangi orang nyeberang dengan bikin pembatas jalan, membuat rute-rute tambahan. “Intinya, berimprovisasilah para Kadishub dan kepala daerah. Tapi dengan terkoordinasi kepada pemerintah wilayah, kementerian, dan kepolisian,” jelasnya. Gubernur juga mengingatkan dan mengimbau kepada warga Jawa Barat yang hendak melakukan tradisi mudik untuk tidak menggunakan kendaraan sepeda motor demi mengurangi tingkat kecelakaan. “Kalau terpaksa mau menggunakan sepeda motor, jarak maksimal 100 kilometer saja, sehingga mengurangi potensi kelelahan,” ucapnya. Sementara, Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Hery Antasari mengaku sedang menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk Angkutan Lebaran 2019. “Terkait dengan posko, fasilitas lalu lintas, rambu-rambu, dan lainnya sedang kami siapkan,” kata Hery. Menurutnya, berdasarkan data Badan Litbang Kementerian Perhubungan (Balitbanghub) kebutuhan kendaraan untuk mudik tahun ini diprediksi meningkat 10-12 persen. Rinciannya, bus Antar Kota Antara Provinsi (AKAP)  dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) 4.200 unit dengan estimasi 63.404 penumpang per hari. Sementara kereta api 164 rangkaian KA dengan 67.010 penumpang/hari, angkutan udara 66 penerbangan (11.272 penumpang/hari), serta ASDP dengan 953 unit kapal dengan 16.224 penumpang/hari. Jumlah rumah tangga mudik Jabodetabek diprediksi berjumlah 3.545.458 KK, dengan pemudik berjumlah 14.901.468 atau 44,1 persen dari total jumlah penduduk di Jabodetabek. Provinsi tujuan mudik adalah Jawa Tengah sebanyak 5.615.408 orang (37,68 persen), Jawa Barat 3.709.049 orang (24,89 psersen), dan Jawa Timur sebanyak 1.660.625 orang (11,14 persen). Sementara moda terbanyak yang akan digunakan adalah bus untuk melayani pemudik sebanyak 4.459.690 orang (30 persen), mobil pribadi 4.300.346 orang (28,9 persen), kereta api 2.459.690 orang (16,7 persen), pesawat terbang 1.411.051 orang (9,5 persen), dan sepeda motor sebanyak 942.621 orang (6,3 persen). Puncak arus mudik tahun ini diperkirakan akan terjadi pada H-5 atau 31 Mei 2019, dan puncak arus balik diperkirakan akan terjadi pada H+3 atau 9 Juni 2019. “Untuk Jawa Barat, baik bus, kereta api maupun angkutan lainnya sudah cukup, karena sebagian besar juga ada yang pakai mobil pribadi. Tinggal sekarang isunya adalah bagaimana menjaga keselamatan dan kelancaran selama arus mudik dan arus balik,” jelas Hery. (jun)

Tags :
Kategori :

Terkait